Berita Pangkalpinang

Mengenal Tradisi Ngeruah, Mengenang Arwah Leluhur Menyambut Bulan Suci Ramadhan di Bangka Belitung 

Beberapa pekan terakhir masyarakat Bangka Belitung melaksanakan tradisi ruah, tradisi unik ini dalam rangka menyambut bulan suci

Penulis: Andini Dwi Hasanah | Editor: Iwan Satriawan
Bangkapos.com/Arya Bima Mahendra
Suasana Nganggung dalam perayaan Ruwah Kubur 1444 H di Desa Keretak dan Keretak Atas, Kecamatan Sungaiselan, Bangka Tengah, Minggu (5/3/2023). 

BANGKAPOS.COM,BANGKA-- Beberapa pekan terakhir masyarakat Bangka Belitung melaksanakan tradisi ruah, tradisi unik ini dalam rangka menyambut bulan suci ramadan, sejumlah daerah memeriahkan tradisi ruah seperti lebaran. 

Berbagai macam jenis makanan dihidangkan, seperti rendang, opor, ketupat, lepet, tekwan, pempek, dan banyak lagi. Kue-kue kering berjejer di meja, serta aneka minuman pelengkap.

Tamu dari macam-macam daerah memadati kampung yang sedang melaksanakan tradisi ruah tersebut.

Suasana Tradisi Ruwah
Suasana Tradisi Ruwah (Ist)

Bahkan, kemarin Minggu (12/3) Desa Tempilang, Kabupaten Bangka Barat menyelenggarakan acara perang ketupat pada momen ruah ini.

Namun, sebetulnya apasih ruah tersebut, dan seperti apa tradisi ruah itu menjadi lekat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini.

Sejarawan dan budayawan Bangka Belitung Akhmad Elvian menyebut, ruah kubur atau Ngeruah merupakan tradisi masyarakat Bangka pada pertengahan bulan sya'ban atau sering juga disebut dengan bulan ruwah dalam rangka kegembiraan menyambut bulan ramadhan atau bulan puasa. 

Kata Elvian, Ngeruah atau ruwah adalah mengenang arwah leluhur atau orang orang tua yang sudah meninggal dunia dalam konteks mengenang kebaikan kebaikan yang telah mereka lakukan semasa hidup.

"Mengenang sekaligus meneladani perilaku serta melaksanakan petuah dan nasehat yang mereka berikan sewaktu masih hidup, dan yang terpenting adalah mengingatkan kita kepada kematian dan mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian," sebut Elvian kepada Bangkapos.com, Senin (13/3/2023).

Kata Elvian, kegiatan yang dilakukan mulai dari membersihkan kuburan, mendoakan bagi arwah yang sudah meninggal. Berdoa ada yang dilakukan dekat makam dan ada yang dilakukan di rumah atau di masjid. 

Untuk kegiatan di masjid biasanya dilakukan bersama dengan menganggung sedulang cerak (simbol nasi, ketupat, lepet dan aneka macam lauk pauknya) dan sedulang ketan (sedulang ketan simbol keanekaragaman kue kue yang dihidangkan).

"Pelaksanaan ruwah hampir dilakukan oleh rumah tangga keluarga batih monogami di pulau Bangka, sehingga sangat kental kemeriahannya sama seperti lebaran," tuturnya.

Kegembiraan terpancar pada masing masing anggota masyarakat terutama menyambut bulan puasa atau ramadhan karena merupakan bulan mulia yang membebaskan diri dari siksa neraka dan menuju balasan berupa syurga," tambahnya.

(Bangkapos.com/Andini Dwi Hasanah)

 

Sumber: bangkapos.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved