Puncak Omicron di Indonesia Akhir Februari, Gejala Khas Batuk dan Nyeri Tenggorokan

Jika masyarakat merasakan gatal dan nyeri tenggorokan juga batuk, segera memeriksakan diri

Darwinsyah/BangkaPos
Ilustrasi Sakit Tenggorokan 

BANGKAPOS.COM - Puncak kasus Omicron di Indonesia diprediksi akan terjadi pada akhir Februari nanti.  Angkanya bisa enam kali lipat dari puncak kasus varian Delta pada Juli tahun lalu.

"Di akhir Februari atau awal Maret 2022 merupakan puncak kasus Omicron, yang bisa diprediksi itu tiga kali sampai dengan enam kali lebih tinggi dari puncak varian Delta," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Siti Nadia Tarmizi dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (10/2).

Jumlah kasus aktif Covid-19 di Indonesia per 10 Februari mencapai 288.186 kasus, bertambah 22.362 kasus dibanding sehari sebelumnya.

Puncak kasus varian Delta yang tercatat pada 15 Juli tahun lalu mencapai 56.757. Itu berarti, mengacu prediksi Kemenkes, maka puncak kasus harian varian Omicron bisa mencapai 170.000 hingga 340.000. 

Baca juga: Gaji Ke-13 dan THR Tahun 2022 Cair di Bulan Ini, Dirjen Anggaran Kemenkeu Bocorkan Besarannya

Baca juga: Pengantin Wanita Syok, Alami Malam Pertama Mengerikan, Dipaksa Suami Hubungan Intim dengan Pria Lain

Meski begitu, Nadia yang juga juru bicara Vaksinasi Kemenkes menegaskan, peningkatan kasus varian Omicron yang sangat signifikan tidak berbanding lurus dengan tingkat perawatan di rumah sakit yang rendah.

"Tetap harus waspada mengingat penambahan kasus cukup signifikan," ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan banyak pasien Covid-19 Omicron di Indonesia tidak memiliki gejala. Lalu, sebagian pasien Covid-19 Omicron di Indonesia hanya mengalami gejala ringan.

"Mereka tidak butuh oksigen dan saturasinya masih diatas 95 persen. Sekitar 23 persen atau 34 orang sudah kembali ke rumah. Sampai sekarang tidak ada yang menbutuhkan perawatan serius di RS, cukup diberi obat dan vitamin," kata Budi dalam konferensi pers secara virtual melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden.

Gejala awal varian Omicron berbeda dengan varian Alpha, Beta, dan Delta. Setelah terjangkit ketiga varian tersebut, mulanya pasien akan mengalami demam. Hal itu tidak pasien Omicron rasakan.

Gejala Khas Omicron Batuk dan Nyeri Tenggorokan

Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Erlina Burhan mengatakan, kebanyakan pasien varian Omicron yang menjalani perawatan di tempatnya bertugas RS Persahabatan menunjukkan gejala batuk dan nyeri tenggorokan.

"Berbeda dengan Alpha, Beta, Delta, biasanya entry point-nya 90 persen demam. Di rumahsakit kami, demam hanya 18 sampai 20 persen untuk pasien Omicron," kata Erlina. 

"Kemudian, juga tidak ada sesak, tidak ada yang butuh oksigen. Artinya, tidak ada krusakan pada paru-paru," ungkap dia, seperti dikutip Kompas.com.

Baca juga: Kisah Cinta Nur Afilah yang Diperlakukan Bak Putri Raja Usai Dinikahi Pria Afrika, Kini Makin Modis

Baca juga: Anak Asuh Shin Tae-yong Terpapar Covid-19, Timnas Indonesia Batal Ikut Piala AFF U-23

Erlina menjelaskan, hal itu lantaran terjadi relokasi tempat perkembangbiakan virus SARS-Cov-2 yang telah bermutasi pada varian Omicron di saluran napas atas. 

"Jadi, enggak sampai ke bawah. Kalau sampai, sedikit saja (kasusnya), enggak sampai 20 persen. Itu mengapa gejalanya hanya ringan-ringan saja. Gejala yang khas batuk, nyeri tenggorokan, atau tenggorokan gatal," ujarnya. 

Sumber: bangkapos
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved