Myanmar Semakin Memanas, Pabrik China Dibakar Demonstran, 22 Orang Tewas
Sedikitnya 22 pengunjuk rasa anti-kudeta tewas di pinggiran kota industri yang miskin Hlaingthaya pada Minggu (14/3/2021), setelah pabrik-pabrik
Inggris, mantan penguasa kolonial Myanmar, mengatakan pihaknya terkejut dengan penggunaan kekuatan yang mematikan oleh militer terhadap orang-orang tak berdosa di Hlaingthaya dan di tempat lain.
"Kami menyerukan penghentian segera kekerasan ini dan rezim militer menyerahkan kembali kekuasaan kepada mereka yang dipilih secara demokratis oleh rakyat Myanmar," kata Duta Besar Inggris Dan Chugg.
Militer menyatakan mengambil alih kekuasaan, setelah tuduhannya atas kecurangan dalam pemilihan 8 November yang dimenangkan oleh partai Suu Kyi, ditolak oleh komisi pemilihan.
Pihaknya sudah berjanji akan menggelar pemilu baru, tapi belum menetapkan tanggal.
Suu Kyi telah ditahan sejak kudeta dan dijadwalkan kembali ke pengadilan pada Senin (15/3/2021). Kini setidaknya empat dakwaan dituduhkan padanya.
Termasuk penggunaan radio walkie-talkie secara ilegal dan melanggar protokol virus corona. Jauh dari Hlaingthaya, setidaknya 16 kematian dilaporkan di tempat lain di Myanmar. Diantaranya di kota kedua Mandalay dan di Bago.
Televisi pemerintah MRTV mengatakan seorang petugas polisi juga meninggal, karena luka di dada setelah konfrontasi dengan pengunjuk rasa.
Dia adalah polisi kedua yang dilaporkan tewas dalam protes itu.
Kekerasan itu terjadi sehari setelah Mahn Win Khaing Than, yang dalam pelarian bersama dengan sebagian besar pejabat senior dari Partai Liga Nasional untuk Demokrasi Suu Kyi, mengatakan bahwa pemerintah sipil akan memberi orang hak hukum untuk membela diri, pada Minggu (14/3/2021).(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dianggap Bantu Junta Militer Myanmar, Pabrik China Dibakar Demonstran",