Kisah Nono, Bocah Kelas 2 SD yang Juara 1 Lomba Matematika Tingkat Dunia, Singkirkan 7000 Peserta

Nono menjadi juara 1 lomba Matematika Internasional Abacus World Competition dan menyingkirkan 7000 peserta lainnya yang berasal dari seluruh dunia

Penulis: Vigestha Repit Dwi Yarda | Editor: Hendra
Kolase Istimewa
Kisah Nono, Bocah Kelas 2 SD yang Juara 1 Lomba Matematika Tingkat Dunia 

BANGKAPOS.COM- Satu lagi prestasi dari anak negeri yang patut diacungi jempol, datang dari Nono, bocah kelas 2 SD yang menjuarai lomba Matematika tingkat dunia.

Nono baru saja membawa harum nama Indonesia usai menjadi juara 1 lomba Matematika Internasional Abacus World Competition tingkat dunia.

Tak tanggung-tanggung, bocah SD asal Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur Ini sukses menyingkirkan 7000 peserta lainnya yang berasal dari seluruh dunia.

Diketahui Nono berhasil berada di posisi pertama, sedangkan posisi kedua diduduki peserta dari Qatar dan ketiga dari USA.

Diketahui Abacus World Competition merupakan wadah perlombaan matematika untuk seluruh murid Abacus Brain Gym di seluruh dunia.

Skor dinilai didapat dari  jumlah file yang dikerjakan siswa selama satu tahun. Satu file terdiri dari 10 soal.

Tiap file yang dihitung untuk penilaian minimal mendapat nilai 70.

"Saya Nono, Siswa Kelas 2 SD Inpres Buraen. Saya bercita-cita untuk menjadi tentara dan bisa menciptakan oto (mobil) paling tercepat. Kereta paling tercepat dan pesawat," ujar Nono usai bertemu Gubernur NTT, Viktor B. Laiskodat, melansir dari Tribun Flores, Selasa, 10 Januari 2022.

Bocah bernama asli Caesar Archangels Hendrik Meo Tnunay ini mengaku bisa menjadi menjadi pintar karena membaca Alkitab dan berdoa, rendah hati dan terus berlatih. 

"Nono merasa senang. Saya belajar Matematika Gasing," ujar Nono

Pengakuan Nono dibenarkan oleh Nuryati Usanak Seran dan Raflim Meo, orang tua kandung Nono.

2023118 Kisah Nono, juara dunia matematika
Kisah Nono, juara 1 matematika tingkat dunia

"Nono  diajarkan sebelum belajar harus membaca Alkitab dan berdoa. Itu yang selalu di ajarkan," ungkap Nuryati. 

"Kami sebagai orang tua merasa sangat senang dan bangga sekali. Jujur pada saat menyanyikan lagu Indonesia, saya merasa sedih dan haru, saya punya hati berjasa buat negara," tambahnya.

Ia menceritakan bahwa Nono merupakan siswa binaan Yayasan Pendidikan Astra – Michael D. Ruslim (YPA-MDR) dan kebetulan Nuryati  menjadi guru Matematika binaan Astra. 

"Awalnya saya ikut kegiatan gasing (metode matematika gampang, asik dan menyenangkan). Setelah itu, saya mengikuti pelatihan di Tangerang-Jakarta selama dua bulan. Sepulang dari pelatihan saya mencoba mengajarkan metode gasing tersebut ke Nono, dengan menggunakan fasilitas-fasilitas dari Astra," ujarnya. 

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved