Sejarah
Sejarah Yogyakarta Dijuluki Kota Pelajar, Julukan yang Sudah Dibangun Sejak Zaman Nenek Moyang
citra Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan dan Kota Pelajar sangat dipengaruhi oleh simbol-simbol pendidikan yang ada di kota tersebut.
Penulis: Fitri Wahyuni | Editor: fitriadi
Sejumlah tokoh tersebut termasuk Wahidin Sudirohusodo (1852-1916) yang menancapkan cita-citanya memajukan bangsa Indonesia melalui pendidikan dan pengajaran.
Perjuangan Wahidin turut menyulut semangat Soetomo dan para pelajar School tot Opleiding van Inlandsche Artsen, yang kemudian mendirikan Boedi Oetomo atau Budi Utomo.
Budi Utomo adalah organisasi pemuda yang didirikan pada 1908 dan berpusat di Jakarta.
Cita-cita Budi Utomo adalah meningkatkan derajat dan martabat bangsa Indonesia dengan jalan memajukan pendidikan dan pengajaran.
Budi Utomo kemudian berkembang sampai ke Kota Yogyakarta.
Selanjutnya, pada tahun 1912, Kiai Haji Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah dan diikuti lahirnya sekolah-sekolah berbasis muhammadiyah di Kota Yogyakarta.
Pada tahun 1919, berdiri Sekolah Teknik Pertama di Kota Jogja.
Pada 3 Juli 1922, Ki Hajar Dewantara mendirikan perguruan Taman Siswa.
Seperti diketahui, Taman Siswa telah mendidik generasi muda yang berkebangsaan, patriotik, cinta tanah air, dan bangsa, atas jasa Ki Hajar Dewantara.
Berkat pengaruh besar Ki Hajar Dewantara dalam penyelenggaraan pendidikan nasional, hari lahir Ki Hajar Dewantara, yakni 2 Mei, dijadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional.
Setiap tanggal 2 Mei, seperti saat ini, Selasa (2/5/2023), seluruh rakyat Indonesia memperingati Hari Pendidikan.
Lebih lanjut, pada 1925, berdiri Lembaga Pendidikan Kursus Dalang.
Pada tahun 1940 berdirilah Seminari Agung pindahan dari Semarang dan Magelang.
Seminari ini didirikan di Jalan Code Nomor 2 Kota Yogyakarta.
Pada tahun 1942 - 1945, dimulai pendidikan zaman penjajahan Jepang.
Saat itu, Jepang menjajah Indonesia dengan menjadikan rakyat sebagai pasukan perang, sehingga muncul pasukan Keibodan dan Heiho.
Tujuan pendidikan yang diajarkan oleh Jepang adalah pemuda harus membiasakan diri menjadi pemimpin yang sehat badan, sehat rohani, dan sehat bangsanya.
Dampak penjajahan Jepang turut mewarnai dinamika sekolah yang lahir di Kota Yogyakarta, yakni Sekolah Guru (1942), Sekolah Teknik Negeri, SMP Negeri, dan Fakultas Teknik.
Kini tercatat lebih dari 100 perguruan tinggi di Yogyakarta yang memiliki beberapa kategori, di antaranya akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut, dan universitas.
(Bangkapos.com/Fitri Wahyuni/TribunJogja.com/Alifia Nuralita Rezqiana)
Sejarah Bendera Pelangi sebagai Simbol LGBT, Masing-masing Warna Memiliki Arti |
![]() |
---|
Sejarah Terbentuknya TNI, Berawal dari Badan Keamanan Rakyat pada 22 Agustus 1945 |
![]() |
---|
Sejarah Densus 88, Satuan Khusus Kepolisian RI yang Bertugas Menanggulangi Tindak Pidana Terorisme |
![]() |
---|
Sejarah Basarnas, Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Kenali Tugas, Fungsi, dan Kedudukannya |
![]() |
---|
Sejarah dan Filosofi Bubur Merah Putih, Kerap Ditemukan di Perayaan atau Selametan Masyarakat Jawa |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.