Berita Pangkalpinang

Psikolog Ajak Orangtua Bentuk Karakter Anak Agar Tidak Menjadi Pelaku Perundungan

Tentu kondisi ini sangatlah membuat pilu hati kita semua terkhusus orangtua korban, pelaku bullying sendiri masih tergolong anak dibawah umur yang

Penulis: Andini Dwi Hasanah | Editor: Iwan Satriawan
Istimewa/doc. Wahyu
Dosen prodi psikologi IAIN SAS Babel, Wahyu Kurniawan 

BANGKAPOS.COM, BANGKA-- Baru-baru ini geger kasus seorang pelajar SD Negeri di Pangkalpinang membully teman satu sekolahnya.

Video perundungan atau bullying itu viral disejumlah media sosial hingga Whatsapp Grup (WAG).

Barulah viral kasus perundungan yang terjadi di tubuh sekolah yang melibatkan oknum guru di Kota Pangkalpinang dan saat ini, kembali viral kasus anak di sekolah Dasar yang lagi-lagi membully di Kota Pangkalpinang.

Dosen Psikologi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung, Wahyu Kurniawan, mengingatkan, bahwa orang tua perlu membentuk karakter anak sejak dini agar tidak menjadi pelaku bullying atau perundungan.

"Tentu kondisi ini sangatlah membuat pilu hati kita semua terkhusus orangtua korban, pelaku bullying sendiri masih tergolong anak dibawah umur yang selanjutnya dibullying secara fisik dan verbal. Orang tua dan anggota keluarga lain perlu mendampingi tumbuh kembang anak dan membentuk karakter anak sejak dini agar tidak memiliki perilaku bullying, atau juga tidak menjadi korban bully," sebut Wahyu kepada Bangkapos.com, Selasa (5/12/2023).

Kata Wahyu, Bullying merupakan kondisi menekan, mengganggu, mengintimidasi, menciderai, melukai hak orang lain, baik secara fisik, verbal, seksual, relasi. 

Sebenarnya pencegahan kasus bullying ini sudah sangat menjadi prioritas sekolah dan dinas dimana sekolah ramah anak walaupun baru berapa persen yang baru berstatus sekolah ramah anak. 

"Pendampingan orang tua akan membentuk konsep diri yang matang sehingga anak siap menghadapi berbagai permasalahan," tuturnya.

Menurutnya, semua elit, steakholder harus bergerak cepat mencoba mempersempit kasus bullying, banyak program yang di jalankan hingga sampai praktek baik anak di sekolah.

Namun lagi-lagi hal ini belum membuat sekolah menjadi ramah untuk anak bersekolah. 

"Pelaku bullying biasanya tentu banyak faktor mempengaruhinya seperti pola asuh yang kurang harmonis, anak kekurangan perhatian, merasa senioritas dan kuat, merasa ingin dilihat jago di kelas dan membutuhkan pengakuan," bebernya.

Sementara, rata-rata korban dianggap lemah, lebih pintar, secara fisik terlihat kurang berdaya, tidak berani bicara, jarang bergaul.  

"Terkait lingkaran bullying, ada namanya pelaku, ada korban, pengikut, pembuly pasif, pembully potensial. Biasanya rata-rata korban akan mengalami trauma mendalam, apa lagi perlakuannya seperti yang sedang viral saat ini," ujarnya.

Diakui Wahyu, mengatasi trauma ini tidak lah mudah, sehingga memberikan konseling atau bahkan terapi kepada anak baik korban maupun pelaku sangatlah penting.

Selain itu, lanjut Wahyu, orang tua juga perlu mengajarkan anak agar memiliki empati dan kasih sayang terhadap sesama.

Halaman
12
Sumber: bangkapos.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved