Pahlawan Nasional

Profil Pahlawan Nasional Sultan Hasanuddin Raja Gowa yang Dijuluki Ayam Jantan dari Timur

Sultan Hasanuddin adalah Pahlawan Nasional Indonesia sekaligus Raja Gowa ke-16.

Editor: fitriadi
Istimewa
Lukisan Sultan Hasanuddin Pahlawan Nasional Asal Gowa Sulawesi Selatan 

Pada 21 Desember 1666, VOC menyatakan perang dengan Gowa.

Saat itu sebagian pasukan Gowa terlibat perang di Buton.

Namun VOC gagal karena masyarakat Gowa yang siap tempur berhasil memukul mundur pasukan Belanda.

Pasukan Belanda terdesak dan mundur ke Buton.

Di Buton, perang besar terjadi antara pasukan Gowa melawan Buton, Belanda dan pasukan Arung Palakka.

Pasukan Gowa kalah dan pemimpin mereka, Karaeng Bontomarannu bersama Datu Luwu dan Sultan Bima ditawan oleh Belanda.

Sultan Hasanuddin menarik simpati rakyat Bone dengan melepaskan tawanannya, Raja Bone, La Maddaremmeng.

Namun begitu kembali ke Bone, Maddaremmeng menyerahkan kekuasaannya kepada Arung Palakka.

Pertempuran besar kembali terjadi pada 7 Juli 1667.

Pertempuran yang telah berlangsung selama beberapa bulan itu menimbulkan kerugian yang cukup banyak di pihak Gowa.

Kekuatan mereka menjadi lemah dan banyak prajurit yang tewas.

Menyadari hal itu, Sultan Hasanuddin akhirnya menerima tawaran Belanda untuk mengadakan perundingan damai.

Perjanjian Bungaya

Perjanjian Bungaya terjadi pada 18 November 1667 berisi hal-hal yang merugikan rakyat Gowa.

Sultan Hasanuddin bertekad untuk mengalah dan menanti waktu terbaik untuk menyerang kembali.

Sesuai siasat, Sultan Hasanuddin mulai menyiapkan pasukan dan kekuatan.

Pertempuran kembali terjadi.

Pasukan Gowa menggunakan peluru beracun yang menimbulkan kerugian di pihak Belanda.

Tanggal 5 Agustus 1668, Belanda kembali balas menyerang dan berhasil mendesak pasukan Gowa.

Namun sebagian besar pasukan Belanda terkepung oleh pasukan Gowa.

Seminggu kemudian, Belanda mencoba lagi dan berhasil merampas 27 pucuk meriam Gowa.

Setelah pertempuran berhenti untuk sementara waktu, Speelman memulihkan kekuatan dan menunggu bantuan dari Jakarta.

Speelman menawarkan perundingan damai pada November 1668 yang ditolak oleh Hasanuddin.

Pada April 1669, Belanda kembali memberi tawaran yang juga di tolak oleh Hasanuddin.

Setelah bantuan dari Jakarta datang, Speelman kembali menyerang Gowa.

Dalam perang kali ini, Sultan Hasanuddin dan keluarganya menyingkir ke Maccini Sombala. 

Turun Tahta

Setelah menderita kekalahan, Sultan Hasanuddin mundur dari Benteng Somba Opu ke Benteng Kale Gowa.

Speelman mencari siasat baru untuk melemahkan semangat orang-orang Gowa dengan mengumumkan amnesti pengampunan kepada rakyat yang menyerah.

Beberapa pembesar kerajaan menyantakan tunduk pada Belanda.

Karena tidak ingin mengorbankan rakyatnya lebih banyak lagi, Sultan Hasanuddin mengundurkan diri dari tahta kesultanan Gowa.

Sultan Hasanuddin bersumpah tidak akan sudi bekerja sama dengan penjajah Belanda.

Pada 29 Juni 1669, Sultan Hasanuddin turun tahta setelah 16 tahun berperang melawan penjajah.

Putanya, I Mappasomba Daeng Nguraga bergelar Sultan Amir Hamzah yang baru berumur 13 tahun ditunjuk sebagai penerus tahta kerajaan.

Karena masih sangat muda, pemerintahan dijalankan oleh Karaeng Tunananga Ripasiringanna.

Sultan Hasanuddin mundur dari jabatannya sebagai Raja Gowa dan memilih menjadi pengajar agama Islam sambil tetap menanamkan rasa kebangsaan dan persatuan. 

Wafat

Pada Kamis, 12 Juni 1670 Sultan Hasanuddin meninggal dunia dalam usia 39 tahun.

Setelah meninggal diberi gelar Tumenanga Ri Balla Pangkana.

Sultan Hasanuddin dimakamkan di bukit tempat pemakaman Raja-raja Gowa dalam Benteng Kale Gowa di Kampung Tamalate.

Memasuki makam yang terletak di Katangka Somba Opu Gowa Sulawesi Selatan ini pengunjung akan disambut dengan patung sosok Hasanuddin setengah badan sedang memegang senjata keris.

Di sebelah kiri depan komplek pemakaman terdapat sebuah batu Tomanurung atau disebut juga Batu Pallantikan sebagai tempat pelantikan Raja-raja Gowa.

Makam Sultan Hasanuddin berbentuk tingkat dengan dua kayu nisan di bagian atas makam.

Pada makam Sultan Hasanuddin terdapat tulisan yang berisi antara lain tahun kelahiran serta tanggal wafat yakni 12 Juni 1670. 

Pahlawan Nasional

Untuk menghormati jasanya, nama Sultan Hasanuddin diabadikan menjadi nama jalan pada hampir disetiap kota di Indonesia.

Universitas Hasanuddin sebagai salah satu universitas terkemuka di Indonesia bagian timur, menggunakan namanya dan memakai lambang Ayam Jantan Dari Timur.

Komando Daerah Militer (KODAM) XIV Hasanuddin mengabadikan namanya dan menggunakan semboyan Abbatireng Ri Pollipukku (setia pada negeriku).

Melalui Keputusan Presiden RI No. 087/TK/tahun 1973 tanggal 6 November 1973, Sultan Hasanuddin dianugerahi gelar Pahlawan Nasional, untuk menghargai jasa-jasa kepahlawanannya.

Selain itu Bandar Udara Internasional Makassar yang bertempat di Maros juga memakai nama Sultan Hasanuddin.

BIODATA

Nama: Sultan Hasanuddin
Nama Asli: Muhammad Bakir I Mallombasi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape
Julukan: Ayam Jantan dari Timur
Lahir: Gowa, 12 Januari 1631
Meninggal: Gowa, 12 Juni 1670
Makam: Katangka, Kabupaten Gowa
Ayah: Sultan Malikussaid / I Manuntungi Daeng Mattola Karaeng Lakiyung Sultan Muhammad Said
Ibu: I Sabbe To'mo Lakuntu
Saudara: I Patimang Daeng Nisaking Karaeng Bonto Je'ne, Karaeng Tololo
Istri: I Mami' Daeng Sangnging, I Petta Daeng Nisali, I Lo’mo Dayang, I Lo’mo Tobo, I Bate Daeng Tommi Karaeng Pabineyang, I Sitti Fatimah, Sitti Halimah Daeng Paleng, I Mina Kare Nanna’, I Baya’ Daeng Masiang dan I Baji Daeng Ngantu

(Tribunnewswiki.com/Indah Puspitawati)

Sumber: Tribunnewswiki.com berjudul 17 AGUSTUS - Serial Pahlawan Nasional: Sultan Hasanuddin

Sumber: TribunnewsWiki
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved