Berita Pangkalpinang
Tanamkan Rasa Cinta dan Sayang, Jadi Kunci Ustazah Lia Bimbing Para Santri Hafalkan Al-Quran
Rasa cinta dan sayang terhadap sesuatu yang sedang ditekuni akan memudahkan para santri untuk bisa menghafal Al-Quran.
Penulis: Cici Nasya Nita |
BANGKAPOS.COM, BANGKA -- Rasa cinta dan sayang terhadap sesuatu yang sedang ditekuni akan memudahkan para santri untuk bisa menghafal Al-Quran. Begitulah kata Pembimbing di Pondok Pesantren Putri PTQ Taajul Waqaar Babel, Ustazah Lia Syafitri.
Dirinya mengaku sudah sekira dua tahun menekuni profesi sebagai pembimbing penghafal Al-Quran. Tak dipungkirinya, bukan perkara mudah membimbing santri.
"Menjadikan semua itu ringan adalah cinta terlebih dulu dengan apa yang digeluti, Insya Allah menjadi mudah," ujar Ustazah Lia beberapa waktu lalu saat disambangi Bangkapos.com, Jumat (8/42022).
Cinta itu prosesnya begitu panjang, tidak serta merta dirinya langsung bisa mencintai profesi yang dilakukan
sekarang.
"Dari kecil atau didikan orangtua, memang sudah ditanamkan dengan hal-hal yang bersifat agama, pada akhirnya dikenalkan dengan dunia menghafal Al-Quran, ternyata asyik dan lama-lama menimbulkan cinta," katanya.
Susah atau mudah mendidik santri, tentu diakuinya relatif, kalau dijalankan dengan cinta dan rasa sayang serta keyakinan semua diperjuangkan untuk Allah SWT maka akan terasa ringan.
"Kami harus membangkitkan semangat mereka dulu, kami ciptakan suasana yang santai, mereka memanggil kami umi saja, tidak perlu ustazah.
Kita sering menyebutkan para santri ini beruntung karena pada usia masih dini sudah berjuang untuk Al-Quran, itu akan membuat mereka akan lebih berharga," jelasnya.
Pera pembimbing juga menanamkan rasa bersyukur pada mereka, jenuh dan bosan itu wajar mereka rasakan.
"Kami kadang adakan acara mendadak seperti jalan-jalan ke pantai agar mereka bisa lebih rileks, tetapi tetap kami beri pahamkan bahwa refresh yang baik itu adalah Al-Quran," katanya.
Di Pondok Pesantren Putri PTQ Taajul Waqaar Babel, para santri beraktivitas dari jam 03.00 WIB sampai jam 21.00 WIB.
Jadi meskipun kesannya hanya menghafal Al-Quran, rutinitas yang dijalankan begitu padat, tapi lagi-lagi rasa cinta ditanamkan agar semua terasa ringan.
"Namun memang tidak semua santri bisa melakukan rutinitas seperti ini, pada akhirnya akan tersaring dengan sendirinya. Anak yang dipaksa masuk akan cenderung susah karena tidak dari hati nurani mereka, tapi kalau dari keinginan sendiri tentu akan lebih mudah," katanya.
Dalam proses belajar, para santri harus bisa membaca Al-Quran sesuai tajwidnya terlebih dulu baru bisa menghafal Al-Quran.
"Ada santri yang memulai dari awal, Iqro, tapi semua anak kami terima untuk dibimbing. Pengalaman kami bahkan anak-anak yang mulai membaca Al-Quran dari 0 bahkan bisa melampaui hafalan Al-Quran, anak yang sudah memiliki bekal ilmu sebelumnya, intinya semua anak bisa," katanya.