Harga Minyak Goreng Melambung Drastis, Tembus Rp 135 Ribu di Kendari
Di Pasar Korem Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), harga minyak goreng bahkan melambung drastis
BANGKAPOS.COM - Harga minyak goreng di beberapa wilayah di Indonesia lagi-lagi mengalami lonjakan drastis.
Tak hanya harganya yang melambung tinggi, stok minyak goreng di pasaran pun lagi-lagi mengalami kelangkaan.
Alhasil banyak pembeli yang mengeluhkan hal tersebut.
Di Pasar Korem Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), harga minyak goreng bahkan melambung drastis.
Baca juga: PNS Cek Rekening! Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP) Cair 3 Bulan Sekaligus, Kemendagri Setuju
Baca juga: SIAP-SIAP Isi Rekening PNS Berlimpah! Setelah TPP Cair Langsung 3 Bulan, Akan Masuk Transferan THR
Baca juga: Dirapel 3 Bulan, TPP Akan Langsung Dikirim ke Rekening PNS, Ini Urutan Proses Pencairannya
Mengutip dari Tribun-Papua.com, seorang pedagang bernama Ibrahim mengatakan bahwa harga 2 liter minyak di Pasar Korem Kendari mencapai Rp 135.000.
"Merk Sania, Sanco, Bimoli 135 ribu ukuran 2 liter," kata Ibrahim yang dikutip Grid.ID dari Tribun-Papua.com, Sabtu (12/3/2022).
Sedangkan untuk harga minyak goreng per liternya mencapai Rp 70.000.
Selain harganya yang naik, Ibrahim mengatakan, stok minyak goreng sempat kosong selama 3 pekan terakhir.
Meski saat ini stok minyak goreng di Pasar Korem banyak, namun harganya melambung tinggi.
Menurut Ibrahim, tingginya harga minyak goreng tinggi dikarenakan stoknya yang didapat dari luar Kota Kendari, bukan dari distributor.
Ia bahkan telah menghubungi pihak distributor di Kota Kendari, namun dari informasi yang didapatnya, stok minyak sedang tidak ada.
Selain di Pasar Korem, harga minyak goreng di Pasar Baruga juga mengalami kenaikan, yakni Rp 60.000 per liter.
Baca juga: Hendak Antre Minyak Goreng, Seorang Wanita Mengeluh Dada Sakit hingga Berakhir Meninggal Dunia
Seorang warga bernama Kiki (34) bahkan mengaku bahwa warga kesulitan mencari minyak goreng selama sepekan terakhir.
Selain pihak distributor menjualnya dalam jumlah terbatas, warga juga harus antre berjam-jam untuk mendapatkan 1-2 liter minyak goreng.
Kiki bahkan mengaku heran dengan fenomena kelangkaan dan tingginya harga minyak goreng di beberapa wilayah Tanah Air.
Sebab menurutnya, banyak wilayah di Indonesia yang merupakan penghasil kelapa sawit bahkan terbesar di dunia.
“Ini sudah harga gila-gilaan, dan sangat aneh sekali karena daerah kita penghasil kelapa sawit terbesar di dunia, juga produk kelapa ditemukan di mana-mana, tapi anehnya kok minyak goreng langka,” jelas Kiki yang dikutip Grid.ID dari Kompas.com via Antara, Sabtu (12/3/2022).
Di lain sisi, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Sultra dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) berjanji akan terus memantau dan mengawasi terkait melejitnya harga minyak goreng.
Disperindag Sultra bahkan telah berencana mengadakan operasi pasar di halaman kantor Perindag pada 15 Maret mendatang.
Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Luthfi mengatakan, sebenarnya stok minyak goreng yang dimiliki pemerintah cukup bahkan melimpah yang dihasilkan dari penerapan kebijakan DMO (domestic market obligation) dan DPO (domestic price obligation).
"Ini kita bicara seluruh Indonesia, 390 juta liter ini untuk seluruh Indonesia, per kemarin itu sudah 415 juta liter hanya dalam 20 hari," ujar Mendag saat melakukan kunjungan ke Pasar Kebayoran Lama, Rabu (9/3/2022) lalu.
Mendag membeberkan ada dua kemungkinan yang menjadi penyebab mengapa minyak goreng langka di pasaran.
Pertama, karena kebocoran untuk industri yang kemudian dijual dengan harga tidak sesuai patokan pemerintah. Kedua, ada penyelundupan dari sejumlah oknum.
"Ini akan saya tindak keduanya menurut hukum," tegas Mendag.
Mendag mengatakan, ketersediaan minyak goreng yang banyak namun langka di pasaran karena ada beberapa oknum yang menimbun.
Hasil timbunan itu lantas dijual ke luar negeri dengan harga yang berlaku di tingkat global.
"Jadi ada yang menimbun, dijual ke industri atau ada yang menyelundup ke luar negeri, ini melawan hukum," tegas Lutfi.
"Pokoknya kita lagi mencoba, harga internasional boleh setinggi mungkin, harga nasional tetap terjangkau tetap terjangkau dan tersedia," sambungnya.
Artikel ini telah tayang di TribunStyle.com