Berita Pangkalpinang
Harga TBS Kelapa Sawit Anjlok hingga Rp 400 per Kilogram di Babel, Ternyata Ini Penyebabnya
Harga TBS Kelapa Sawit Anjlok hingga Rp 400 per Kilogram di Babel, Ternyata Ini Penyebabnya
Penulis: Evan Saputra CC | Editor: Evan Saputra
BANGKAPOS.COM, BANGKA - Harga TBS Kelapa Sawit Anjlok hingga Rp 400 per Kilogram di Babel, Ternyata Ini Penyebabnya.
Menindaklanjuti anjloknya harga Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit di Bangka Belitung (Babel) membuat pemerintah daerah berpikir keras untuk menyelenggarakannya.
Saat ini harga TBS kelapa sawit di Babel Rp 400 hingga Rp 600 per kilogramnya.
Mencari tahu penyebabnya, Anggota DPRD Provinsi Babel melakukan pertemuan dengan pengusaha dan asosiasi petani kelapa sawit pada, Senin (11/7/3022) di Ruang Badan Musyawarah DPRD.
Wakil Ketua DPRD Provinsi Bangka Belitung, Amin, mengatakan, hasil pertemuan yang dilakukan DPRD dengan pengusaha dan asosiasi petani, membahas penyebab murahnya harga TBS kelapa sawit.
Baca juga: Pertamina Minta Masyarakat Tak Pindah ke Elpiji 3 Kg Menyusul Kenaikan Gas Elpiji 12 KG
"Terkait TBS kelapa sawit yang harganya terus menurun kendala sudah disampaikan. Paling utama karena distop ekspor CPO kemarin. Kemudian melalui desakan Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia dibuka kembali ekspor," kata Amin kepada Bangkapos.com, Senin (11/7/2022) di kantor DPRD.
Setelah dibuka ekspor CPO, kata Amin terjadi kendala di angkutan kapal dan kondisi tangki CPO yang penuh sehingga menyebabkan harga murah.
"Kita tidak menyalakan siapapun. Karena semua kondisi kita ini dalam kondisi serba salah. Tetapi dalam waktu dekat kami pimpinan bersama seluruh anggota dari GAPKI dan APKASINDO bergerak bersama. Kami berharap masyarakat tenang dan jangan panik," katanya.
Polikus Gerindra ini, mengatakan kondisi saat ini tak dapat dibiarkan secara berlarut-larut. Karena bakal berdampak pada perekonomian di Bangka Belitung.
"Kondisi ini bukan hanya mengancam pertumbuhan ekonomi, tetapi keamanan Babel. Sehingga kami akan membahas ini kembali bersama gubernur langsung. Ini harus cepat, jangan lama-lama karena resikonya akan tinggi dan kerugian makin banyak nanti," tegasnya.

Tak ada Kapal Angkutan
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Babel, Dato H. Ramli Sutanegara, mengatakan akibat dihentikan ekspor CPO kelapa sawit menyebabkan sejumlah kapal yang melakukan ekspor berhenti dan berpindah ke negara lain.
"Jadi ketika dihentikan mendadak ekspor orang mencari minyak di negara lain. Nah mereka mengkontrak kapal untuk itu, sekarang kapal tidak ada, kapal dipakai untuk angkutan. Kita minta buru-buru tidak bisa, karena mereka dikontrak enam bulan hingga setahun. Baik kapal maupun minyaknya, otomatis minyak kita tidak ada pembeli," kata Ramli
Seharusnya, kata Ramli, penghentian ekspor yang dilakukan kemarin tidak mendadak seperti yang dilakukan. Karena akibatnya sampai ke petani sawit.
"Petani susah, jadi saat ini dari DPRD untuk dapat berbicara langsung ke Presiden Joko Widodo untuk dialog. Terkait banyaknya pungutan dihilangkan dahulu, hingga tiga bulan sampai ia lancar kembali," ujarnya.
Ia mengakui, kondisi murahnya TBS kelapa sawit ini terjadi bukan hanya di Babel tetapi seluruh Indonesia.
"Jadi ini sudah bukan perosalan di pengusaha dan petani. Tetapi pada penyelenggaran negara ini," terangnya.

Tak Bisa Menjual CPO
Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (DPW APKASINDO) Provinsi Bangka Belitung, Sahurudin, mengatakan dengan harga kepala sawit saat ini, sangat memberatkan para petani.
"Sangat keberatan dengan dibeli harga Rp 600 hingga Rp 400 per Kg di petani. Kenapa itu terjadi karena memang perusahaan kelapa sawit tidak bisa menjual CPO lokal maupun ekspornya. Sehingga apalah daya para petani saat ini," kata Sahurudin.
Sahurudin, mengharapkan kondisi murahnya harga buah sawit saat ini cepat kembali normal. Karena ia kasihan melihat kondisi petani kelapa sawit saat ini.
"Sangat menyulitkan petani Babel rata-rata sedih sudah berkurang pendapatannya untuk penghasilan. Jadi tidak sesuai pos biaya opersional sawit dengan pajak tidak sesuai. Sebab ada pungutan dikenakan untuk petani sawit. Saya petani menyuarakan di mana keadilan pemerintah memungut kepada petani sawit lebih 50 persen. Kenapa komoditi lain tidak," keluh Sahurudin.
Sahurudin, meminta kerjasama semua kalangan untuk dapat membantu petani sawit di Banel mencarikan solusi terbaik, memulihkan kembali harga kelapa sawit.
"Kami minta dukungan untuk dapat bekerjasama dalam mencari solusi terbaik agar kami bisa diselamatkan. Apabila tidak kami akan tambah sedih dan sengsara. Apabila petani sengsara yang dirugikan negara juga," tegasnya.
(Bangkapos.com/Riki Pratama)