Heboh TKA China Makan Buaya Muara 3 Meter yang Dimasak Jadi Sop, Begini Ganasnya Reptil Tersebut

TKA China yang bekerja di PT Obsidian Stanless Steel (OSS), Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara bikin heboh karean menyantap sop buaya muara

Penulis: Dedy Qurniawan CC | Editor: Dedy Qurniawan
Bangkapos.com/Yuranda
Foto hanya ilustrasi - Buaya muara, ukuran empat meter di Kampak Jerambah Gantung Kota Pangkalpinang, ditangkap di Sungai Kulan Tuatunu Gerunggang Kota Pangkalpinang, Rabu (3/3/2021) 

BANGKAPOS.COM - Aksi sejumlah Tenaga Kerja Asing (TKA) Shina menangkap dan menguliti buaya bikin heboh.

Aksi mereka tampak pada sebuah foto yang viral.

Reptil tersebut kemudian dimakan setelah daging dan tulangnya dimasak sop.

Melansir tribunnews.com, foto sejumlah TKA asal China membunuh buaya lalu mengulitinya itu pun viral.

Awalnya, dalam foto lain seekor buaya ditangkap oleh para pegawai tambang di Morosi, Kabupaten Konawe.

Buaya tersebut tampak diikat di bagian mulut, tangan hingga kaki.

Dalam keterangan foto, tertulis penangkapan dilakukan pada Rabu (25/8/2021).

Sejumlah pekerja tampak menguliti buaya tersebut.

Baca juga: Bukan karena Koin Kelapa Sawit, Pria Ini Bisa Beli Mobil Buat Banyak Orang Berkat Uang Kembalian

Baca juga: Tubuh Maria Vania Nempel di Dinding, Sebut Bisa Nambah Tinggi 1-4 Cm, Netter: Malah Bikin Panjang

Mengutip dari Kompas.com, mereka adalah TKA asal China yang bekerja di PT Obsidian Stanless Steel (OSS), Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.

Pada Rabu (25/8/2021) pagi, buaya muara sepanjang 3 meter muncul di sekitar jalan houling.

Jalan tersebut menghubungkan PT OSS denngan PLTU di wilayah kawasan industri Morosi.

Buaya tersebut kemudian ditangkap sejumlah karyawan termasuk kelima TKA.

"Daerah Morosi itu kan banyak rawa, sungai juga ada.

Habibat buaya di situ, tapi sudah rusak karena adanya aktivitas pertambangan di situ, akhirnya dia naik ke darat," kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sultra Sakrianto Djawir, Rabu (25/8/2021) malam.

Sakrianto menyebut, para TKA tersebut tak mengetahui bahwa buaya itu dilindungi.

Lebih lanjut, setelah petugas BKSDA terjun ke lokasi, dagiang buaya sudah habis disantap.

Tulang hingga kulit bahkan dijadikan sop.

Para TKA asal China tersebut akan dimintai keterangan BKSDA.

Bila terbukti, mereka akan dikenakan UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya dengan ancaman hukuman 5 tahun penjara.

Baca juga: Pimpinan BRI Bocorkan Trik Menang Undian Panen Hadiah Simpedes, Peluang Dapat Mobil Jadi Lebih Besar

Baca juga: Nek Siti Aminah Kaget Saat Polisi Datangi Gubuknya, Mata Pemulung Ini Berkaca-kaca Menahan Tangis

Tentang Buaya Muara

Tahukah Anda, secara umum, ada tiga jenis buaya yang hidup di Indonesa.

Buaya muara merupakan yang paling ganas dan berbahaya.

Ukuran panjangnya bisa 7 - 12 meter.

Menurut Hellen Kurniati, pakar buaya di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), buaya muara dengan nama latin Crocodylus porosus ini merupakan salah satu jenis buaya yang ganas dan berbahaya.

Pasalnya, hewan ini berada di atas dalam rantai makanan sehingga jenis mangsa buaya akan berubah seiring umur dan ukurannya.

"Kalau masih bayi, dia makannya ya anak ikan atau kodok, besar sedikit akan makan ikan. Semakin besar ukuran buaya, mangsanya akan semakin besar juga untuk mencukupi kebutuhannya," katanya.

Namun, dalam banyak kasus di mana manusia menjadi korban keganasan buaya di Indonesia, penyebabnya adalah manusia yang lalai ketika berada di wilayah habitat buaya.

"Pada dasarnya buaya adalah hewan agresif dan ganas. Kadang manusia yang harus berubah perilakunya agar tidak menjadi sasaran keganasan buaya. Misalnya, tidak masuk ke wilayah habitat buaya agar tidak jadi korban," katanya.

"Misalnya, di daerah pesisir pantai di Kupang, sudah dipasang untuk tidak berenang atau memancing di wilayah habitat buaya muara, tetapi kadang tidak diindahkan," tambah Hellen kepada Kompas.com, Kamis (14/12/2017)..

Hellen menceritakan pengalamannya saat dia dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) di Kupang memilih untuk menangkap induk buaya muara di pesisir pantai untuk ditangkarkan agar tidak terjadi gesekan dengan aktivitas manusia.

"Karena tingkat kesadaran warga masih rendah, dan kita ingin tidak ada lagi ada kasus serangan buaya, kita cari induk buaya untuk ditangkarkan," katanya.

Selain buaya muara, ada tiga jenis buaya lain yang hidup di Indonesa.

Ketiganya adalah Buaya irian (Crocodylus novaeguneae) yang hidup di wilayah Papua, buaya kalimantan (Crocodylus raninus) yang banyak ditemui di pulau-pulau di Kalimantan, dan buaya senyulong (Tomistoma schlegelii) yang banyak ditemui di Pulau Sumatera.

Dari keempat jenis tersebut, buaya muara merupakan yang paling ganas dan berbahaya.

Crocodylus porosus ini ukurannya bisa mencapai panjang maksimal hingga 7 mete-12 meter, sementara tiga jenis lainnya hanya 5 meter.

"Dari sejumlah kasus, buaya muara yang paling banyak menyerang manusia," ujar Hellen.

Menurut Hellen, di antara keempat jenis buaya itu, buaya muara merupakan yang paling ganas.

Tubuhnya yang panjang dan besar memiliki daya adaptasi yang tinggi, habitatnya dari hulu sungai hingga ke laut.

“Ganasnya mulai dari telur. Kalau telur buaya muara ini, kita bantu menetas di di penangkaran, dibukain telurnya. Kalau tidak hati-hati, dia keluar itu gigit tangan kita. Itu sudah reflek dia,” kata Hellen kepada Kompas.com, Senin (18/9/2017).

Hellen mengatakan, ketiga jenis buaya lainnya tidak begitu ganas. Ukuran tubuhnya pun lebih kecil, yakni 4-5 meter.

Rata-rata buaya hidup di sungai berair tenang, seperti rawa dan danau. Untuk buaya muara, Hellen mengatakan, reptil besar itu meyukai pohon bakung dan bersarang di sana.

Untuk mengetahui ada tidaknya buaya, cara yang cukup mudah adalah dengan hanya bermodalkan senter.

“Keluar malam, terus bawa senter dengan sinar yang kuat. Kalau terlihat ada sinar mata berwarna merah muda, itu adalah buaya,” ujar Hellen.

Meski beringas, sebetulnya, buaya dapat dijinakkan di penangkaran. Tanpa harus berburu dan tidak banyak bergerak, buaya akan menjadi jinak.

Hal itu juga berlaku bagi anak buaya yang lahir di penangkaran. Mereka akan lebih jinak dibandingkan sesamanya yang lahir di alam liar.

“Karena sudah ketemu manusia. Istilahnya habituasi dengan manusia, jadi lebih jinak,” ucap Hellen.

Berbeda dengan buaya siam, buaya irian dan buaya sepit, buaya muara memiliki ukuran tubuh yang lebih besar.

Meskipun buaya muara rata-rata biasanya tumbuh sekitar 2,5 sampai 3,3 meter, tapi ada juga buaya muara bahkan bisa tumbuh hingga 12 meter dengan berat mencapai 200 kilogram!

Bahkan karena panjang dan berat tubuhnya, buaya muara menjadi salah satu buaya terbesar di dunia, lo.

Sesuai namanya, buaya muara yang merupakan buaya air asin ini hidup di perairan sungai yang dekat dengan laut atau muara.

Dalam sekali masa bertelur, buaya muara betina bisa menghasilkan 40 sampai 90 butir telur yang akan menetas setelah dierami selama 90 hari oleh induk betinanya.

O iya, selain merupakan buaya terbesar, buaya muara juga merupakan buaya terganas di Indonesia yang harus dihindari oleh manusia, nih.

Penyebabnya adalah karena selain memangsa hewan-hewan di darat dan air, buaya muara juga sangat mungkin untuk menyerang bahkan memangsa manusia.

Maka dari itu, manusia sebaiknya tidak mendekati buaya muara, terlebih yang berukuran besar.

(*/Tribunnews/bangkapos.com)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved