Inilah Negara Sekutu Rusia, Siap Bantu jika Terjadi Serangan dari Luar, Ada Suriah hingga China
Berikut ini profil tujuh negara sekutu Rusia Siap Bantu Rusia jika Terjadi Serangan dari Luar, Ada China hingga Belarus
Inilah Negara Sekutu Rusia, Siap Bantu jika Terjadi Serangan dari Luar, Ada Suriah hingga China
BANGKAPOS.COM - Sebagian besar sekutu Rusia dan negara lainnya biasanya berusaha untuk tetap netral.
Namun ada beberapa negara yang memiliki hubungan dekat dengan Moskow dan masih sepenuhnya mendukung Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Jika Barat memiliki NATO, maka Rusia juga memiliki aliansi pertahannya yang disebut CSTO, seperti yang dilaporkan The Washington Post.
Collective Security Treaty Organization (CSTO) adalah Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif yang tujuannya hampir sama dengan NATO.
CSTO beranggotakan enam negara, yaitu Russia, Armenia, Belarus, Kazakhstan, Kyrgyzstan, dan Tajikistan.
Setiap negara memiliki komitmen untuk membantu negara lainnya jika mengalami agresi militer atau serangan dari negara lain.
Selain anggota CSTO, Rusia diketahui memiliki hubungan dekat dengan beberapa negara lainnya seperti China, Suriah, Israel, Pakistan, Kuba, dan lainnya.
Perjanjian Keamanan Kolektif dimulai dan ditandatangani pada tahun 1992 sebagai tindak lanjut dari Persemakmuran Negara-Negara Merdeka, yang dibentuk setelah Uni Soviet bubar.
Baca juga: Turki Tak Mau Dianggap Memusuhi Vladimir Putin, Tiba-tiba Lindungi Rusia Lewat Cara Ini
Baca juga: Inilah 8 Barang yang Tidak Bisa Dibeli di Korea Utara, Bikin Kamu Bersyukur Tinggal di Indonesia
Berikut ini profil tujuh negara sekutu Rusia.
1. China
China merupakan negara yang memiliki hubungan dekat dengan Rusia.
Meski mereka dekat, tapi tindakan Rusia dalam serangan Ukraina tidak mendapat respons langsung dari China.
China mengatakan tidak akan memberikan dukungan militer kepada Moskow, tapi telah meningkatkan perdagangan dengan peningkatan impor gandum dari Rusia.
Namun, menteri luar negeri China menekankan kedaulatan masing-masing negara harus dihormati, sehingga meminta para pihak untuk kembali ke meja perundingan.