Berita Pangkalpinang

7 Kasus Sifilis Tercatat di Pangkalpinang Selama 4 Bulan Terakhir, Paling Banyak di Kelurahan Ini

Tujuh kasus baru penyakit sifilis atau raja singa tercatat di Kota Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung.

Penulis: Cepi Marlianto | Editor: nurhayati
Bangkapos.com/Cepi Marlianto
Sub Koordinator Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kota Pangkalpinang, Budi Susilo. 

BANGKAPOS.COM, BANGKA --  Tujuh kasus baru penyakit sifilis atau raja singa tercatat di Kota Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung.

Kasus tersebut didapat selama kurun waktu empat bulan terakhir, periode bulan Januari hingga April 2023.

Sub Koordinator Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kota Pangkalpinang, Budi Susilo mengungkapkan, penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) khususnya sifilis di daerah itu cenderung stabil dan tidak ada peningkatan.

Baca juga: Gara-Gara Jual Chip Higgs Domino Island, Pria di Pangkalpinang Ditangkap Polisi

Baca juga: Pemkab Bangka Barat Bidik Rp11,8 Miliar DAK Fisik Guna Meningkatkan Sektor Pertanian

Di mana berdasarkan data hanya terdapat tujuh kasus selama beberapa bulan terakhir.

"Untuk kasus sifilis sendiri tidak ada kenaikan, karena sampai bulan April 2023 untuk sifilis itu hanya ada tujuh kasus,” kata Budi kepada Bangkapos.com, Sabtu (13/5/2023).

Budi Susilo memaparkan, dari tujuh kasus tersebut paling banyak didapati di Kelurahan Melintang, Kecamatan Rangkui sebanyak enam kasus.

Rinciannya pada bulan Januari ditemukan dua kasus.

Masing-masing satu kasus ditemukan bulan Februari dan Maret.

Lalu dua kasus didapati pada bulan April.

Sedangkan satu kasus pada bulan Februari didapat dari Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Bukit Intan.

Diakui dia dinas kesehatan setidaknya mencatat terdapat satu hingga dua kasus baru ditemukan setiap bulannya, sehingga tren peningkatan kasus sifilis sendiri diperkirakan masih ada.

Oleh karena itu permasalahan ini akan menjadi perhatian serius oleh pihaknya.

“Dalam sebulan kita temukan satu hingga dua kasus, dan ini baru awal tahun. Kemungkinan akan ada penambahan kasus lagi hingga akhir tahun, kami memperkirakan akan berjumlah 20-30 kasus,” ungkap Budi Susilo.

Di samping itu lanjut dia, sifilis sendiri merupakan salah satu penyakit menular seksual atau IMS yang disebabkan oleh infeksi bakteri.

Umumnya, sifilis adalah penyakit yang diawali dengan luka di sekitar alat kelamin, dubur, ataupun mulut.

Awal kemunculan luka tersebut cenderung tidak disertai dengan rasa nyeri.

Penularan sifilis dipicu oleh aktivitas seksual menyimpang yang dilakukan oleh penderitanya.

Layaknya bergonta-ganti pasangan, penetrasi, seks oral, atau seks anal.

Tak hanya itu, penyakit infeksi menular seksual ini bisa ditularkan secara vertikal dari ibu ke bayi selama masa kehamilan dan persalinan, serta bisa ditularkan melalui hubungan seks, jarum suntik, dan produk darah yang tercemar.

“Untuk penularan sipilis sendiri kemungkinan kecil terjadi kecuali hubungan seksual atau ibu yang menularkan ke bayinya. Kalau dari perantara benda, seperti handuk yang sama dan lainnya, itu hanya kemungkinan kecil terjadi,” ucapnya.

Kendati demikian kata Budi Susilo, Dinas Kesehatan Pangkalpinang saat ini terus melakukan langkah upaya mitigasi.

Caranya dengan menerapkan metode ABCDE.

A yakni abstinence adalah tidak berhubungan seks di luar nikah. 

B atau be faithful adalah saling setia pada pasangan, karena, banyak pria yang suka ‘jajan’ di luar dan tidak menggunakan kondom sehingga dapat membawa virus saat pulang ke rumah.

HIV kemudian bisa menular ke istri di rumah saat berhubungan seksual.

Untuk itu, setia pada pasangan atau tidak bergonta-ganti pasangan berhubungan seks juga menjadi kunci pencegahan HIV.

C atau condom, yaitu penggunaan kondom saat berhubungan seksual.

Penggunaan kondom ini dinilai sangat efektif mencegah penularan HIV.

don't use drugs atau tidak memakai narkoba. Terakhir, yaitu E equipment yang artinya menggunakan peralatan steril.

“Itu dua penyebab penularan yang paling tinggi, di luar itu penularan sangat jarang terjadi, upaya pencegahan yang pertama penting dilakukan adalah setia pada pasangan,” ungkap Budi Susilo.

Sekadar informasi, dalam lima tahun terakhir terjadi peningkatan angka kasus infeksi penyakit sifilis hampir mencapai 70 persen.

Hal tersebut patut diwaspadai, terutama jika penularan terjadi pada ibu hamil. Risiko penularan sifilis dari ibu ke bayi amat tinggi.

Baca juga: Miliki Harta Rp 10,9 Triliun, Segini Harga Sepatu Sandiaga Uno Saat Berkunjung ke Bangka Belitung

Baca juga: Menparekraf Sandiaga Uno: Alamnya Bangka Belitung Ini Kelas Dunia

Dilansir dari Kompas.com Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril menuturkan, risiko penularan sifilis secara vertikal, dari ibu ke bayi yang dikandung, bisa mencapai 69-80 persen.

Jika infeksi sifilis pada ibu hamil tidak diobati secara adekuat, hal itu dapat berisiko menyebabkan kejadian lahir mati dan abortus sebesar 40 persen, kematian perinatal sebesar 20 persen, berat badan lahir rendah, serta infeksi neonatus sebesar 20 persen.

“Penularan dari ibu ke anak-anak atau bayi ini bisa terjadi akibat ibu tidak mendapatkan pengobatan yang baik. Saat ini, jumlah ibu hamil dengan sifilis yang diobati masih rendah, yakni baru 41 persen,” jelasnya di Jakarta, Rabu (10/5/2023).

Kementerian Kesehatan mencatat, jumlah ibu hamil dengan sifilis mencapai 5.590 kasus atau 0,5 persen dari total kasus sifilis. Itu artinya, masih ada sekitar 2.000 ibu hamil dengan sifilis tidak mendapatkan pengobatan.

(Bangkapos.com/Cepi Marlianto)

Sumber: bangkapos.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved