Wisata Bangka

Kisah Unik Pantai Utara Pulau Bangka, Simak Misteri Hilangnya Burung Pergam hingga Penyu Bertelur

Wisata bawah laut di Perairan Pulau Putri sungguh menawan. Perairan ini masuk wilayah administrasi Desa Penyusuk, Kelurahan Bukitketok Belinyu Bangka.

Penulis: Fery Laskari CC |
zoom-inlihat foto Kisah Unik Pantai Utara Pulau Bangka, Simak Misteri Hilangnya Burung Pergam hingga Penyu Bertelur
Bangkapos.com/Dok
Tampak Obyek Wisata Pulau Putri Belinyu.(Bangkapos.com/Dok)

BANGKAPOS.COM , BANGKA -- Wisata bawah laut di Perairan Pulau Putri sungguh menawan. Perairan ini masuk wilayah administrasi Desa Penyusuk, Kelurahan Bukitketok, Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka.

Dosen Ilmu Kelautan Universitas Bangka Belitung (UBB), Indra Ambalika Syari mengatakan, Program Coral Garden atau rehabilitasi terumbu karang, baru-baru ini dilakukan PT Timah Tbk melibatkan berbagai pihak di Perairan Pulau Putri. Upaya itu bisa menjadi daya tarik bagi wisata bawah laut.

“Khusus di Pulau Putri ini, kami menggunakan karang dari hasil kebun transplantasi karang yang dilakukan dari program reklamasi laut PT Timah. Jadi tidak mengambil karang dari alam, tentunya hal ini tidak merusak karang alami," kata Indra dalam rilis, Selasa (1/11/2022).

Menurut Indra, pihaknya bersama PT Timah tidak hanya sekadar menenggelamkan coral garden saja, akan tetapi juga melakukan monitoring terhadap pertumbuhan karang yang telah ditenggelamkan.

Ia menyebut dalam penenggelaman coral garden tahap pertama yang telah dilakukan, tingkat keberhasilannya mencapai 85 persen. Untuk itu, pihaknya mengganti karang-karang yang rusak tersebut agar tetap indah untuk mendukung daya tarik wisata bawah laut.

“Untuk kegiatan ini tentunya juga akan dilakukan kegiatan monitoring, dengan tujuan agar karang-karang yang sudah kita tanam dapat tumbuh dan berkembang. Dan jika ada yang mati, akan kami ganti dengan yang baru," jelasnya.

Indra menilai, penenggelaman coral garden yang dilakukan PT Timah Tbk merupakan upaya untuk menjaga ekosistem laut. Selain itu, juga memberikan dampak untuk mendorong sektor pariwisata dan perikanan di kawasan tersebut.

 “Harapan kami, PT Timah semakin perhatian dengan ekosistem di laut. Dengan adanya program seperti ini dapat menjadi contoh untuk perusahaan-perusahaan tambang lain, baik di Bangka Belitung ataupun di Indonesia," katanya.

"Semoga program ini dapat terus berlanjut, serta dapat dilakukan di lokasi yang lain yang memiliki daya tarik serta potensi wisatanya. Sehingga program ini dapat menjadi suatu sinergitas antara penambangan dan pariwisata," harap Indra.

Sementara itu penenggelaman Coral Garden di Kawasan Pulau Putri, Desa Penyusuk, Kelurahan Bukitketok, Kecamatan Belinyu, dilakukan Senin (31/10/2022) kemarin.

Seorang nelayan yang terlibat dalam kegiatan coral garden, Supriyanto (50) yang merupakan anggota Kelompok Sinar Penyusuk mengatakan, dirinya merasakan manfaat dari program ini pasalnya bisa memberikan pekerjaan baru untuk meningkatan penghasilan.

Supriyanto mengatakan, dia kadang beralih menjadi pengantar wisatawan yang berkunjung ke Pulau Putri. Dalam satu hari pendapatannya bisa mencapai 600-700 ribu saat mengantar wisatawan.

“Dengan adanya program seperti ini kami berharap dapat meningkatkan kunjungan  wisatawan ke Pulau Putri, karena dengan adanya program seperti ini tentunya menambah spot untuk wisatawan snorkeling," ucapnya.

Ia berharap, program coral garden dapat terus berlanjut, sehingga memberi dampak baij terhadap wisata Pulau Putri, terutama dengan semakin banyak jenis serta bentuk karang yang ada tentu menjadi spot yang menarik untuk para wisatawan.

"Selain itu kami para nelayan dapat menjadikan hal ini sebagai pekerjaan sampingan di saat kami tidak melaut,” kata Supriyanto.

Ia menceritakan, mereka diajak terlibat dari proses pembuatan, penenggelaman, hingga monitoring sehingga bisa mendapatkan pengalaman dan ilmu baru dalam melaksanakan transplantasi karang.

“Program ini bagus karena tentunya untuk pertumbuhan karang, tentunya ini juga akan menambah pendapatan untuk masyarakat sekitar, karena dengan adanya kegiatan ini akan menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Pulau Putri ini," katanya.

Pasalnya dengan adanya coral garden ini dapat meningkatkan daya tarik wisatawan untuk datang ke Pulau Putri maupun penyusuk.

Tidak hanya itu, kawasan Pulau Putri ini menjadi paket lengkap yakni panorama alam yang indah dan wisata underwater.

“Selain itu kami rasa program ini sangat baik, karena dapat memberikan pekerjaan untuk Nelayan kami yang terlibat dalam dikegiatan ini. Ini menjadi langkah untuk meningkatan sektor wisata, yang mana kita ketahui Pulau Putri ini menjadi salah satu tujuan destinasi wisata di Kecamatan Belinyu,” tambah Lingga, Camat Belinyu, Selasa (1/11/2022).

Ia berharap, progam yang telah dijalankan dapat dilanjutkan, sebab dirinya merasakan program-program yang dilakukan PTimah Tbk telah dirasakan masyarakat manfaatnya.

“Kami berterima kasih kepada PT Timah Tbk yang selalu menghadirkan program-program yang dekat dengan masyarakat yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat,” ujar Lingga.

Disebutkan sebelumnya  di sekitar kawasan ini tak hanya ada Pulau Putri, namun ada juga Pulau Lampu, Pulau ‎Mentigi, Pulau Bakong dan Pulau Antu.

Pengunjung yang ingin melihat keindahan bawah laut Pulau Putri dan Pulau Lampu dapat menyewa peralatan snorkeling yang disewakan penduduk setempat.

Keenam pulau di depan Tanjung Penyusuk ini dapat ditempuh sekitar 15 menit perjalanan ‎dari pantai Penyusuk menggunakan pompong.

Untuk diketahui, Pulau Putri sendiri adalah pulau kecil yang ditumbuhi pepohonan Mentigi dan batu-batu karang yang kokoh menghitam dan bibir pantainya ditumbuhi terumbu karang.

Keberadaan pulau cantik  diujung utara Pulau Bangka yang dikelilingi air laut nan bening ini menyimpan misteri tersendiri.

Yandi, Warga Belinyu beberapa waktu lalu menyebutkan, dulunya warga Belinyu sebenarnya hanya mengenal Pulau Lampu saja. Pulau Lampu ini berdampingan dengan Pulau Putri.

Dinamai Pulau Lampu karena adanya mercu suar di pulau tersebut. Bagi masyarakat Belinyu kawasan pulau Lampu dan pulau-pulau kecil di sekelilingnya dulu dikenal sebagai tempat memancing ikan ‎yang kaya dengan beraneka ragam ikan karang.

Dulu tempat wisata yang tenar bukanlah Pulau Putri, tapi Pantai Romodong yang berada dekat Penyusuk. "Kami dulu sering nembak burung putih (burung Pergam--red) di sana. Dulu burung itu banyak di pulau-pulau itu tapi sekarang tidak ada lagi," lanjut Yandi.

Ia menduga pulau yang berada dekat Pulau Lampu disebut Pulau Putri karena pernah ditemukan mayat seorang wanita di sana.

Ketua Kompala Ari Darmansyah kepada Bangkapos.com beberapa waktu lalu menduga nama Pulau Putri diambil dari sering munculnya penampakan seorang wanita di pulau tersebut.

"Kalau kita sendiri belum pernah melihatnya. Tapi ada beberapa pengunjung yang melihat. Baru-baru ini bahkan ada pengunjung yang camping kesurupan dan melihat sosok wanita itu," kata Ari.

Menurut Ari sebelumnya tidak pernah terjadi kesurupan yang menimpa pengunjung yang camping di pulau-pulau tersebut. "Ini mereka bawa sound system dan putar musik sampai tengah malam," jelasnya.

Komunitas Pencinta Alam (Kompala) yang dipimpin Ari sendiri selama ini tanpa pamrih merintis pelestarian Pulau Putri dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.

Ketenaran Pulau Putri sebagai objek wisata yang ramai dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara bagi Ari dan kawan-kawannya jadi kebanggaan batin tersendiri.

Apalagi keberadaan tempat wisata tersebut mampu memberikan penghidupan bagi warga setempat. "Kami ini tidak butuh pujian. Kami hanya ingin berbuat," ujarnya.

Kompala yang hingga saat ini aktif menjaga Pulau Putri dan secara kontinyu membersihkan sampah-sampah yang ditinggalkan pengunjung tanpa mengharapkan materi tersebut menamakan aksi mereka Gerakan Sang Penjaga Putri.

"‎Kami aktif di Pulau Putri sejak september 2014. Awalnya kami disangka gila karena dulu nelayan pun enggan tidur di Pulau Putri," jelas Ari.

Ia mengatakan, Kompala yang anggotanya berasal dari berbagai latar belakang pendidikan dan pekerjaan tersebut pada awalnya melakukan gerakan pengusiran Pompong TI apung yang mencuci pasir timah di perairan tersebut.

"Kami khawatir limbah cuciannya merusak terumbu karang di sana. Apalagi ada berbagai jenis ikan yang hidup di sana seperti ikan nemo," jelasnya ketika itu.

Seiring perkembangan waktu pihaknya mencoba membuat karang buatan hingga membersihkan sampah-sampah yang ditinggalkan pengunjung.

"Untuk transplantasi karang sekarang sudah mulai kelihatan hasilnya. Karangnya mulai tumbuh. Itupun harus tetap dijaga agar tidak rusak kembali," ‎jelas Ari.

Pulau Putri dan kawasan Penyusuk sebenarnya dulu merupakan sebuah tempat penyu bertelur.
Sayangnya warga masih mengambil telur-telur penyu dari pulau yang jadi destinasi wisata favorit bagi warga Bangka itu.

Kini cerita penyu bertelur di kawasan tersebut mungkin tak terdengar lagi. "Kata Penyusuk itukan diambil dari Penyu yang bertelur di wilayah tersebut," katanya menduga-duga.(Bangkapos.com/Sela Agustika/Iwan Satriawan)

Sumber: bangkapos.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved