Bangka Pos Hari Ini
Ketekunan Athung Berkebun Sawit Dimulai Dari Nol, Hingga Kuliahkan Anak di Kedokteran
Menjadi petani sawit mandiri yang sukses seperti sekarang bukanlah hal yang mudah. Lebih kurang 10 tahun lalu, Athung memulainya dari nol.
BANGKAPOS.COM - Jerih payah Athung menjadi petani kelapa sawit bertahun-tahun berbuah manis. Pria yang berasal dari Kelurahan Lubuk Kelik, Kecamatan Sungailiat, Kabupaten Bangka itu berhasil menyekolahkan anaknya hingga menjadi seorang dokter.
Menjadi petani sawit mandiri yang sukses seperti sekarang bukanlah hal yang mudah. Lebih kurang 10 tahun lalu, Athung memulainya dari nol.
Berbagai tantangan dihadapi Athung saat mengawali usahanya berkebun sawit. Walaupun modalnya terbatas, tidak menurunkan niat Athung untuk menjadi petani kelapa sawit. Dengan ketekunan dan kegigihan, waktu itu ratusan bibit pohon sawit ditanamnya di lahan seluas 2‑3 hektare.
"Awalnya saya hanya menanam ratusan pohon sawit di lahan kebun seluas 2‑3 hektare, karena saat itu saya belum memiliki modal yang cukup,” ujar Athung ditemui Bangka Pos, Sabtu (7/8/2021) di kebun sawit miliknya di Kelurahan Lubuk Kelik, Kecamatan Sungailiat, Kabupaten Bangka.
Dari keuntungan yang dimiliki, Athung terus menambah luas kebun sawit miliknya dan saat ini sudah sekitar 1.500 batang kelapa sawit yang ditanam di kebun seluas 12 hektare dengan usia tanam bervariasi 3‑10 tahun.
“Akhirnya sedikit demi sedikit kalau ada modal terus menanam lagi. Kalau kebun sawit pertama saat ini sudah berumur 10 tahun, sedangkan yang terakhir saya tanam sekitar 2‑3 tahun lalu saat ini sudah berbuah pasir (baru belajar menghasilkan buah-red)," ungkapnya.

Baca juga: Wabup Bong Ming-ming Heran Banyak Warga Daerah Lain Kerja TI di Bangka Barat
Athung bersyukur saat ini harga TBS kelapa sawit lumayan tinggi dan berharap harga kelapa sawit ini tetap stabil tinggi. Bahkan kalau bisa semakin naik harganya.
"Saat ini TBS kelapa sawit kebun saya dibeli pedagang pengepul sebesar Rp2.250 per kg TBS. Hari ini (Sabtu,7/8) saya dapat info harga pembelian TBS kelapa sawit di tingkat pabrik CPO naik lagi jadi Rp2.540 per kg TBS," ujar Athung.
Dia menjelaskan pada kondisi normal kebun sawit miliknya bisa menghasilkan 15‑19 ton kelapa sawit yang dipanen dua minggu sekali. Jadi satu bulan bisa mendapatkan 30‑40 ton kelapa sawit.
"Jadi lumayanlah hasilnya selain untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari‑hari juga bisa menguliahkan anak‑anak. Satu orang anak saya sudah menjadi dokter, dia kuliah di Untar Jakarta dan satu lagi masih kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Atmaja Jakarta," tukas Athung.
Selain itu dari hasil berkebun sawit, Athung juga bisa membangun rumah dan membeli kendaraan mobil, motor dan lainnya.
Baca juga: Besok Tahun Baru Islam 1443 H, Ini 5 Amalan Sunnah yang Dianjurkan di Bulan Muharram
Baca juga: Empat Warga Bangka Selatan Meninggal Akibat Covid-19 Kemarin, Tiga di Antara Tanpa Komorbid
Menurut Athung, dengan harga TBS kelapa sawit yang tinggi saat ini bila seorang petani memiliki kebun 2‑3 hektare saja sudah cukup untuk membiayai hidup sehari‑hari.
"Kalau punya lahan kosong daripada dibiarkan lebih baik ditanami kelapa sawit, sebab kelapa sawit ini tidak cerewet. Ditanam di lahan kurang subur saja tetap bisa hidup dengan baik, perawatannya mudah dan untuk pemupukan dua kali saja dalam setahun," jelas Athung.
Diungkapkannya, selain menanam kelapa sawit dia juga menanam pohon buah‑buahan seperti alpukat sebanyak 300 batang, duku 200 batang, dan durian cumasi 50 batang, lada dan lainnya.
"Untuk lahan yang masih subur saya tanam lada dan ditumpang sari dengan pohon buah‑buahan. Sedangkan untuk kelapa sawit, saya tanam di lahan yang kurang subur sebab kelapa sawit ini tidak cerewet," imbuh Athung. (edwardi)