Berita Pangkalpinang

KISAH Siswa SMP Sekolah Tanpa Seragam Lengkap, Semangat Ibunya yang Lumpuh Bangkit, Bantuan Mengalir

Inilah kisah Iqbal, siswa SMP di Pangkalpinang yang begitu semangat bersekolah meskipun tak punya seragam lengkap. Ibunya sudah 11 tahun lumpuh.

|
Penulis: Dedy Qurniawan CC | Editor: Hendra
Bangkapos.com/Rifqi Nugroho
Kediaman Galuh di Rusunawa kedatangan sejumlah tamu yang membantu Iqbal setelah mengetahui kisahnya di Bangka Pos, Sabtu (28/10/2023) 

BANGKAPOS.COM - Inilah kisah Iqbal, seorang siswa SMP di Pangkalpinang yang begitu semangat bersekolah meskipun tak punya seragam lengkap.

Iqbal hanya mengenakan seragam putih biru setiap hari.

Mau seragam lain, seperti baju adat atau baju muslim yang dipakai teman-temannya, Iqbal tak punya karena belum mampu.

Ibunya, Galuh (48), yang sudah 11 tahun terakhir lumpuh, tak kuasa melihat nasib anaknya itu sempat berniat mencicil.

Namun, saat itu, keinginan Galuh tak diterima sekolah karena sesuai kebijakan, uang seragam harus dibayar lunas.

Kisah ini jadi sorotan di Bangka Belitung.

Belakangan terungkap, ternyata Galuh sempat mau mengakhiri hidup.

Namun, semangatnya bangkit setelah melihat dan hanya karena Iqbal.

Bantuan untuk Iqbal dan ibunya, Galuh mengalir berdatangan dari berbagai pihak setelah kisah pilu hidupnya terkuak ke publik.

Bangkapos.com kembali mendatangi Galuh pada Sabtu (28/10/2023) malam.

Pada Sabtu malam itu, hujan masih menyisakan rintik-rintik yang jatuh dari atap ke halaman rumah Galuh (48) di Rusunawa Blok D Lantai Dasar Nomor 3, Pangkalarang, Kota Pangkalpinang, Sabtu (28/10/2023) malam.

Saat itu, di ruangan sekitar 3x3 meter, duduk di lantai sejumlah orang dengan posisi melingkar, saling berhadap-hadapan.

Galuh dan putranya, Iqbal duduk di dekat dinding kamar, dengan wajah sesekali melempar senyum.

Mereka kedatangan tamu, yang memiliki hajat ingin membantu Iqbal untuk tetap sekolah di tengah himpitan ekonomi keluarganya.

Ada pemilik Aksara Grup Pangkalpinang, Guid Cardi dan Rizky pengusaha baju bekas.

Guid sudah mendatangi sekolah tempat iqbal belajar dan mengetahui secara detail masalah yang dihadapinya.

Guid teringat masa kecilnya di Belitung Timur ketika masih sekolah, dengan kondisi memprihatinkan.

Ia tersentuh dengan kisah hidup Galuh dan Iqbal.

"Di tempat kami, PKBM Aksara banyak anak-anak yang bersekolah dengan berbagai kondisi, termasuk ekonomi. Intinya, Iqbal harus tetap sekolah. Kalau sekiranya di sekolah formal Iqbal merasa kesulitan, kami siap membantu. Semuanya gratis, buku, alat tulis, dan ujian gratis. Dapat ijazah yang sama dengan sekolah formal," terang Guid.

Mengenai tawaran ini, Galuh menyerahkan keputusan pada Iqbal.

Hasilnya, Iqbal tetap ingin bersekolah di SMP negeri, bagaimanapun kondisinya.

"Iqbal ini semangat sekolahnya luar biasa, nggak mau absen," kata Galuh.

Lalu, Rizky bersama komunitas pedagang baju thrifting juga ingin ambil bagian membantu Iqbal.

Kepahitan hidup sejak kecil hingga SMA, membuat Rizky tersentuh setelah membaca kisah Iqbal di Bangka Pos.

"Saya berasal dari Jakarta, tiga tahun di Pangkalpinang jualan baju. Saya tahu susahnya tidak punya duit, SD sudah ngamen, cari duit sendiri sampai SMA. Jadi Iqbal harus sekolah, dia mau baju apa saja silakan pilih di toko kami," ungkap Rizky dengan nada lirih.

Galuh bersyukur atas banyaknya bantuan yang datang pada keluarganya.

Untuk urusan seragam sekolah Iqbal misalnya, pihak sekolah telah menghubungi dan tak perlu lagi membayar.

"Alhamdulillah, sekali lagi, kami tidak bisa membalas apa-apa. Untuk seragam sekolah, kata pihak sekolah kami tidak perlu bayar," ungkap Galuh yang seperti biasa duduk di atas papan beroda.

Baca juga: Ibu Galuh 11 Tahun Lumpuh, Nunggak Sewa Rusunawa 2 Bulan, Ada Keringanan? Pengelola Bicara Aturan

Galuh Menangis 

Anggota Patroli Batalyon A Satuan Brimob Polda Babel saat memberikan bantuan ke kediaman Galuh di Rusunawa Pangkalarang, Sabtu (28/10/2023).
Anggota Patroli Batalyon A Satuan Brimob Polda Babel saat memberikan bantuan ke kediaman Galuh di Rusunawa Pangkalarang, Sabtu (28/10/2023). (Dok/Brimob Polda Babel)

Sebelumnya, bantuan juga datang dari sejumlah anggota Brimob Babel.

Saat bantuan itu datang, Galuh pun tak kuasa menahan air matanya yang perlahan-lahan menetes manakala merasakan kepedulian orang-orang terhadap keluarganya.

Pada Sabtu siang harinya, saat cuaca sedang panas-panasnya, Galuh dikejutkan atas kedatangan sejumlah orang berpakaian seragam, lengkap dengan helm dan ada yang membawa senjata.

"Saya kira siapa, saya terkejut ada orang pakai seragam. Alhamdulillah, ternyata anggota Brimob, mau silaturahmi," ungkap Galuh senang.

Saat itu, ada Iqbal putra semata wayangnya yang sempat mengalami kesulitan seragam sekolah SMP negeri di Pangkalpinang.

Menurut Galuh, anggota Brimob itu datang dua kali ke rumah mereka.

Pertama silaturahmi dan kedua datang lagi membawa sembako dan kebutuhan rumah tangga lainnya.

"Alhamdulillah bantuan ini sangat meringankan beban kami. Ada juga bantuan dari polisi, katanya dari kasat lantas, ada uang juga, tadi datang sebentar, langsung pergi. Saya tidak tahu nama kasat lantasnya. Terima kasih, semoga kebaikan bapak ibu dibalas pahala oleh Allah," ungkap Galuh haru.

Dia juga menyampaikan terima kasih atas masalah seragam sekolah Iqbal, yang sudah dibantu oleh pihak sekolah.

Galuh juga terharu atas bantuan seseorang dari Sungailiat, yang berempati atas nasib warga tak mampu seperti dirinya.

"Hamba Allah dari Sungailiat, terima kasih atas bantuannya. Ya Allah, kami menerima nikmat luar biasa. Terima kasih Bangka Pos," katanya seraya mendoakan Bangka Pos menjadi media yang semakin dipercaya dan berpihak kepada masyarakat kecil.

Galuh mengakui bahwa hidupnya tak mudah.

Saking bingungnya, ia sempat berpikir pendek untuk mengakhir hidup.

Tapi semangatnya bangkit karena Iqbal.

"Saya pernah berpikir mau bunuh diri, karena bingung mau apa lagi. Tapi kasihan anak, jadi apa dia," ujar Galuh

Siapa Iqbal dan Ibu Galuh serta Kisahnya

Galuh saat beraktivitas di rumahnya di Rusunawa Blok D, Lantai Dasar, Pangkalarang, Kota Pangkalpinang, Jumat (27/10/2023)
Galuh saat beraktivitas di rumahnya di Rusunawa Blok D, Lantai Dasar, Pangkalarang, Kota Pangkalpinang, Jumat (27/10/2023) (Istimewa)

Cerita pahit hidup seorang Galuh dan anaknya, Iqbal saat Bangkapos.com menemuinya, Jumat (27/102023) pagi.

Semburat sinar matahari pagi baru saja muncul, ketika Galuh (48) memulai harinya.

Selepas mandi, perempuan yang mengalami kelumpuhan sejak 11 tahun lalu itu, melakukan aktivitas layaknya ibu rumah tangga biasa.

Hanya saja, Galuh tak banyak berdaya.

Dia hanya mampu bergerak dengan duduk di atas papan yang diberi roda seadanya.

Tampak pagi itu, di sebuah Rusunawa Blok D, Lantai Dasar, Nomor 3 Pangkalarang, Kecamatan Pangkalbalam, Kota Pangkalpinang, ibu satu anak itu sedang menyapu lantai.

Di rumah berukuran kecil, dengan satu kamar yang menyatu dengan kamar mandi dan dapur itulah, Galuh tinggal.

Gerakannya gesit dan raut wajahnya tenang, berpadu dengan jilbab hitam yang menutupi kepala.

Setelah kedua kakinya tak berfungsi akibat kecelakaan tahun 2012 silam, Galuh kini hidup berdua saja dengan anak laki-laki semata wayangnya, Iqbal.

Mau cicil seragam lain untuk Iqbal tapi tak diterima sekolah

Namun, di balik wajah tenangnya, hati Galuh gelisah dan bingung, memikirkan nasib yang mendera hidupnya.

"Bingung mau bayar duit baju sekolah anak, kelas satu SMP negeri. Setiap hari dia cuma pakai baju putih biru itulah, padahal aturannya harus ada pakai baju lain," ungkap Galuh.

Anaknya belum memiliki baju Melayu, baju muslim, dan baju seragam sesuai aturan sekolah, yang jika ditotal sekitar Rp600 ribu.

Usahanya ingin membayar dengan cara mencicil tak diterima.

Karena sesuai kebijakan sekolah, baju diberikan setelah dibayar lunas.

"Selama ini, ada saja rezeki, orang yang bantu kami, tapi untuk baju anak sekolah, saya bingung mencarinya di mana," katanya.

Sempat buka warung tapi terlilit utang pinjaman koperasi

Sebenarnya Galuh pernah membuka warung makanan, namun tidak bertahan lama karena uang habis untuk membayar utang pinjaman koperasi.

Galuh mengaku punya keterampilan membuat kue dan berharap dapat berjualan keliling dengan motor roda tiga.

Dia sangat ingin sekali bekerja, memiliki usaha sendiri meski dengan kekurangannya.

Hal itu dilakukannya demi dapat bertahan hidup dan menyekolahkan sang anak laki-lakinya.

"Saya banyak terima kasih pihak-pihak sudah bantu selama ini, ada dinsos, Baznas. Kalau untuk lain, PKH, yang lain-lain saya belum pernah dapat bantuan," ujar Galuh.

Kini, di tengah kegelisahan yang bergelayut di pikirannya, Galuh terancam tak bisa lagi tinggal di Rusunawa.

Uang kontrakan Rp250 ribu per bulan tak mampu lagi dibayarnya. Sejak September dan bulan Oktober 2023 ini, Galuh menunggak.

"Saya menunggak dua bulan, jadi Rp500 ribu," ungkapnya seraya menyebutkan sudah ada surat peringatan pengosongan jika uang kontrakan tak dibayar.

Galuh semakin kalut, mau tinggal di mana, dia dan anak laki-laki kesayangannya.

Galuh adalah potret kehidupan masyarakat di Kota Pangkalpinang, yang membutuhkan sentuhan perhatian di tengah kesulitan ekonomi yang menimpanya.

(Bangkapos.com/Alza Munzi/ Rifqi Nugrho)

Sumber: bangkapos.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved