Berita Pangkalpinang

BPS Catat Bangka Belitung Alami Deflasi pada Agustus 2022, Dipicu Stabilnya Pasokan Komoditas

Toto membeberkan, deflasi di Agustus ini terjadi karena adanya penurunan indeks pada enam kelompok pengeluaran.

Penulis: Cici Nasya Nita | Editor: Novita
IST/Tangkapan Layar
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Toto Haryanto Silitonga dalam live streaming, Kamis (1/9/2022). 

BANGKAPOS.COM, BANGKA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Agustus 2022, Bangka Belitung mengalami deflasi.

Dari gabungan dua kabupaten Kota di Bangka Belitung ini mengalami deflasi sebesar 1,36 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 112,88.

Andil deflasi gabungan dua Kota di Bangka Belitung pada Agustus 2022 utamanya disumbang oleh komoditas angkutan udara, bawang merah, dan daging ayam ras.

"Harga komoditas kelompok makanan bawang merah, daging ayam ras, cabai merah, cabai rawit, minyak goreng, itu cenderung menurun karena stok yang meningkat. Sehingga gabungan dua kota di Babel itu terjadi deflasi," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Toto Haryanto Silitonga, dalam live streaming, Kamis (1/9/2022).

Deflasi ini berasal dari dua kota, dengan rincian Kota Pangkalpinang sebesar 1,20 persen dan Kota Tanjungpandan sebesar 1,65 persen.

Sementara, tingkat inflasi tahun kalender Agustus 2022 adalah sebesar 4,04 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Agustus 2022 terhadap Agustus 2021) adalah sebesar 6,38 persen.

Dia membeberkan, deflasi di Agustus ini terjadi karena adanya penurunan indeks pada enam kelompok pengeluaran.

Yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 2,74 persen; kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,10 persen,

"Kelompok kesehatan sebesar 0,02 persen; kelompok transportasi sebesar 3,49 persen; kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,13 persen' serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,02 persen," lanjut Toto.

Pasokan Stabil

Dosen STIE Pertiba Pangkalpinang, Suhardi, mengatakan, faktor utama penyebab deflasi Babel bulan Agustus 2022 dikarenakan cenderung stabilnya pasokan terhadap bahan makanan khususnya daging ayam dan bawang merah, serta cukup stabilnya harga angkutan udara pada level batas atas.

"Cenderung normalnya permintaan dan kuantitas pasokan yang stabil terhadap daging ayam pada bulan Agustus, menjadi salah satu andil penyumbang deflasi bulan Agustus," kata Suhardi, Kamis (1/9/2022).

"Demikian juga dengan cukup melimpah dan lancarnya pasokan bawang merah dari sentra di Pulau Jawa, karena adanya musim panen yang berhasil juga menjadi andil menurunnya harga bawang merah di pasaran," imbuhnya.

Andil deflasi juga disumbang dari stabilnya harga tiket pesawat sebagai akibat dari selesainya masa liburan dan dimulainya ajaran baru anak-anak sekolah, serta cukup patuhnya maskapai dalam mematuhi aturan batas atas terhadap harga angkutan udara, juga memainkan andil sangat besar terhadap laju deflasi Aguatus 2022 di Babel.

"Secara nasional juga terjadi deflasi. Hal ini terutama dipicu menurunnya harga komoditas pangan, seperti bawang merah, daging ayam ras, cabai merah, cabai rawit, dan minyak goreng cenderung menurun karena adanya peningkatan stok," jelasnya.

Namun tentunya, kestabilan pasokan komoditas ini belum tentu dapat bertahan pada beberapa bulan ke depan. Apalagi pada penghujung tahun akan memasuki perubahan musim, yang dapat menyebabkan terjadinya gagal panen untuk beberapa komoditas, seperti bawang merah, cabe dan sayuran sehingga berpotensi memicu inflasi.

Suhardi mengatakan, setidaknya dalam tahun 2022, Bangka Belitung secara mengalami 3 kali deflasi, yaitu pada Februari, Juni dan Agustus.

Adapun tingkat inflasi tahun kalender Agustus 2022 adalah sebesar 4,04 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Agustus 2022 terhadap Agustus 2021) sebesar 6,38 persen.

Deflasi Agustus 2022 terjadi pada komoditas volatile food (barang atau jasa yang perkembangan harganya sangat bergejolak fluktuatif). KHal ini umumnya disebabkan karena faktor ketersediaan pasokan. Jika pasokan melimpah, tentunya akan menurunkan harga sedangkan ketika pasokan terganggu akan terjadi kenaikan harga.

Pada beberapa waktu lalu, komoditas angkutan udara, bawang merah, daging ayam ras, cabai merah, minyak goreng, dan cabai rawit mengalami fluktuasi harga maka terjadi inflasi.

Sedangkan pada Agustus 2022, pasokan dan permintaan terhadap komoditas ini cenderung stabil atau terjadinya normalisasi, maka terjadi deflasi.

"Karena komoditas volatile food atau goods ini cenderung depengaruhi permintaan dan pasokan, maka tidak ada jaminan beberapa waktu ke depan akan terjadi deflasi atau inflasi. Hal ini akan tergantung pada faktor permintaan dan penawaran atau ketersediaan pasokan," kata Suhardi.

Perlu diingat, bahwa dunia saat ini sedang mengalami inflasi sebagai dampak dari terganggunya pasokan pangan.

Untuk itu, diperlukan kecermatan dan keseriusan dalam menjaga ketersediaan pasokan terhadap komoditas ini, jangan sampai terjadi kelangkaan yang berakibat pada inflasi yang tinggi, yang akan berdampak buruk pada perekonomian.

"Dengan demikian penting bagi pemerintah baik pusat maupun daerah, dalam menjaga kestabilan ini," kata Suhardi. (Bangkapos.com/Cici Nasya Nita)

Sumber: bangkapos.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved