Berita Pangkalpinang
BPS Catat Bangka Belitung Alami Deflasi pada Agustus 2022, Dipicu Stabilnya Pasokan Komoditas
Toto membeberkan, deflasi di Agustus ini terjadi karena adanya penurunan indeks pada enam kelompok pengeluaran.
Penulis: Cici Nasya Nita | Editor: Novita
Namun tentunya, kestabilan pasokan komoditas ini belum tentu dapat bertahan pada beberapa bulan ke depan. Apalagi pada penghujung tahun akan memasuki perubahan musim, yang dapat menyebabkan terjadinya gagal panen untuk beberapa komoditas, seperti bawang merah, cabe dan sayuran sehingga berpotensi memicu inflasi.
Suhardi mengatakan, setidaknya dalam tahun 2022, Bangka Belitung secara mengalami 3 kali deflasi, yaitu pada Februari, Juni dan Agustus.
Adapun tingkat inflasi tahun kalender Agustus 2022 adalah sebesar 4,04 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Agustus 2022 terhadap Agustus 2021) sebesar 6,38 persen.
Deflasi Agustus 2022 terjadi pada komoditas volatile food (barang atau jasa yang perkembangan harganya sangat bergejolak fluktuatif). KHal ini umumnya disebabkan karena faktor ketersediaan pasokan. Jika pasokan melimpah, tentunya akan menurunkan harga sedangkan ketika pasokan terganggu akan terjadi kenaikan harga.
Pada beberapa waktu lalu, komoditas angkutan udara, bawang merah, daging ayam ras, cabai merah, minyak goreng, dan cabai rawit mengalami fluktuasi harga maka terjadi inflasi.
Sedangkan pada Agustus 2022, pasokan dan permintaan terhadap komoditas ini cenderung stabil atau terjadinya normalisasi, maka terjadi deflasi.
"Karena komoditas volatile food atau goods ini cenderung depengaruhi permintaan dan pasokan, maka tidak ada jaminan beberapa waktu ke depan akan terjadi deflasi atau inflasi. Hal ini akan tergantung pada faktor permintaan dan penawaran atau ketersediaan pasokan," kata Suhardi.
Perlu diingat, bahwa dunia saat ini sedang mengalami inflasi sebagai dampak dari terganggunya pasokan pangan.
Untuk itu, diperlukan kecermatan dan keseriusan dalam menjaga ketersediaan pasokan terhadap komoditas ini, jangan sampai terjadi kelangkaan yang berakibat pada inflasi yang tinggi, yang akan berdampak buruk pada perekonomian.
"Dengan demikian penting bagi pemerintah baik pusat maupun daerah, dalam menjaga kestabilan ini," kata Suhardi. (Bangkapos.com/Cici Nasya Nita)