Kenali Penyebab Diare pada Anak dan Cara Mengatasinya
Jadi, lebih kurang 10 persen episode diare pada anak disertai dehidrasi atau kekurangan cairan secara berlebihan.
BANGKAPOS.COM – Diare adalah penyakit pencernaan yang ditandai dengan perubahan bentuk atau konsistensi tinja menjadi melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar (BAB) lebih dari biasanya.
Penyakit ini salah satunya umum terjadi pada anak-anak, terutama bayi usia di bawah lima tahun (balita).
Dokter spesialis anak RS Brayat Minulya Surakarta, dr. Shelvy Purtri Amelia, Sp.A, menjelaskan selama diare, tubuh anak kehilangan cairan dan elektrolit secara cepat.
Pada saat yang bersamaan, usus kehilangan kemampuan untuk menyerap cairan dan elektrolit yang diberikan.
Jadi, lebih kurang 10 persen episode diare pada anak disertai dehidrasi atau kekurangan cairan secara berlebihan.
Sementara, bayi dan anak yang lebih kecil lebih mudah mengalami dehidrasi akibat diare.
Pada kasus yang ringan, berbagai cairan yang diberikan dapat mencegah dehidrasi.
“Mencegah atau mengatasi dehidrasi merupakan hal penting dalam penanganan diare pada anak,” jelas dr. Shelvy saat berbincang dengan Kompas.com, Sabtu (4/7/2020).
Penyebab diare pada anak
Dia menerangkan secara garis besar ada dua penyebab diare pada anak, yakni karena infeksi dan non infeksi.
Berikut penjelasannya:
1. Penyebab diare karena infeksi
Menurut dr. Shelvy, infeksi virus, bakteri dan parasite merupakan penyebab diare paling sering.
Sementara, virus, terutama Rotavirus adalah penyebab utama diare pada anak atau mencapai 60-70 persen kasus.
2. Penyebab diare karena non-infeksi
Penyebab diare non-infeksi, di antaranya meliputi:
* Alergi atau intoleransi terhadap makanan tertentu
* Efek samping obat tertentu
* Keracunan makanan
* Adanya penyakit lain maupun gangguan psikologis
Cara mengatasi diare pada anak
Diare pada umumnya bisa sembuh sendiri dalam waktu 1-2 hari.
Namun, para orang tua tidak boleh memandang sebelah mata penyakit ini.
Pada kasus parah dan tanpa penanganan, diare bisa juga menjadi penyebab kematian.
dr. Shelvy menyarankan beberapa hal berikut sebagai cara mengobati diare pada anak:
* Apabila anak masih menyusu air susu ibu (ASI), teruskan pemberian ASI untuk megganti cairan tubuh anak yang hilang karena diare
* Apabila anak sudah bisa minum selain ASI, berikan cairan rehidrasi oral (CRO). CRO atau yang lebih dikenal sebagai oralit adalah cairan yang dikemas khusus mengandung air dan elektrolit untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi saat diare. Selalu siapkan cairan oralit untuk mengganti cairan yang keluar setelah diare
* Berikan obat zinc 10 hari berturut-turut untuk mengurangi keparahan diare pada anak dan mencegah kekambuhan setelah beberapa lama
* Berikan antibiotic selektif untuk juga mengurangi keparahan diare pada anak
* Berikan makanan atau minum berkuah atau jus segar sebagai upaya untuk mengembalikan cairan yang hilang
* Berikan makanan dalam porsi kecil dan sering agar tidak membebani kerja organ pencernaan
“Lanjutkan pemberian makanan yang mengandung tinggi energi setelah sembuh dari diare,” tambah dia.
Kapan anak harus dirawat di rumah sakit?
dr. Shelvy memberikan rambu-rambu kepada para orang tua mengenai indikasi anak harus dirawat di rumah sakit (RS) karena mengidap diare.
Berikut ini beberapa gejala diare pada anak yang menjadi pertimbangan bagi orang tua untuk segera membawa mereka ke RS:
* Buang air besar cair terus-menerus dengan disertai darah
* Mulai ada tanda-tanda dehidrasi
* Tidak mau makan atau minum seperti biasa
* Status gizi yang abnormal seperti sangat kurus
* Demam
* Muntah terus-menerus
Gejala diare pada anak
Anak-anak yang sedang mengalami diare sangat rentan terkena dehidrasi.
Dehidrasi pada anak-anak saat diare disebabkan oleh pola BAB yang jadi lebih sering serta akibat dari muntah-muntah dan demam.
dr. Shelvy menerangkan sedikitnya ada tiga derajat dehidrasi yang bisa menjadi gejala diare pada anak.
Berikut ini penjelasan mengenai 3 derajat dehidrasi dan ciri-cirinya:
1. Tanpa dehidrasi
* Pada keadaan ini, buang air kecil (BAK) anak masih biasa
* ASI diteruskan, tidak perlu membatasi atau mengganti dengan makanan, termasuk susu formula
* Dapat diberikan CRO 5-10 ml/kgBB setiap BAB
2. Gejala dehidrasi ringan-sedang
* Anak terlihat haus dan BAK mulai berkurang
* Mata terlihat agak cekung, kekenyalan kulit menurun, dan bibir kering
* Anak harus diberikan cairan rehidrasi di bawah pengawasan tenaga medis atau bisa dibawa ke rumah sakit
* ASI diteruskan, makanan tidak perlu dibatasi
3. Gejela dehidrasi berat
* Gejala sama seperti pada dehidrasi ringan-sedang disertai dengan napas yang cepat dan dalam, sangat lemas, kesadaran menurun, denyut nadi cepat, dan kekenyalan kulit sangat menurun
* Anak harus segera dibawa ke RS untuk mendapatkan rehidrasi melalui infus
Cara mencegah diare pada anak
dr. Shelvy menyampaikan, risiko diare pada anak bisa dicegah dengan beberapa cara berikut:
* Menjaga kebersihan lingkungan, terutama sumber air minum
* Pastikan air dan makanan yang dikonsumsi bersih dan matang
* Membiasakan anak untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, setelah BAK atau BAB, juga setelah memegang benda kotor
* Memberikan ASI pada anak berusia kurang dari 2 tahun untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya
* Memberikan vaksin rotavirus. (Kompas.com/Irawan Sapto Adhi)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Penyebab Diare pada Anak dan Cara Mengatasinya