Ini Alasan Baju Hazmat Tak Lagi Dipakai Nakes Saat Rawat Pasien Covid-19, Bukan Penyakit Ebola

Saat ini, dokter dan perawat cukup menggunakan gown atau gaun lengan panjang saat merawat pasien Corona.

Editor: Alza Munzi
AFP/DIBYANGSHU SARKAR
Ilustrasi. Pekerja kota yang mengenakan pakaian hazmat berjalan di daerah residensial untuk survei kesehatan dari pintu ke pintu rumah warga, selama penguncian nasional yang diberlakukan pemerintah sebagai tindakan pencegahan terhadap coronavirus COVID-19, di Kolkata. India. Rabu (29/4/2020). 

"Intinya itu yang harus kita perhatikan bukan sibuk dengan hazmatnya, kan bukan melalui kulit atau yang lain tapi virus masuk melalui saluran pernapasan," tegasnya.

Hal yang sama juga disebutkan, Direktur RSUD Depati Hamzah Pangkalpinang, dr Muhamad Fauzan, kata Fauzan sudah sejak awal tahun kemarin RSUD Depati Hamzah Pangkalpinang tak lagi menggunakan hazmat.

"Tenaga kesehatan (Nakes) kita juga tidak masalah dengan penggunaan APD level 2 itu.

Alhamdulillah sampai saat ini tidak ada penularan dari pasien kepada petugas karena menggunakan baju itu, kalau nakes yang kena itu dari klaster keluarga," sebut Fauzan.

Fauzan juga mengakui, dengan penggunaan gown dapat lebih mempermudah nakes dalam memberikan pelayanan yang baik kepada pasien.

"Memang secara psikologis orang ketika melihat saat baju hazmat itu dikenakan jadi takut, nah kita juga mengurangi tingkat kecemasan itu, dan juga mempermudah aktivitas nakes selain memang sudah prosedurnya seperti itu ya.

Dengan itu jadi lebih leluasa bergerak, pasien nyaman kita layani dengan baik," bebernya.

Prosedur Penggunaan APD Level 2

Kepala Dinas Kesehatan Kota Pangkalpinang dr Masagus M Hakim menyebut, pemakaian baju hazmat memang sudah tidak lagi dianjurkan.

"Karena sebetulnya kita sudah tau penularan covid-19 itu dari  droplet atau percikan air liur jadi kita cukup jaga jarak dan APD level 2 saja sudah cukup.

Jadi cukup masker bedah, sarung tangan, penutup kepala, dan baju gown saja sudah cukup, intinya melindungi pintu kluar masuk penularan itu," ujar Hakim kepada Bangkapos.com, Selasa (10/8/2021).

Kata Hakim, yang terpenting Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) diterapkan dengan benar oleh setiap rumah sakit dan layanan kesehatan lainnya.

Diakui Hakim, baju hazmat tidak lagi digunakan juga menghindari rasa kecemasan yang berlebihan oleh pasien yang dirawat.

"Memang kalau kita petugas kesehatan pakai baju hazmat seperti itu bikin pasien takut, secara sikologis sepertinya orang ini tidak bersahabat dengan pasien, tidak ingin merawat dengan baik, jadi lebih baik kami mengikuti anjuran WHO APD-nya cukup level 2 saja yang penting jaga jarak dan mematuhi protokol," jelasnya.

Adapun tingkatan penggunaan APD sendiri terbagi tiga, APD tingkat perlindungan ketiga diperuntukkan di ruang prosedur dan tindakan operasi pada pasien dengan kecurigaan atau sudah terkonfirmasi Covid-19.

Sumber: bangkapos.com
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved