Detik-detik Ketika Abdul Muti Tolak Tawaran Jadi Wamendikbud, Hubungi Mensesneg Usai Salat Subuh
Detik-detik Ketika Abdul Muti Tolak Tawaran Jadi Wamendikbud, Hubungi Mensesneg Usai Salat Subuh
Lebih lanjut, Abdul Muti menegaskan keputusannya tidak bergabung dalam Kabinet Indonesia Maju hanya soal pilihan hidup dan tidak ada persoalan apa pun.
"Jadi tidak ada masalah antara PP Muhammadiyah dengan Pemerintah. Saya ngukur kemampuan diri," katanya.
"Dalam falsafah Jawa, dadiyo wong sing biso rumongso, ojo rumongso biso (Jadilah orang yang bisa menempatkan diri, dan jangan menjadi orang yang merasa bisa)," ujarnya.
Respons Din Syamsuddin
Menyikapi hal tersebut, Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Pondok Labu Jakarta Selatan M Din Syamsuddin menyambut baik langkah Abdul Muti yang menolak bergabung pada kabinet Indonesia Maju.
Dalam keterangan tertulisnya kepada wartawan Din mengatakan, penolakan itu adalah sikap tepat bagi seorang anggota Muhammadiyah sejati.
Baca juga: Djainul, Anggota BNN yang Masuk Hutan, Terobos Semak-semak demi Hobi untuk Cari Tanaman Hias
Baca juga: Aksinya Viral di TikTok, Wanita Cantik Ini Dapat Tawaran Syuting, Calon Bintang Baru?
"Anggota Muhammadiyah itu antara lain tidak gila jabatan, menolak jabatan yang tidak sesuai dengan kapasitas, dan jabatan yang merendahkan marwah organisasi," ujarnya.
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu menilai, alasan tidak berkemampuan mengemban amanat hanyalah sikap tawadhu' Abdul Muti.
"Abdul Muti adalah Guru Besar dan pakar pendidikan yang mumpuni, wawasannya tentang pendidikan dan kemampuan memimpinnya sangat tinggi," ungkapnya.
Din menyebut, penunjukan Abdul Muti sebagai Wamendikbud bernada merendahkan organisasi Muhammadiyah yang besar, pelopor pendidikan, dan gerakan pendidikan nasional yang nyata.
"Seyogya Presiden memiliki pengetahuan kesejarahan dan kebangsaan sehingga dapat menampilkan kebijaksanaan untuk menempatkan seseorang dan sebuah organisasi pada tempatnya yang tepat," jelas Din.
Ia menuturkan, bagi Muhammadiyah memangku jabatan di pemerintahan bukanlah masalah besar, karena Muhammadiyah cukup mandiri dan otonom untuk menjadi mitra strategis dan kritis Pemerintah.
"Dalam suatu sikap proporsional: siap mendukung Pemerintah jika baik dan benar, dan tak segan-segan mengeritik serta mengoreksi jika salah, menyimpang atau menyeleweng," ujar dia.
Baca juga: Nathalie Holscher Bikin Guru Heboh saat ambil Rapor Ferdi, Tapi Istri Sule Ditegur Gara-gara Hal Ini
Baca juga: Aksi Tante Ernie di Kolam Renang, Bikin Gak Kuat Warganet Panas Dingin: Hadap Kiri atau Kanan?
Baca juga: Profesor Ken Osaka Jepang Sebut Varian Baru Corona Lebih Berbahaya, Berkembang 1,7 Kali Lebih Cepat
Baca juga: Jokowi Diprediksi Pilih Jenderal Ini, Rekam Jejaknya Seperti Tito- Idham Azis, Komjen Senior Terbaik
Kata pengamat
Direktur Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti mengapresiasi sikap Abdul Mu'ti.