Covid 19 Di Bangka Belitung
Menelisik Penularan Corona Pertama di Bangka, Ivon Seruput Minuman dari Pipet Bekas Daniel
Sesuai dengan data awal, kasus covid-19 di Bangka Belitung ini dialami oleh Daniel Antonius (72), seorang pendeta di Toboali, Bangka Selatan.
Ivon Seruput Minuman dari Pipet Bekas Daniel
BANGKAPOS.COM, BANGKA -- Rencana pemberlakukan new normal di Bangka Belitung sempat menguat beberapa waktu lalu. Hingga saat ini, sejumlah pihak termasuk Dinas Pendidikan masih terus mengaji kapan kegiatan belajar mengajar akan dikembalikan ke sekolah.
Bersamaan dengan itu, Tim Bangka Pos mencoba melakukan penelusuran terkait dengan kasus corona pertama yang terjadi di Bangka.
Sesuai dengan data awal, kasus covid-19 di Bangka Belitung ini dialami oleh Daniel Antonius (72), seorang pendeta di Toboali, Bangka Selatan.
Data awal yang dikumpulkan Bangka Pos menyebutkan, dari kasus Daniel ini, Gugus Percepatan Penanganan Covid-19 Babel menyebut ada 38 orang yang dilakukan penelusuran dan pengecekan kesehatan sesuai dengan protokol penanganan covid-19.
“Dari kasus tersebut, kita telah melakukan tracking terhadap 38 orang yang pernah kontak dengan pasien. Setelah dilakukan serangkaian pemeriksaan, satu orang yaitu istrinya sempat terpapar covid-19,” kata Mikron
Antariksa, Ketua Sekretarit Puskodalops Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Babel, Sabtu (6/6).
Mikron memastikan, dari kasus Pendeta Daniel ini semuanya sudah clear. Semua pihak yang pernah kontak dengan yang bersangkutan, dinyatakan bebas dari paparan virus.
“Istri beliau memang sempat positif dan dirawat sekira tiga pekan di Balai Karantina, namun sudah dinyatakan sembuh dan semuanya clear,” imbuh Mikron.
Dari data awal tersebut, Bangka Pos mencoba melakukan penelusuran dan menemui sejumlah keluarga besar Pendeta Daniel di Tobolai, Minggu (7/6).
Diantar oleh Moses Antonius (39) anak dari Pendeta Daniel, Bangka Pos diajak menuju ke rumah Pendeta Daniel yang tak lain adalah ayah kandung dari Moses.
Berada persis di samping gereja GPDI Toboali, Jalan Sudirman Dalam, Bangka Pos dipersilakan masuk ke sebuah rumah dua lantai.
“Di rumah inilah papa (pendeta Daniel) tinggal bersama ibu dan kakak pertama kami. Rumah ini dihuni oleh enam orang,” kata Moses sambil mempersilakan Bangka Pos masuk.
Di ruang tamu, Ribkha Salim (72) ibunda Moses tampak melemparkan senyum menyambut kedatangan Bangka Pos. “Mari silakan duduk,” kata Ribkha Salim.
Ribkha Salim adalah istri dari Pendeta Daniel Antonius yang pada akhirnya menjadi satu-satunya orang yang berstatus terpapar virus corona bersama dengan suaminya, Pendeta Daniel.
Ribkha Salim sempat dikarantina selama 21 hari di Balai Karantina, empat kali dilakukan sweb yang akhirnya dinyatakan sembuh.
Moses membenarkan bahwa dari kasus ayahnya, ibunya merupakan satu-satunya orang yang akhirnya divonis terpapar virus covid-19.
Moses menduga, ibunya bukan terpapar virus dari ayahnya saat di Tobolai, tetapi sama-sama terpapar saat bersama dengan ayahnya mengikuti adara reuni di Jakarta.
Dugaan ini disampaikan Moses lantaran seluruh keluarga besar pernah berinteraksi erat dengan Daniel Antonius di rumah dan tidak ada satupun yang terpapar virus.
“Sempat Bang Heri Tendean (menantu) reaktif saat dilakukan rapid tes dan juga diisolasi. Namun tidak sekalipun hasil sweb dinyatakan positif,” imbuh Moses.
Trivera Ivon Antonius (42), anak pertama Daniel Antonius bahkan tanpa sengaja sempat menyeruput minuman milik Daniel saat Daniel mengeluh demam. Saat itu, Daniel minta minum air hangat dan setelah diseruput menolak lantaran dirasa terlalu panas.
“Papa minta air hangat dan ketika saya berikan, dia tiba-tiba melepaskan pipet dari mulutnya karena mengaku terlalu panas. Karena saya tidak percaya, saya coba sendiri seruput air putih itu dari pipet yang sama untuk membuktikan ke papa bahwa tidak panas,” kisah Ivon didampingi Heri Tendean (44), suaminya.
Moses menambahkan, layaknya merawat orangtua yang sakit, ia membenarkan adanya foto anak dan cucu Daniel Antonius yang beredar di sosial media tak lama setelah kabar meninggalnya Daniel dan dinyatakan positif terpapar Covid-19.
“Ya wajarlah kami berkumpul di tempat papa dirawat di rumah bersama anak-anak dan juga cucu. Kami berkumpul semua dan memang saat itu kami mengira papa sakit demam biasa dan anak cucunya memberikan penghiburan,” imbuh Moses.
Saat Daniel dirawat di Pusyandik Toboali antara 20 Maret sampai 23 April, Moses dan dua kakak iparnya juga yang selalu merawat Daniel tanpa perlengkapan khusus.
“Kami mengganti pakaian termasuk celana dalam papa bergantian, mengelap dan sebagainya dengan tangan telanjang,” imbuh Moses.
“Winda, istri saya bahkan juga mengelap liur ayah saya dan meskipun menggunakan tissue, ia mengakui juga mengenai tangannya. Puji Tuhan semuanya tidaka ada yang terpapar virus,” imbuh Moses.
Kronologi
Moses kemudian menceritakan kronologi sejak kedua orangtunya pergi ke Jakarta untuk menghadiri sebuah acara reuni sekolah pendeta hingga akhirnya meninggal dunia pada 27 Maret 2020 di RS Siloam dengan dioagnosa terpapar covid-19.
Menurut Moses, Daniel dan Ribka berangkat ke Jakarta pada 8 Maret 2019 untuk mengikuti sebuah acara reuni sekolah pendeta. Acara tersebut dilaksanakan pada 10-13 Maret 2020.
“Sebelum menghadiri acara, papa dan mama singgah dan menginap di rumahs alah satu temannya di Jakarta sampai dengan hadir di acara,” kata Moses.
Setelah mengikuti acara tersebut, Daniel dan istrinya tak langsung kembali ke Bangka, keduanya singgah di rumah salah satu anaknya yang ada di Jakarta selama sekitar 5 hari. Keduanya baru pulang ke Bangka pada Rabu (18/3).
“Saat pulang, kondisi Papa masih sehat bugar, hanya saat kami menengok ke rumah, papa mengeluh demam ringan,” kata Moses.
Karena hanya mengeluh demam, saat itu Daniel sempat dikerok. Sementara Moses juga ingat saat itu nafsu makan Ribkha juga agak kurang.
“Papa saat itu mengeluh demam dan mama seperti tak nafsu makan. Tapi kami menganggapnya wajar karena kecapekan habis dari acara di Jakarta,” lanjut Moses.
Pada tanggal 20 Maret 2020, keluarga memutuskan untuk membawa Daniel ke Pusyandik Toboali karena kondisinya yang terus menurun. Kepada petugas Posyandik, Moses menjelaskan riwayat perjalanan ayahnya sehingga pihak Pusyandik memutuskan merawat Daniel di ruang khusus.
Empat hari dirawat, kondisi Daniel berangsur membaik dan akhirnya diizinkan rawat jalan pada 23 Maret 2020. Hari kedua di rumah, kondisi Daniel kembali meburuk. Oleh dokter yang pernah merawatnya di Pusyandik, keluarga disarankan untuk melakukan rongent paru. Saat itu saran dari Pusyandik adalah dibawa ke RS Siloam
“Kami tidak pernah berpikir yang papa alami adalah covid-19. Kami hanya mengikuti saran untuk rongent paru di Siloam dan kami bawa pada 26 Maret pagi,” kata Moses.
Moses menjelaskan, sata itu yang membawa ke Siloam adalah dia, dan dua kakak iparnya masing-masing adalah Heri Tendean dan Roland. Kondisi Daniel sudah lemah namun masih bisa dibawa menggunakan mobil milik keluarga.
“Pukul 07.00 pagi kira-kira kami sudah sampai di RS Siloam dan langsung masuk ek IGD. Karena saya yang berstatus sebagai anak, saya juga yang menandatangani persetujuan untuk dilakukan CT-scan,” kata Moses.
Setelah hasil CT-Scan keluar, dokter yang menangani Daniel dengan nada serius mengatakan bahwa 90% diagnosa dari Daniel Antonisu adalah paparan virus corona. Moses ingat betul saat diberitahu dokter bahwa kondisi paru-paru ayahnya sudha nyaris penuh dengan cairan.
“Saat itu juga kami diminta untuk melakukan isolasi mandiri. Kami juga langsung memberitahu seluruh keluarga melalui WAG keluarga agar mulai saat itu semuanya melakukan isolasi mandiri,” imbuh Moses.
Tahu situasinya tidak ideal dan berisiko terkena corona, Moses dan kedua kakak iparnya memutuskan untuk pulang ke Toboali. Apalagi ayahnya juga dirawat di ruang khusus tanpa boleh ditunggu keluarga. Namun pada pukul 23.00 ia memperoleh kabar bahwa ayahnya kritis dan akhirnya meninggal dunia pada pukul 05.00 pagi. (r3/r6/ufi)
Pegawai Moses Ikut Terimbas
Setelah mengetahui hasil Swab papanya yang dinyatakan positif terinfeksi Covid-19 pada Selasa, (31/3/2020), Moses mengakui jika dirinya bersama keluarga mengalami drama kehidupan yang cukup sulit.
Diakui oleh Moses kepada tim Bangka Pos, saat papanya dinyatakan positif terinfeksi Covid-19, simpati, empati hingga cacian, pengucilan dan makian diterima oleh dirinya bersama keluarga.
Bahkan dirinya dan keluarga sempat diisukan kabur ke Pangkalpinang dan Sungailiat padahal tidak demikian.
"Tetapi yang saya bisa pastikan adalah kami melakukan isolasi mandiri dan tidak meninggalkan rumah kami serta tidak-kemana seperti yang diisukan," ujar Moses pada Minggu, (7/6/2020).
Moses turut mengakui jika dirinya sangat terharu ketika ada beberapa masyarakat yang tidak hanya dari kalangan jemaat gereja yang bersimpati terhadapnya seperti misalnya teman-teman muslim yang turut mensupport dirinya hingga memberikan bahan makanan.
"Selain pengucilan saya juga merasakan simpati yang luar biasa dari teman-teman muslim yang mengantarkan bahan-bahan untuk membuat Sup seperti Ayam, Kentang, Wortel dan sebagainya hampir setiap hari," kata Moses.
Bahkan Moses mengakui dirinya diperhatikan dan disupport dengan diberikan vitamin dan bahan-bahan herbal seperti Jahe, Madu dan lain sebagainya.
Namun karena kondisi saat itu, Moses mengakui dirinya sempat mengalami stres, kesulitan tidur dan bahkan suhu tubuhnya mencapai 39° C.
"Karena stres dan sulit tidur saya sempat Demam hingga dua kali sehingga saya mendapatakn obat dan disertai masker pengganti alat kompres panas disertai minum obat yang teratur hingga suhu tubuhnya turun normal kembali," ungkapnya.
Moses turut menyatakan untuk memastikan dirinya, anak dan istrinya bebas dari Infeksi Covid-19 serta pernah mengalami demam, terpaksa pihaknya melakuan swab, rontgen dan pemeriksaan untuk memastikan tidak ada infeksi.
Moses mengakui dirinya melakukan swab sebanyak dua kali yakni pada Senin, (6/4/2020) dan Selasa, (7/4/2020) dan hasilnya keluar pada Senin, (13/4/2020) dengan hasil Negatif Covid-19.
"Puji Tuhan, hasil kami bertiga negatif dan tetap mengonsumsi vitamin dan sokongan support dari teman-teman dan masyarakat luas," katanya.
Bahkan Moses sangat berterimakasih kepada siapapun yang telah mensupport dirinya dan keluarganya meskipun dirinya mengetahui jiak orang-orang yang telah mendukung dan membantunya mendapatkan perlakuan kurang baik di masyarakat luas karena telah membantu keluarga yang terinfeksi Covid-19.
"Saya sangat menghargai apresiasi dan support teman-teman dan masyarakat luas yang turut membantu kami untuk terus berjuang melawan Covid-19," ujarnya.
Sosok satu ayah ini juga merasakan kemenangan yang sangat besar setelah dirinya mengetahui jika dirinya tidak positif terinfeksi Covid-19 karena sangat ketakutan.
Moses juga menyuarakan jangan menakuti Covid-19 karena Covid-19 tidak dapat membunuh namun pikiran yang terlalu ketakutan akan membuat semua orang terkekang, ketakutan hingga melemah dan sakit.
"Ketika kita selalu berupaya berfikir positif disertai menjaga kesehatan maka imunitas tubuh akan terus menangkal virus dan tetap menjaga tubuh tetap sehat dan bugar," tukasnya.
Pengakuan Pegawai
Seorang pegawai Moses Printing yang diketahui bernama Armita akui dirinya turut menerima perlakuan tidak menyenangkan saat permasalahan Covid-19 menghinggapi keluarga Moses.
Diwawancarai pada Minggu, (7/6/2020) Armita yang merupakan warga Pulau Besar namun berdomisili di Toboali dan bekerja di perusahaan yang dimiliki oleh Moses mengakui mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan bahkan dituduh yang tidak benar.
Menurut pengakuannya, keluarganya yang berada di Pulau Besar dianggap pernah mengunjungi Pdt. Daniel (melayat) saat jenazah Pdt. Daniel akan dikebumikan padahal kelaurganya saja tidak mengenal sosok Pdt. Daniel.
"Bahkan ayah saya juga pernah diisukan kabur setelah berkomunikasi dengan kelaurga Pak Moses, padahal ayah saya tidak pernah bertemu dengannya dan sedang berada di kebun," ujar Armita.
Parahnya lagi, Armita menceritakan jika bibinya yang bernama Jumiatun yang merupakan seorang pedagang di Pasar Desa Nyelanding juga pernah merasakan pengucilan di tengah masyarakat karena keponakannya bekerja pada keluarga yang sempat terpapar Covid-19.
"Bibi saya bahkan diminta oleh pedagang yang berada di Pasar Nyelanding agar tidak berjualan di pasar karena ditakutkan menyebarkan Covid-19," tuturnya.
Tingkatkan Imunitas Tubuh
News Analysis
dr Adi Rosadi SpP
Ketua Tim Penanggulangan Covid-19 RSUD Depati Hamzah Pangkalpinang
Masyarakat yang terkonfirmasi Pasien Dalam Pengawasan (PDP) Covid-19 sebesar 80 persen dengan gejala ringan (uncomplicated illness), 15 persen mengalami sakit berat yang ditandai dengan pneumonia dan hanya 5 persen kasus yang sakit kritis.
Pasien yang sakit berat dan sakit kritis umumnya berusia di atas 60 tahun dan atau ada penyakit penyerta seperti hipertensi, diabetes mellitus, dislipidemia, penyakit jantung, ginjal dan paru kronik (PPOK), stroke atau kanker.
Mengenai pasien yang meninggal, hasil autopsi terhadap jenazah yang meninggal karena Covid-19 umumnya ditemukan kerusakan paru hebat dan luas akibat Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS).
Virus SARS-CoV-2 ini sebenarnya sangat mudah menular melalui droplet dan kontak dengan pasien positif.
Sampai saat ini setiap hari, kasus konfirmasi Covid-19 terus bertambah di atas 200 orang di Indonesia dan angka kematian rata-rata sekitar 5 orang.
Yang patut disyukuri adalah sebagian besar kasus Covid-19 tidak bergejala alias sehat (OTG).
Angka kejadian OTG positif Covid-19 tetap naik akan didapatkan Herd Immunity yaitu terjadinya kekebalan pada sekelompok masyarakat akibat pandemi Covid-19.
Kalau Herd Immunity sudah mencapai terget minimal sesuai dengan derajat penularan Covid-19 di masyarakat (R0) maka berangsur-angsur kasus positif Covid-19 akan menurun dan kurvanya menjadi menurun.
Apalagi apabila sudah dilakukan vaksinasi terhadap masyarakat dan kurva eskalasi kasus Covid-19 ini sudah menurun barulah siap dilakukan New Normal jadi masyarakat sudah diperbolehkan menjalani aktivitas sehari hari tetapi tetap mematuhi protokol kesehatan.
Melihat eskalasi kasus Covid-19 yang sebagian besar OTG dan yang sakit pun sebagian besar bergejala ringan memang membuat kita menjadi optimis bahwa penyakit ini tidak terlalu mengkhawatirkan dan dapat dikendalikan.
Pengendalian penyakit ini dengan meningkatkan imunitas tubuh dengan pola hidup bersih dan sehat PHBS) dan tetap menjaga jarak (physical distancing) dan memakai masker.
Nanti ada saatnya bila eskalasi kasus semakin menurun, tidak ada lagi yang dirawat karena Covid-19, Herd Immunity sudah mencapai target dan vaksinasi sudah tersedia maka kita tidak perlu lagi malakukan physical distancing dan memakai masker atau dikatakan Pandemi Covid-19 berakhir. (S2/r6/r3)