Virus Corona di Bangka Belitung

7 Kasus Ditemukan Jejak Penularan, Diagnosa dan Alat Tes Covid-19 Perlu Jadi Kajian Serius

Dari 152 kasus yang terdata di seluruh Bangka Belitung, rata-rata tak memunculkan kasus baru alias tak menularkan.

Editor: fitriadi
Bangkapos.com/Deddy Marjaya
Anggota TNI ikut rapid test yang digelar oleh Polda Kepulauan Bangka Belitung di Alun Alun Taman Merdeka Pangkalpinang, Kamis (25/6/2020). (Bangkapos.com/Deddy Marjaya) 

BANGKAPOS.COM, BANGKA - Tidak terdeteksinya penularan Covid-19 dari penderita positif ke orang yang berinteraksi erat dengan penderita tidak hanya terjadi pada kasus Temberan Kota Panglpinang dan Toboali Kabupaten Bangka Selatan.

Dari 152 kasus virus corona yang terdata di seluruh Bangka Belitung, rata-rata tak memunculkan kasus baru alias tak menularkan. Meski demikian, ada tujuh kasus yang setelah ditelusuri ditemukan jejak penularan.

Ketua Sekretariat Pusat Komando Pengendalian dan Operasional (Puskodalops) Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Bangka Belitung, Mikron Antariksa menjelaskan, ada tujuh kasus yang setelah ditracking ditemukan jejak penularan terhadap orang-orang yang berinteraksi.

Mikron mengakui bahwa kasus Temberan dan Toboali adalah anomali atau berbeda dengan pemahaman umum.

Ia bahkan menegaskan, dari data yang ia miliki, banyak kasus serupa yang polanya sama dengan kasus Temberan dan Toboali.

“Kapasitas saya hanya bisa bicara data, soal kenapa tentu bukan kapasitas saya. Soal kenapa menular dan tidak menular tentu kapasitasnya ada di kawan-kawan medisLebih tepat yang menjelaskan kawan-kawan medis mengapa banyak kasus tidak ditemukan jejak penularan. Mungkin soal diagnosa dan juga alat tes perlu menjadi perhatian,” kata Mikron Antariksa kepada Bangkapos.com, Senin (22/6/2020).

Tak Satupun yang Tertular Covid-19 Meski 15 Anggota Keluarga Dekat dengan Solwati

Ditemui Bangkapos.com di Puskodalops GTPP Covid-19 Bangka Belitung, Mikron Antariksa kemudian membuka data seluruh kasus terkonfirmasi positif covid-19 di Babel. Ia kemudian menjelaskan kasus per kasus.

Saat dikonfirmasi soal alur penularan, Mikron mengakui hal tersebut tidak didata secara spesifik.

Sejauh ini, Mikron mengaku tengah fokus melakukan langkah-langkah pencegahan dan juga tracking kasus positif yang semua dimaksudkan untuk memutus mata rantai penularan.

Setelah mempelajari data yang dimiliki, Mikron kemudian menyebut ada tujuh kasus yang terdata menularkan kepada orang lain.

“Ada tujuh kasus yang setelah ditracking, kita menemukan kasus lain,” kata Mirkon.

Tujuh kasus tersebut adalah kasus pasien No 034 di Belitung yang setelah ditracking menularkan ke tiga kasus lain. Kedua adalah kasus M di Pangkalbalam yang dari hasil tracking menularkan ke enam kasus lain.

Berikutnya adalah Kluster MT Gebang yang dari hasil tracking ditemukan 15 kasus terkonfirmasi positif.

“Yang paling banyak dan panjang trackingnya adalah kasus KK Singkep. Dimana dari kasus ini setelah kita telusuri ditemukan 57 kasus terkonfirmasi positif,” kata Mikron.

Kasus WNI Belitung yang pulang dari Bangladesh awalnya ditemukan tiga kasus dan setelah ditelusuri ditemukan sembilan kasus. Berikutnya adalah kasus Pemali yang trackingnya menghasilkan 20 kasus baru.

“Terakhir adalah kasus tenaga medis berinisial K yang pulang dari luar kota yang dari hasil penelusuran berikutnya menularkan ke tiga kasus lain,” kata Mikron.

Dari pemetaan tersebut, Mikron menemukan beberapa kasus menularkan hingga ke level sekunder.

“Jika dilihat per kasus, memang rata-rata berhenti dan tidak menularkan lagi ke interaksi berikutnya,” imbuh Mikron.

Kajian medis

Terkait dengan hal tersebut, Mikron mengatakan bahwa faktor menularkan dan tidak menularkan memang perlu dikaji. Satu di antaranya, dengan melakukan karantina terhadap kasus positif dipastikan akan memutus mata rantai penularan.

“Soal anomali Toboali dan Temberan dan memang banyak kasus lain serupa yang ada di data kita memang menarik untuk dikaji. Butuh keterlibatan pakar medis untuk menjadikan case ini sebagai diskursus,” imbuh Mikron.

Begini Penjelasan Praktisi Epidemiologi Terhadap Kasus Covid-19 di Toboali dan Air Itam

Terpisah, Muhammad Putra Kusuma, SKM, M.Epid, praktisi epidemiologi memberikan analisa lain terkait kasus Temberan dan Toboali.

Menurutnya ada beberapa hal yang dapat menjadi pertimbangan terkait hal tersebut adalah tentang bagaimana sebuah transmisi virus itu terjadi dan di pengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya.

"Status kategori yang bersangkutan. Apakah masuk kategori OTG, ODP atau PDP. Informasi yang saya fahami bahwa klasifikasi dalam kategori OTG tingkat penularannya rendah. Tingkat imunitas orang yang berinteraksi terhadap yang bersangkutan. Bisa jadi imunitas orang yang berinteraksi dalam kondisi baik,"kata Putra.

Selain itu, tingkat virulensi transmisi dari orang positif covid ke orang lain itu rendah. Sehingga masih dapat di lawan oleh imunitas tubuh dari orang yang berinteraksi.

"Frekuensi dan intensitas paparan, Kuantitas dan kualitas virulensinya rendah dalam konteks paparan terhadap orang lain. Demikian mungkin beberapa faktor yg mempengaruhi transmisi penularan tsb. Jadi tidak hanya salah satu faktor lalu mendominasi potensi penularan,"ungkap Putra yang menjabat Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Barat ini.

15 Anggota Keluarga Pasien Positif Covid-19 yang Meninggal Dunia Akan Jalani Swab Kedua

Sementara sebelumnya, dokter spesialis Patologi Klinik RSUP Ir Soekarno Bangka Belitung, dr Nafiandi SpPK sempat angkat tangan saat diminta menjelaskan kasus Temberan dan Toboali dan bahkan ternyata banyak kasus serupa yang didata oleh Puskodalops GTPP Covid-19 Bangka Belitung.

"Ada satu yang positif, tapi keluarga tidak apa-apa. Pada kasus seperti itu memang susah dijelaskan, sebab penularan covid-19 ini masih terus berkembang ilmunya, virusnya baru. Para peneliti juga sedang meneliti akan hal-hal tersebut," kata dr Nafiandi.

Meski demikian, Nafiandi mengatakan bahwa secara medis, penularan virus ini masih diyakini melalui droplet dan airbone.

"Penularan itu dari droplet dan airbone. Perlu diketahui droplet itu percikan, saat kita ngomong terpercik air ludahnya Bila airbone lewat saluran pernapasan, kalau tak pakai masker bisa menyebar kemana-mana makanya dianjurkan juga jarak 1-1,5 meter," ujar dr Nafiandi. (Bangka Pos/t2/riu/ufi)

Sumber: bangkapos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved