DENGAR Kata Covid19 atau Virus Corona, Apa yang Dipikirkan? Ini Hasil Survei Unicef dan Nielsen
Kemudian bicara soal apa yang dipikirkan warga (Top of Mind) bila medengar kata covid19 atau virus corona.
Penulis: Edy Yusmanto |
BANGKAPOS.COM - Virus corona atau covid19 memang memberikan dampak luar biasa pada kehidupan.
Sendi-sendi kehidupan di dunia berubah.
Bahkan pola hidup hingga perilaku pun ikut menyesuaikan.
Ada yang terbelenggu dengan rasa takut hingga bingung melakukan aktivitas sehari-hari.
Ada pula yang setengah-setengah yang artinya pemahaman soal covid19 minim sehingga menimbulkan keraguan-keraguan yang tak biasa.
Belum lagi soal paradigma sosial di masyarakat yang faktanya bergeser ketika mengetahui atau melihat kejadian atau informasi soal covid19 di sekitar.
Tentu hal ini menjadi tugas bersama semua pihak.
Bangkit bersama, maju bersama, sehat bersama dan memulihkan ekonomi bersama.
Kampanye pesan ibu yaitu menjaga jarak, memakai masker dan mencuci tangan pakai handsanitizer merupakan standar protokol kesehatan yang sudah disepakati dunia.
Bangkapos.com melansir akun youtube Lawan Covid19 ID menjelaskan soal banyak hal tentang perubahan perilaku selama masa pandemi corona.
Nara sumber yang dihadirkan adalah Risang Rimbatmaja Konsultan Unicef dan Rizky Ika Safitri Unicef Communication Development Spesicialist.
Penelitian yang dibagikan ini dilakukan oleh Unicef dan Nielsen.
Dalam paparannya Risang mengambil tema survei pengetahuan-sikap-praktik terkait cegah covid19.
"Kita tuh harus tahu terlebih dahulu
Sebenarnya bagaimana sih khalayak atau warga berpikir pengetahuannya seperti apa, sipaknya seperti apa, norma sosialnya seperti apa, sebelum kita bisa menentukan atau merumuskan strategi.
Karena kalau tanpa kita punya data yang memadai Jangan-jangan strategi kita tidak nyambung (bahasa sederhananya)
Ini membuat apa namanya memahami audiens itu menjadi hal kunci
Dan kita tahu kalau kita bicara covid19 yang agak panjang ini berlangsung
Maka datanya pun harus secara berkala kita update
Maka kita, unicef melakukannya bersama NIelsen dimana mereka punya survei berkala
Ini adalah survei kita yang pertama yang dilakukan Agustus
Tapi nanti kita juga sudah mempersiapkan yang nanti akan dijalankan di November ini
Ini untuk survei keduanya, insyaallah nanti di Desember kita tahu hasil
Jadi secara periodik kit apelajari bagaimana khalayak itu berpikir bersikap dan sebagainya
Karena kita tahu pasti ada dinamika di masyarakat
Yang salah satunya berkaitan dengan gangguan kehidupan warga, kesulitan ekonomi maupun hal-hal lainnya," jelas Risang.
Dijelaskan Risang survei atau penelitian ini dilakukan di enam kota besar di Indonesia di antaranya Jakarta meliputi Jabodetabek, Medan, Semarang, Bandung, Surabaya dan Makassar.
Untuk sampelnya audiensnya random, rata-rata 300 kecuali Jakarta 500 audiens, total 2000.
Tujuan dan metodologinya mengetahui pengetahuan sikap, praktik warga dalam cegah covid19 dan latar belakangnya
"Ada 22 pertanyaan via survei berkala AC Nielsen (Q3)
Pengumpulan data Agustus 2020
Responden terpilih random tatap muka di rumah
Ini adalah survei tatap muka pertama setidaknya oleh Nielsen
Jadi sebelumnya ada, ini kan berkala ya," jelas Risang.
Kemudian bicara soal apa yang dipikirkan warga (Top of Mind) bila medengar kata covid19 atau virus corona.
"Kira-kira apa yang muncul
Dan hasilnya
Kalau kita lihat distribusinya, kebanyakan warga dengan kata-kata.
Bahaya, menular, darurat, mematikan, menakutkan, khawatir, wabah, penyakit, pandemi, trauma, waspada, sedih, korban, merah.
Jumlahnya sekitar 70 persen
Ada juga kelompok yang menyebutkan handsanitizer, masker, jarak, kebersihan, karantina, vaksin, APD, imunitas, PSBB, di rumah, WFH, rapid, berdoa, bansos
Jumlahnya aku mulasi sekitar 23 persen," terang Risang.
Ditambahkan Rizky soal alasan akurasi survei atau penelitian ini.
"Jadi ini survei yang kita lakukan bersama NIelsen.
Kenapa bersama Nielsen karena satu lebih hemat sebenarnya
Jadi Nielsen itu punya seauatu yang artinya kita menggunakan data koleksion yang sama dengan Nielsen
Kemudian beberapa lembaga yang ingin melakukan riset bisa mengirimkan pertanyaan yang diajukan.
jadi dilakukan bersama begitu
Dan yang menarik lagi karena ini market riset kita percaya bahwa informasinya tidak akan bias
Artinya informasi yang kita kumpulkan dari proses ini mudah-mudahan memang menggambarkan betul situasi yang ada di masyarakat," papar Rizky.
Ini video lengkapnya :
Semoga bermanfaat.
(Bangkapos.com/Edy Yusmanto)