Arti Subhanahu Wa Ta'ala, Bolehkah Disingkat SWT? Simak Penjelasan Berikut

Allah Mahasuci artinya Allah disucikan dari segala sesuatu yang dipersekutukan dengan-Nya. Allah Mahatinggi maksudnya Allah ditinggikan dari segala...

Penulis: Fitri Wahyuni | Editor: Hendra
Pinterest
Asmaul Husna atau nama baik Allah SWT, satu di antaranya adalah Al Muqit 

BANGKAPOS.COM -- Sering kali kita melihat atau membaca kalimat subhanahu wa ta'ala disingkat menjadi SWT.

Istilah subhanahu wa ta'ala ini mengiringi lafaz Allah. Allah subhanahu wa ta'ala.

Secara bahasa, subhanahu wa ta'ala artinya adalah Mahasuci dan Mahatinggi.

Arti subhanahu wa ta'ala dapat dilihat dalam QS An-Nahl Ayat 1 yang berbunyi: 
 
أَتَى أَمْرُ اللَّهِ فَلَا تَسْتَعْجِلُوهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ

Latin: Atā amrullāhi fa lā tasta'jilụh, sub-ḥānahụ wa ta'ālā 'ammā yusyrikụn
 
Artinya: “Telah pasti datangnya ketetapan Allah maka janganlah kamu meminta agar disegerakan (kedatangan)-nya. Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari segala sesuatu yang mereka persekutukan.”

Selain itu, arti subhanahu wa ta ala juga dapat dilihat dalam QS Al An’am Ayat 100, berbunyi:

وَجَعَلُوا لِلَّهِ شُرَكَاءَ الْجِنَّ وَخَلَقَهُمْ وَخَرَقُوا لَهُ بَنِينَ وَبَنَاتٍ بِغَيْرِ عِلْمٍ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يَصِفُونَ

Latin: Wa ja'alụ lillāhi syurakā`al-jinna wa khalaqahum wa kharaqụ lahụ banīna wa banātim bigairi 'ilm, sub-ḥānahụ wa ta'ālā 'ammā yaṣifụn.

Artinya: "Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka berbohong (dengan mengatakan), ‘Allah punya anak laki-laki dan perempuan,’ tanpa (dasar) ilmu pengetahuan. Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan.”

Serta terdapat juga dalam QS Al Qashash Ayat 68 yang bunyinya:

وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ وَيَخْتَارُ ۗ مَا كَانَ لَهُمُ ٱلْخِيَرَةُ ۚ سُبْحَٰنَ ٱللَّهِ وَتَعَٰلَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَنَ
 
Latin: Wa rabbuka yakhluqu mā yasyā`u wa yakhtār, mā kāna lahumul-khiyarah, sub-ḥānallāhi wa ta'ālā 'ammā yusyrikụn.

Artinya: “Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia).”

Allah Mahasuci artinya Allah disucikan dari segala sesuatu yang dipersekutukan dengan-Nya.

Allah tidak memerlukan sekutu, pendamping, maupun teman dalam memelihara seluruh alam semesta.

Sementara Allah Mahatinggi maksudnya Allah ditinggikan dari segala sifat rendah.

Artinya, Allah pemilik semua kesempurnaan makna tinggi dari semua sisi, Mahatinggi Zat-Nya, sifat-sifat-Nya, dan kekuasaan-Nya.

Allah Mahatinggi bersemayam di atas arsy, dan berkuasa atas segala sesuatunya.

Saat menulis kalimat sering kali kita menyingkat subhanahu wa ta'ala menjadi SWT.

Lantas apakah boleh menyingkat subhanahu wa ta'ala tersebut menjadi SWT?

Buya Yahya lewat kanal YouTube Al Bahjah TV pernah menjelaskan terkait hukum menyingkat subhanahu wa ta'ala ini.

Beliau mengatakan, menyingkat subhanahu wa ta'ala menjadi SWT bukanlah sesuatu yang haram atau berdosa.

Namun dengan catatan, maksud dari menyingkat tersebut adalah benar bahwa SWT itu subhanahu wa ta'ala, bukan memiliki maksud yang lain, apalagi merendahkan. 

Jika ternyata tujuan menyingkat SWT adalah untuk merendahkan Allah maka hukumnya adalah haram.

"Menulis subhanahu wa ta'ala dengan SWT itu adalah bukan sesuatu yang haram." kata Buya Yahya.

"Apakah boleh menulis singkatan seperti itu, Allah kemudian ada subhanahu wa ta'ala disingkat, bagaimana hukumnya?"

"Jawabnya adalah jika singkatan tersebut tidak mempunyai makna yang bertentangan dengan keagungan nama Allah, maka hukumnya adalah mubah, tidak derajat haram," jelas Beliau.

Hal ini juga berlaku saat menyingkat gelar Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menjadi saw.

Tidak haram selama tidak memiliki makna ganda atau bertentangan dengan maksud dari singkatan tersebut.

"Kalau singkatannya makna jelek ga bener, saw aja gada maknanya. Nabi Muhammad saw, tapi orang yang mengerti maknyanya Shallallahu 'Alaihi wa Sallam," ujar Buya Yahya.

"Jadi saw bukan sesuatu yang terlarang, tapi kehilangan keutamaan bersholawat. Kecuali singkatannya memiliki makna jelek. Nabi Muhammad dijejer dengan nama jelek, haram, dosa kita," sambung beliau.

Meski tidak ada larangan dalam penulisan, namun saat membaca singkatan tersebut sangat dianjurkan untuk tidak menyingkatnya, melainkan dibaca utuh sesuai maknanya.

"Jadi jika singkatan tersebut tidak punya makna jelek yang bertentangan dengan keagunan nabi dan keagungan Allah, maka hukumnya adalah mubah, paling berat adalah makruh, tidak sampai derajat haram,"

"Tapi yang jelas kita kehilangan keutamaan bersholawat dan menyanjung Allah subhanahu wa ta'ala," terang Buya Yahya.

"Tapi kalau punya makna jelek, haram, karena kita telah menjejerkan kalimat jelek bersama Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan bersama Allah, bahkan kalau diyakini masuk wilayah syirik," imbuh beliau.

Hal senada juga pernah disampaikan oleh Ustaz Syafiq Riza Basalamah lewat kanal kanal YouTube Al Karim.

Beliau mengatakan bahwa jika kita membaca subhanahu wa ta'ala dengan singkatan SWT, maka kita sebagai umat muslim tidak menyanjung Allah.

Padalah sebagai umat muslim, kita diperintahkan untuk senantiasa bertasbih kepada Allah subhanahu wa ta'ala.

"Kita tidak memuji Allah kalau kita mengatakan SWT, padahal kita disuruh bertasbih kepada Allah bukan disuruh SWT," kata Ustaz Syafiq Riza Basalamah.

"Gada perintah dalam Quran, ente kalau baca nama Allah bacalah SWT, Allah SWT. Apa artinya jamaah? gada yang tau," sambung beliau.

Oleh karenanya, sebagai umat muslim kita harus membaca utuh kalimat subhanahu wa ta'ala, bukan menyingkatnya menjadi SWT.

Wallahualam Bissawab...

(Bangkapos.com/Fitri Wahyuni)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved