Idul Fitri 2023
Penjelasan Ustaz Abdul Somad Soal Perbedaan Hari Raya Idul Fitri Muhammadiyah, NU dan Pemerintah
Lantas mengapa ada perbedaan hari raya Idul Fitri antara Muhamadiyah dan NU dan pemerintah, bahkan kerap memunculkan pertentangan? Ini kata UAS
Penulis: Vigestha Repit Dwi Yarda | Editor: Hendra
Lebih lanjut, UAS menyebut bahwa di Mesir adanya perbedaan pandangan dalam menetapkan 1 Ramadhan atau 1 Syawal dilakukan dengan cara kombinasi dua sistem.
"Itu yang terjadi di Mesir, antara hisab ilmu astronomi dengan rukyat dikombinasikan, jadi keduanya bukan dikonfrontir ditabrakan, tapi dikombinasikan, jadi harusnya keluar satu suara," tuturnya.
Jadi penceramah yang berfokus dalam bidang ilmu hadis dan fikih itu menyarankan untuk meyakini apa yang dipikir benar.
"Saya pribadi menyarankan, ikutlah apa yang engkau yakini benar menurut engkau, walaupun seribu orang berfatwa memberikan fatwa kepadamu. Fatwa yang dikeluarin oleh Muhammadiyah benar. Fatwa yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) benar," paparnya.
"Persimpangannya di mana? Penetapan pada angka minimal, MUI dan NU menetapkan angka dua derajat, jika dua derajat dia dapat dikatakan hilal, bila kurang bukan hilal. Tapi Muhammadiyah dia mengatakan 0,5 derajat pun kalau sudah itu hilal, maka dia adalah hilal, maka boleh, di situ letak persimpangannya," tegas UAS.
Untuk UAS sendiri ia mengakui bahwa dirinya mengikuti aturan di komisi fatwa Majelis Ulama Indonesia provinsi Riau.
Sementara itu soal perbedaan hari rari raya di tiap daerah juga dijelaskan Ustaz Abdul Somad di video yang lain.
Seorang jemaah bertanya kepada UAS, lantas dari perbedaan tersebut, mana yang harus diikuti?
UAS menekankan bahwa karena tiap daerah memiliki penentuan waktu sendiri, maka dianjurkan untuk mengikuti penentuan waktu Indonesia.
"Makkah tu punya mathla' sendiri, Pekanbaru punya mathla' sendiri. Makkah punya syuruq sendiri, Pekanbaru punya syuruq sendiri. Tak sama. Mana bisa kita ikut Makkah. Kalau kita di Pekanbaru ikut Makkah. Berarti shalat zhuhur kita jam 15.30 WIB," jawab UAS melalui akun Instagram pribadinya, Rabu (6/7/2022).
UAS menjelaskan mengapa bisa terjadi perbedaan penentuan hari raya di Indonesia dengan Arab Saudi.
Dikatakannya hal tersebut lantaran penentuan Idul Adha mempertimbangkan terlihatnya hilal.
Arab Saudi lebih dahulu merayakan Idul Adha karena letaknya lebih dekat dengan bagian barat bumi. Pasalnya, semakin suatu daerah mendekati bagian barat bumi, maka semakin cepat untuk melihat hilal.
"Waktu sholat pakai waktu matahari, kita di timur lebih dulu. Kalau awal bulan itu ikut Hilal, bulan, yang di barat lebih dulu," lanjut UAS.
Perbedaan penentuan waktu tersebut juga pernah terjadi di zaman Salaf. Maka, UAS menekankan agar tidak memusingkan perbedaan tersebut dan tetap mengikuti penentuan waktu di daerah masing-masing.
Kuraib dari Madinah ke Syam. Di Syam mereka melihat Hilal malam Jum'at. Ibnu Abbas di Madinah melihat Hilal malam Sabtu. Syam dengan Madinah aja beda mathla', apalagi Makkah dengan Pekanbaru," pungkas UAS.
(Bangkapos.com/Vigestha Repit)
| H+2 Arus Balik Lebaran Idulfitri 2023, Pelabuhan Tanjung Kalian Bangka Barat Sepi |
|
|---|
| Kisah Warga Bangka Tengah Dapat Hadiah Umrah Acara Open House Pj Gubernur Bangka Belitung |
|
|---|
| Puasa Syawal, Waktu Mengerjakan, Bacaan Niat Serta Keutamaan Puasa Sunnah 6 Hari di Bulan Syawal |
|
|---|
| Cuti Bersama Lebaran 2023 Sampai Kapan? Ingat Sudah Ada Perubahan, Ini Tanggalnya |
|
|---|
| Tak Sempat Silaturahmi Langsung, Kirim Ucapan Selamat Idul Fitri 2023 Kepada Teman Sejawat |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.