Berita Sungailiat
Ekspedisi Bangka Pos Mantung-Tanjung Ru, Ekonomi Warga Sekitar Menggeliat Sejak Pompong Beroperasi
Babe (65), seorang pemilik warung di kawasan itu mengaku telah lima tahun berdagang di kawasan Dermaga Tanjung Ru, Desa Bakit, Bangka Barat.
Babe mengaku dapat meraup Rp8 juta per harinya saat itu.
Hal ini lantaran saat itu belum banyak warung kecil yang berdiri seperti saat ini, sehingga para pekerja timah berbondong-bondong ke warung miliknya.
Namun saat ini Babe meraih omzet sekitar Rp700 ribu per hari, sebab telah terbagi ke beberapa warung kecil di sekitar dermaga yang banyak bermunculan.
"Kalau ramai tidak terlalu, biasa saja, kalau ramai itu saat awal dibuka TI ," kata dia.
Dirinya sangat bersyukur, dengan aktifnya moda transportasi pompong dan penambangan timah ini.
Sebab, hal inilah yang membuat perekonomian di sekitar Tanjung Ru tampak hidup, sehingga tercipta lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat di kawasan pesisir.
"Semuanya harus disyukuri. Walapun seadanya, tapi sejak ada penyeberangan ini, kawasan di sekitar menjadi ramai, orang-orang tidak perlu mutar jauh kalau ke Belinyu," tutur Babe.
Tidak hanya pemilik warung kecil, pemilik pompong pun turut ketiba rezeki dari aktifnya penyeberangan di Perairan Teluk Kelabat.
Baca juga: Ekspedisi Bangka Pos Mantung-Tanjung Ru, Warga Merasa Beruntung Pompong Melayari Teluk Kelabat
Seperti yang dirasakan, Hasan (60). Dia merasa sangat bersyukur bisa membawa penumpang setiap hari walau tak banyak.
Setiap hari ia mampu membawa dua kali penumpang menuju Belinyu.
"Satu kali bawa itu enggak nentu ya, kadang ada belasan, dan ada juga 10 orang," ucapnya.
Hasan mengaku, inilah profesinya yang bisa dijalaninya di usia lanjut ini.
Omzet yang didapatkannya sekitar Rp300 ribu per hari, namun meningkat sejak adanya TI di kawasan itu.
"Sejak ada TI ni lah ningkat, kalau tidak ada TI sepi di sini," ucapnya.
Melaui pompong ini pula, dia dapat menghidupi istrinya.
Sementara kedua anaknya telah berkeluarga. (Bangkapos.com/Akhmad Rifqi Ramadhani)