Berita Pangkalpinang
Pasien Isoman Membludak, Tenaga Kesehatan Ini Rela Tak Libur Hingga Pernah Ditelepon Dini Hari
Para tenaga kesehatan (nakes) memiliki cerita tersendiri dalam berjibaku menangani pasien Covid-19 yang melonjak dalam beberapa waktu terakhir.
Penulis: Cepi Marlianto |
BANGKAPOS.COM, BANGKA – Matahari baru saja mulai terbit, namun beberapa orang sudah mulai terlihat berdatangan menuju sebuah fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di Kecamatan Pangkalbalam, Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung, Rabu (4/8/2021) pagi.
Heri Murianto bersama empat orang lainnya langsung bersiap-siap menggunakan alat pelindung diri (APD) guna melakukan tes usap antigen kepada masyarakat yang kontak dengan pasien positif Covid-19.
Para tenaga kesehatan (nakes) memiliki cerita tersendiri dalam berjibaku menangani pasien Covid-19 yang melonjak dalam beberapa waktu terakhir.
Heri seorang nakes di Puskesmas Pangkalbalam menceritakan pengalamannya saat harus melakukan pengetesan dini (testing), pelacakan (tracing) hingga melakukan pemantauan terhadap pasien yang sedang menjalani isolasi mandiri.
Pria 43 tahun ini mengaku, selama menjadi anggota tim surveillances (pengawasan) di Puskesmas Pangkalbalam, banyak hal yang ia dapatkan.
Baca juga: Nikahi Janda Montok nan Seksi, Bujang Lapuk Ini Sampai Tak Sanggup Berdiri, Terungkap Fakta Ini
Baca juga: Virus Corona Bikin Rekor Lagi di Bangka Belitung, Besok Isolasi Terpadu Mulai Berjalan
Mulai dari rasa takut akan terpapar hingga masih banyak pasien yang tidak jujur dan kooperatif saat berobat, seolah tidak peduli dengan risiko yang bisa saja terjadi.
Padahal dengan kejujuran penanganan selanjutnya dapat segera dilakukan oleh petugas kesehatan.
“Saat ini seiring perkembangan berita di media sosial banyak pasien yang tidak jujur saat isoman. Padahal kalau kooperatif itu memudahkan kita untuk tracing dan memutus mata rantai penyebarannya,” kata dia kepada Bangkapos.com.
Rasa suka dan duka menemani para pahlawan medis selama berjuang melawan pandemi ini.
Baca juga: Penuhi Janjinya, Dinar Candy Tampil Pakai Bikini di Pinggir Jalan, Posenya Bikin Warga Tercengang
Namun hal yang paling disyukuri, kata Heri, adalah kesempatan untuk dapat menolong orang lain dan memberikan pelayanan sesuai sumpah profesi.
Rasa kompak dan saling membantu menjadi keharuan tersendiri di tengah kecemasan dan ketidakpastian ini.
Lelah, mungkin itu hal yang manusiawi. Tetapi, demi menjalankan tugas dan kewajiban itu tak lagi Heri hiraukan.
Tak jarang dia pun sampai rela mengorbankan jatah liburnya demi memberikan penanganan terbaik kepada para pasien.
Baca juga: Pasien Isoman Banyak Meninggal di Kace, Angka Kematian Akibat Covid-19 di Babel Naik 5 Kali Lipat
Tentu keterbatasan waktu untuk berkumpul bersama keluarga menjadi duka yang dirasakan oleh para petugas. Hingga waktu luang untuk menyapa keluarganya yang ada di Kepulauan Riau dan kerabat pun tak sempat ia lakukan karena harus membantu pasien yang sedang isoman.
Bahkan sekali ia sempat ditelepon oleh seorang pasien pukul 02.00 WIB dini hari karena membutuhkan pertolongan medis. Namun kondisi itu harus dilakoni karena sudah menjadi kewajiban.
“Namanya pasien mau tengah malam dia telepon kalau ada keluhan. Bahkan tengah malam saya sempat membantu pasien yang isoman,” terang bapak satu anak ini.
Selama melakukan pengecekan pasien ia dan rekan-rekannya tak sekalipun mendapatkan penolakan dari masyarakat, lantaran menurutnya saat ini Covid-19 bukan sesuatu hal yang tabu lagi.
Terlebih lagi petugas puskesmas juga melibatkan lintas sektoral seperti rukun tetangga (RT), Lurah, Babinsa dan Bhabinkamtibmas agar mudah dipercaya masyarakat.
Untuk pengecekan kesehatan yang dilakukan sendiri berupa pengecekan tanda vital seperti tekanan darah hingga saturasi oksigen.
“Sehari kita bisa mendatangi sebanyak 30 orang pasien yang isolasi mandiri di lima kelurahan, untuk melakukan pengecekan kesehatan mereka selama tiga hari sekali,” sebut Heri.
Meskipun demikian, banyak pengalaman berharga yang ia dapatkan dengan membantu pasien yang sedang menjalani isoman. Seperti pasien yang sebelumnya sempat terpapar Corona, setelah sembuh mereka selalu menghubungi dirinya untuk membantu keluarga maupun masyarakat lainnya yang sedang terpapar.
Selain itu, ia juga mendapatkan hal positif seperti berkesempatan untuk belajar ilmu baru. Mengingat Covid-19 ini adalah jenis virus baru, banyak hal baru yang saya pelajari tentang bagaimana merawat pasien dengan infeksi virus ini.
Mulai dari cara melakukan screening awal, mengenali tanda dan gejalanya, cara penularannya, dan proses merawat pasien.
“Kalau tingkat pengetahuan masyarakat akan kesehatan baik, pastinya derajat kesehatan masyarakat meningkat,” ungkap pegawai yang sudah 23 tahun mengabdikan dirinya di dunia kesehatan.
Maka dari itu ia berharap masyarakat dapat percaya bahwa Covid-19 itu ada, dapat lebih kooperatif saat petugas melakukan pelacakan hingga menerapkan protokol kesehatan dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
(Bangkapos.com/Cepi Marlianto)