Perang Israel vs Palestina

Sosok Benjamin Netanyahu, PM Israel yang Deklarasikan Perang dengan Hamas

Benjamin Netanyahu memiliki nama panggilan Bibi. Ia lahir pada 21 Oktober 1949, di Tel Aviv (sekarang Tel Aviv–Yafo), Israel...

|
Penulis: Fitri Wahyuni | Editor: Teddy Malaka
The Times of Israel
Sosok Benjamin Netanyahu, PM Israel yang Deklarasikan Perang dengan Hamas 

BANGKAPOS.COM -- Sabtu (7/10/2023) waktu setempat, kelompok militan Palestina, Hamas, melancarkan serangan ke Israel.

Mengutip dari Sky News via Kompas.com, jumlah warga Israel yang tewas dalam serangan Hamas tersebut dikonfirmasi ada 40 orang.

Sementara ratusan lainnya mengalami luka-luka.

Juru bicara Militer Israel, Jonathan Conricus, telah memberikan sebuah briefing pada Minggu (8/10/2023) pagi, ketika pertempuran terus berlanjut di bagian selatan negara itu semalam.

Di sisi lain, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu bereaksi keras usai Hamas menghujani wilayahnya dengan rentetan tembakan roket dan senjata di 22 lokasi di luar Jalur Gaza.

Ia mengatakan, Israel akan meladeni serangan Hamas dan menyebutnya sebagai perang.

"Kita sedang berperang. Musuh akan membayar harga yang belum pernah terjadi sebelumnya," ujar Netanyahu, dikutip dari PBS, Sabtu.

Sosok Benjamin Netanyahu

Mengutip dari britannica.com, Benjamin Netanyahu memiliki nama panggilan Bibi.

Ia lahir pada 21 Oktober 1949, di Tel Aviv (sekarang Tel Aviv–Yafo), Israel.

Benjamin tercatat sebagai politisi dan diplomat Israel yang menjabat sebagai perdana menteri negaranya tiga kali.

Yakni pada tahun1996 - 1999, 2009  - 2021, dan 2022 - sekarang, Benjamin merupakan perdana menteri terlama sejak kemerdekaan Israel.
 
Kehidupan Awal dan Karir politik

Pada tahun 1963 Netanyahu, putra sejarawan Benzion Netanyahu, pindah bersama keluarganya ke Philadelphia di Amerika Serikat.

Setelah mendaftar di militer Israel pada tahun 1967, ia menjadi tentara di unit operasi khusus elit Sayeret Matkal dan berada di tim yang menyelamatkan pesawat jet yang dibajak di bandara Tel Aviv pada tahun 1972.

Ia kemudian belajar di Institut Teknologi Massachusetts ( MBA, 1976), meluangkan waktu untuk berperang dalam Perang Yom Kippur di Israel pada tahun 1973.

Setelah saudaranya Jonathan meninggal saat memimpin serangan Entebbe yang sukses pada tahun 1976, Benjamin mendirikan Jonathan Institute, yang mensponsori konferensi tentang terorisme.

Netanyahu memegang beberapa posisi duta besar sebelum terpilih menjadi anggota Knesset (parlemen Israel) sebagai anggota Likud pada tahun 1988.

Ia menjabat sebagai wakil menteri luar negeri (1988 - 1991) dan kemudian sebagai wakil menteri di kabinet koalisi Perdana Menteri Yitzhak Shamir (1991 - 1992).

Pada tahun 1993 ia dengan mudah memenangkan pemilihan sebagai pemimpinPartai Likud , menggantikan Shamir di jabatan itu.

Netanyahu menjadi terkenal karena penentangannya terhadap perjanjian perdamaian Israel - PLO tahun 1993 dan akibat penarikan diri Israel dari Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Seorang Prajurit Berpengalaman

Selama menekuni profesi di bidang militer, sejumlah operasi militer pernah dijalani Netanyahu.

Mulai dari serangan di bandara Beirut pada 1968. Serta yang paling populer dalam pasukan operasi khusus penyelamatan jet penumpang Sabena, yang dibajak di bandara Tel Aviv pada 1972.

Aksi penyelamatan itu dikenal dengan nama sandi "Operasi Isotop," yang dipimpin oleh pemimpin masa depan Israel, Ehud Barak.

Kemudian pada 1973, Netanyahu mengambil bagian dalam perang Timur Tengah. Setelah menyelesaikan dinas militer tersebut, Netanyahu kembali ke AS.

Dia melanjutkan pendidikan hingga memperoleh gelar sarjana dan master di Massachusetts Institute of Technology (MIT).

Benjamin Netanyahu Deklarasikan Perang dengan Hamas

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Sabtu (7/10/2023) menyatakan, Israel sedang berperang dengan kelompok militan Palestina Hamas.

Pernyataannya mengemuka setelah Hamas menembakkan rentetan roket dari Jalur Gaza ke Israel.

"Kita sedang berperang, bukan dalam sebuah operasi, bukan putaran, melainkan berperang. tetapi berperang," kata pemimpin Israel tersebut dalam sebuah pernyataan, dikutip dari AFP.

Dia menambahkan bahwa Hamas telah melancarkan serangan mendadak yang mematikan terhadap Israel dan rakyatnya.

"Saya telah memerintahkan mobilisasi cadangan yang ekstensif dan kami akan membalas dengan kekuatan yang tidak diketahui oleh musuh."

"Musuh akan membayar harga yang belum pernah terjadi sebelumnya," katanya.

Dia juga menyerukan kepada seluruh warga Israel untuk waspada.

"Sementara itu, saya menyerukan kepada seluruh warga Israel untuk secara ketat mematuhi instruksi tentara dan instruksi dari komando pusat."

"Kita sedang berperang dan kita akan memenangkannya," tegasnya.

Alasan Hamas Serang Israel

Serangan Hamas ke Israel pada awal Oktober 2023 menandai eskalasi kedua pihak sejak mereka terlibat perang 11 hari pada 2021.

Hamas mengklaim, pihaknya telah menembakkan 5.000 roket, sedangkan Israel menyebutkan bahwa pesawat tempur kelompok ini sudah memasuki wilayahnya.

Juru Bicara Hamas Khaled Qadomi menyebutkan, serangan kelompoknya ke Israel dilakukan sebagai respons atas kekejaman yang dirasakan rakyat Palestina selama beberapa tahun belakangan.

"Kami ingin masyarakat internasional menghentikan kekejaman di Gaza, terhadap rakyat Palestina, situs-situs suci kami seperti Al-Aqsa."

"Semua hal ini adalah alasan di balik dimulainya pertempuran ini," ujarnya dikutip dari Al Jazeera.

Sementara itu, Komandan Militer Hamas Mohammed Deif mengatakan, serangan ke Israel merupakan respons atas blokade yang terjadi di Gaza selama 16 tahun.

Ia juga menyoroti serangan Israel ke kota-kota di Tepi Barat selama setahun terakhir, termasuk tindak kekerasan di Al Aqsa.

Deif menyebutkan, serangan ini sebagai Operasi Badai Al Aqsa dan mengajak warga Palestina dari Yerusalem Timur dan Palestina untuk bergabung dalam perlawanan ini.

"Cukup sudah. Hari ini rakyat mendapatkan kembali revolusi mereka," ujarnya Deif dikutip dari Associated Press, Sabtu.

(Bangkapos.com/Fitri,
Kompas.com/Bernadette, Irawan Sapto, Yefta C)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved