Apa Itu Keloid? Ini 4 Cara Menghilangkannya Kata Dokter Meri dari Klinik Kecantikan di Pangkalpinang

Keloid dapat membesar dan menimbulkan rasa tidak enak seperti gatal dan sensititif.

Penulis: Cici Nasya Nita | Editor: Dedy Qurniawan
bangkapos/idandimeikajovanka
dr. Meri pemilik klinik kecantikan love face clinic 

BANGKAPOS.COM, BANGKA - Keloid merupakan tonjolan pada kulit atau bekas jaringan parut yang tumbuh mengeras setelah habis luka.

Penyebabnya keloid antara lain karena bekas cacar, bekas jerawat, sayatan karena operasi, tindik telinga, luka bakar, luka tergores dan luka cakar

Dokter Kecantikan dr Meri di klinik kecantikan Kota Pangkalpinang mengatakan keloid tidak berbahaya.

Namun, keloid dapat membesar dan menimbulkan rasa tidak enak seperti gatal dan sensititif.

"Orang yang memiliki keloid memang sudah memiliki bakat keloid sebelumnya dan bisa dibilang keturunan dan kita tidak dapat mencegah keloid tumbuh pada bekas luka. Tetapi kita dapat mencegah faktor resiko yang dapat membuat keloid muncul seperti menghindari luka pada kulit, hindari mentato kulit, dan menindik bagian tubuh," ujar dr Meri saat dihubungi bangkapos.com, Senin (1/6/2020).

Keloid tidak bisa hilang sendiri, namun ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk mengurangi penampakan keloid

Adapun 4 cara atasi keloid meliputi :

1. Suntikan cortisone

Suntikan diberikan sebulan sekali sampai didapatkan hasil yang maksimal dan mengurangi rasa gatal pada keloid.

2. Operasi

Kadang operasi juga beresiko karena sayatan bekas operasi bisa menimbulkan keloid baru, untuk meminimalkan resiko tersebut, dokter mengkombinasi operasi dengan tindakan lain seperti suntikan cortisone.

3. Cryotherapy

Terapi ini dengan menggunakan zat nitrogen cair yang disemprotkan pasa keloid selama 10-30 detik hingga 3 kali berturut-turut.

Terapi ini dapat dilakukan sebulan sekali sampai keloid mengecil. Akan tetapi cryotherapy tidak efektif untuk mengatasi keloid berukuran kecil.

4. Radiotherapy atau terapi radiasi

Terapi ini dilakukan dengan menembakan sinar X pada keloid, terapi ini memiliki resiko karena memicu kanker.

(Bangkapos.com/Cici Nasya Nita)

Sumber: bangkapos.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved