Malas Antre Pertalite Beralih Ke Pertamax, Siap-siap Mesin Motor Dibongkar Mekanik

Kebiasaan beralih membeli Pertalite ke Pertamax ternyata berisiko terhadap mesin kendaraan.

Editor: fitriadi
Bangkapos.com/Andini Dwi Hasanah
Petugas SPBU melayani pembelian Pertalite di SPBU Kota Pangkalpinang, Bangka Belitung, Jumat (1/7/2022). Sebagian pengendara malas antre Pertalite di SPBU karena antreannya panjang. Ternyata, kebiasaan beralih membeli Pertalite ke Pertamax ternyata berisiko terhadap mesin kendaraan. 

"Deposit yang menempel pada injektor itu maksimal 15 persen, sedangkan untuk ruang katup ketebalannya 50 mg lalu untuk ruang bakar (piston) sebesar 40 persen," tutupnya.

Jadi jangan heran kalau sehabis menggunakan Pertamax, deposit yang timbul lebih banyak dari Pertalite, karena memang merontokan deposit di injektor dan ruang katup atau saluran isap.

Di tambah lagi jika kebiasaan mencampur-campur bensin terus dilakukan, bisa berakibat mesin menjadi ngelitik dan yang parahnya performa motor jadi menurun.

Tetapi hal tersebut enggak akan terjadi, kalau motor meminum bensin beroktan tinggi kesehatan mesin menjadi terjamin.

Pendapat yang sama diungkapkan Dosen Konversi Energi Otomotif Universitas Negeri Semarang (Unnes) Widya Aryadi menjelaskan, mencampur BBM beda nilai oktan ada efek sampingnya.

Katanya kandungan zat aditif detergen berbeda, komposisi yang tidak seimbang, efeknya bukan membersihkan, tapi mengotori.

"Zat aditif pembersih kerak karbon antara BBM Pertamax dan Pertalite beda jauh. Ketika keduanya di campur, itu malah kontraproduktif. Yang seharusnya octane booster malah akhirnya jadi deposit," kata Widya kepada Kompas.com, Senin (10/10/2022).

Bensin atau bahan bakar oktan tinggi mengandung octane booster yang lebih banyak.

Kerak karbon muncul karena dua jenis BBM beda oktan gagal tercampur sempurna.

"Octane booster BBM yang gunanya menaikkan nilai oktan itu mengandung deposit. Jika gagal terbakar, akan menumpuk di kepala piston," katanya.

Kerak dan deposit karbon berimbas pada performa mesin yang droop.

Tandanya biasa diawali gejala ngelitik ketika mesin di paksa akselerasi mendadak.

Pedal gas atau throttle yang diinjak dalam, respon mesin terlambat dan ECU akan mengkoreksi data timming pengapian jadi lebih maju.

"ECU akan menyesuaikan data kompresi, supaya seimbang campuran bahan bakar ditambah supaya mesin tidak panas dan kehilangan tenaga," katanya.

Nah mulai sekarang stop campur-campur beberapa jenis BBM di motor Anda karena resikonya mesin jadi rusak. (GridOto/Motorplus-Online.com)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved