Sosok Peter F Gontha, Eks Komisaris Garuda Wakil Dewan Pakar NasDem yang Dibentak Pengawal Capres
Peter F Gontha adalah pengusaha yang kini jadi Wakil Ketua Dewan Pakar NasDem dan sempat jabat Komisaris Garuda Indonesia. Ia dibentak pengawal capres
Penulis: Dedy Qurniawan CC | Editor: fitriadi
BANGKAPOS.COM - Sosok Peter F Gontha saat ini sedang jadi sorotan karena mengaku dibentak pengawal capres saat hendak melintas di Jalan Jenderal Sudirman, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Jumat (2/12/2023) malam.
Ia bukan orang sembarangan.
Peter F Gontha adalah pengusaha yang kini jadi Wakil Ketua Dewan Pakar NasDem dan sempat pula mejabat Komisaris Garuda Indonesia.
Peter F Gontha resmi berhenti dari jabatan komisaris di Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Garuda yang diadakan pada 13 Agustus 2021.
Momen Peter F Gontha terjadi saat dirinya terjebak kemacetan.
Di tengah padatnya lalu lintas Jalan Jenderal Sudirman, dirinya berpapasan dengan rombongan Calon Presiden (Capres) 2024.
Dikawal ketat kendaraan pengawal yang dilengkapi dengan strobo dan sirine, rombongan Capres itu diungkapkan Peter F Gontha mencoba menembus kemacetan.
Pengawal bermotor besar katanya membuka jalan dengan membunyikan sirine berulang kali.
Suara sirine yang meraung-raung ditambah dengan kilatan dari lampu strobo akhirnya memaksa pengendara jalan menepi.
Rombongan Capres yang belum diketahui sosoknya itu pun berhasil membelah padatnya lalu lintas Jalan Jenderal Sudirman.
"Baru saja rombongan salah satu CAPRES lewat dengan 'ngoeng2' yng berlebihan dijalan Sudirman yang sedang macet total, dan dikawal MOTOR besar sampai berlapis lapis," tulis Peter F Gontha lewat status instagramnya @petergontha pada Jumat (8/12/2023) malam.
Kecewa dengan sikap pengawal yang dinilainya sangat berlebihan, dirinya pun membuka jendela mobilnya.
Dari balik jendela, dirinya pun berteriak ke arah rombongan Capres itu.
Namun tanpa dinyana, salah satu pengawal yang mengendarai sepeda motor besar mendekatinya.
Pengawal itu dengan arogan diungkapkan Peter F Gontha membentaknya.
Pengawal itu pun mempertanyakan kalimat yang disampaikannya.
"Saya tidak tau Capres 1,2,3 .... saya buka Jendela saya bilang: SABAR PAK KITA SEMUA MAU PULANG, eeehhh pengawalnya berhenti dia tanya sambil ngotot: APA KAMU BILANG?" ungkap Peter F Gontha.
"Saya jawab : Saya pembayar pajak dan bayar gaji kamu nga usah marah-marah!!!! Dia langsung jalan ngabur!!" tambahnya.
Atas peristiwa tersebut, Peter F Gontha meminta masyarakat untuk berani melawan.
Terlebih kepada aparat yang sangat arogan seperti halnya pengawal Capres tersebut.
"Memang kita sudah waktunya bangun berani membela dan meminta hak kita!!!! (saya sumpah ini terjadi)" tulis Peter F Gontha.
"Cek CAPRES mana yang malam ini lewat Sudirman sekitar jam 19.00 wib, tanggal 8 Dec 2023!" tambahnya.
Postingan Peter F Gontha disambut ramai masyarakat.
Beragam pendapat pundi tuliskan dalam kolom komentarnya.
@rendymr's: Capres nomer 2 abis acara di Djakarta Theater
@albert_bassist's: 2 capres org sipil Om, nanya, kl sipil bs dikawal over gt Om?
@temmykaryono's: Presiden Jokowi saja tidak ada towet2 & penutupan jalan, kadang pejabat2 atau orang2 melebihi jiwa Presiden kita dijalan
@de_nug's: Pasti bukan capres/cawapres dari NASDEM. Bapak Anies Baswedan (BAB) tidak mungkin berlaku spt itu. Dan dia kalau kemana-mana pasti jalan kaki
@hvienayo's: Saya setujuuu Toer Toet ini dibubarin aja.brisik dan bikin stress serta mengganggu tax payer
@rajivsingh9191's: capres no 1 di jabar
@centralborneo11618's: dia tau itu rombongan capres ? tp gk tau capres yg mana ? masuk akal ??
@aldo_irsan's: Duh, saya rakyat jelata merasa terwakili. Terima kasih pak peter
@firdausifink's: Baru CAPRES…….. gmn kalao sdh jadi PRES……
Sosok Peter F Gontha

Melansir TribunnewsWiki, Peter F Gontha, atau lengkapnya, Peter Frans Gontha dikenal sebagai seorang pengusaha sukses di balik berdirinya sejumlah perusahaan di Indonesia.
Lahir di Semarang, 4 Mei 1948, Peter F. Gontha merupakan anak dari V Willem Gontha dan Alice.
Ia juga dikenal sebagai penggagas Java Jazz Festival, yang merupakan acara gelaran festival musik tahunan yang diselenggarakan di Jakarta.
Awalnya, Peter banyak menjalani berbagai profesi.
Selain menjadi kelasi, ia pun pernah menjadi awak kapal pesiar mewat Holland-American Line yang berpusat di Belanda.
Peter yang pandai lantas mendapat kesempatan untuk belajar akuntansi di Praehap Institute Belanda lewat program beasiswa dari Shell.
Tapi walaupun mengikuti program sekolah gratis, bukan berarti ia duduk berpangku tangan.
Pekerjaan keras pun dilakoninya, seperti supir taksi, pelayan restoran, hingga tukang pembersih karat kapal di masa kuliah.
Usai kuliah, Peter langsung memanfaatkan ilmu yang ada.
Ia menjadi karyawan Citibank New York, sampai kesuksesan besar mendatanginya sehingga terpilih menjadi Vice President American Express Bank lingkup Asia.
Bisnis Peter makin meluas.
Ia mulai ditempeli julukan pengusaha muda luar biasa.
Pertengahan 1990 ia sempat disebut sebagai 'Rupert Murdoch Muda Indonesia' gara-gara kiprahnya yang malang melintang di bisnis media tanah air.
Sementara julukan lainnya adalah 'Donald Trump Indonesia' lantaran acara reality show THE APPRENTICE INDONESIA yang dibawakannya.
Berbicara soal musik, jazz adalah cinta mati seorang Peter F. Gontha sejak masih berusia 8 tahun.
Darah jazznya mengalir dari sang ayah, Wim Gontha - pemimpin big band BPM Shell yang beranggotakan Bubi Chen, Jack Lesmana, dan Maryono sang maestro jazz Indonesia.
Peter kemudian menggebrak industri musik Indonesia dengan Jakarta International Jazz Festival yang diakui di mancanegara sebagai festival jazz terbesar di dunia.
Peter F. Gontha bersama dengan Bambang Trihatmodjo mendirikan Grup Bimantara pada tahun 1981. Di awal pendiriannya, bisnis Bimantara banyak bermitra dengan pengusaha-pengusaha kuat nasional.
Tiga nama lain yang mengendalikan Grup Bimantara yaitu Indra Rukmana yang merupakan suami Siti Hardiyanti Rukmana, putri sulung Presiden Soeharto; Mochamad Tachril; dan Rosano Barack.
Selain mendapatkan porsi saham, Peter F. Gontha juga berperan sebagai Wakil Presiden Direktur di grup usaha keluarga Cendana tersebut.
Sementara menurut Peter F Gontha, dirinya baru bergabung dengan Bimantara tahun 1984 dan menjadi bos AMEX pada tahun 1983.
Peter F Gontha memang pernah menjadi Vice President American Express (AMEX) Bank untuk Asia.
Pada periode 1990/1991, setelah lebih kurang sembilan tahun beroperasi, aset usaha grup swasta nasional itu berkembang luas pada 11 jalur kelompok bisnis dengan 113 perusahaan, menyusul terbentuknya satu jaringan usaha baru, yakni Kelompok Komunikasi, Penyiaran, dan Publikasi.
Kelompok baru itu meluas dengan tiga perusahaan televisi, antara lain PT Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) dengan 65 persen aset Bimantara, dan PT Surya Citra Televisi Indonesia (SCTV) yang merupakan usaha patungan Bimantara dengan bos Subentra Group Sudwikatmono, dan bos Napan Group Henry Pribadi.
Sedangkan pada jaringan usaha telekomunikasi, dikembangkan empat perusahaan, antara lain PT Elektrindo Nusantara (telepon genggam) dengan aset 50 persen Bimantara dan 50 persen NEC Sumitomo.
Kemudian, PT Mediacitra Indostar (satelit) dengan komposisi 30 persen saham Bimantara, 40 persen saham PT Telkom, dan sisanya terbagi pada tiga pihak, yakni Ny. Siti Hardiyanti, PT Seruni Sejati, dan Departemen Penerangan.
Kedua jaringan dalam kelompok baru itu masih ditambah lagi dengan jaringan usaha radio FM, media cetak, dan periklanan, yang membawahkan dua perusahaan radio, yakni PT Radio Tri Jaya Sakti (Jakarta) dan PT Radio Surya Cakra FM (Surabaya).
Dua media cetak yakni PT Citra Media Nusa Purnama (Harian "Media Indonesia") dan PT Vista Yama (Majalah "Vista"), serta satu perusahaan periklanan PT Postindo Promodio Audiovisual yang bergerak dalam bidang iklan televisi.
Peter F. Gontha juga pernah menjabat sebagai Komisaris Plaza Indonesia, perusahaan lain yang terafiliasi dengan Bimantara Grup milik Bambang Trihatmodjo.
Bisnis dengan Titiek Soeharto
Peter F. Gontha lewat perusahaannya PT Sinar Estetika juga pernah berkongsi dengan Siti Hediati Prabowo melalui PT Maharani Paramitra.
Keduanya menggandeng PT Mulialand membangun kompleks apartemen Taman Anggrek di Slipi (Jakarta Barat), yang dilengkapi pusat perbelanjaan terbesar di Asia Tenggara.
Proyek besar ini didanai Mulia Group dengan menawarkan 147 juta lembar saham Mulialand kepada masyarakat, atau 30 persen dari total saham PT Mulialand.
Sebanyak 58 persen hasil penjualan saham itu kelak akan digunakan untuk membiayai Proyek Taman Anggrek Mall & Condominium yang terdiri dari 2.800 unit apartemen di delapan menara (tower) setinggi 45 lantai, termasuk enam lantai pusat pertokoan.
Dana hasil go public itu juga digunakan untuk pembangunan Gedung BRI III dan pengadaan lahan untuk pengembangan Mulialand di masa depan.
Mulialand adalah holding company Mulia Group untuk divisi properti, yang memiliki enam anak perusahaan.
Hingga kini, Mulialand memiliki enam gedung perkantoran, yakni Lippo Life Building, Kuningan Plaza, Mulia Tower, Gedung BRI II, Mulia Center, dan Plaza 89.
Taman Anggrek dibangun pada areal 64.000 meter persegi oleh anak perusahaan Mulialand, PT Mulia Intipelangi, yang sahamnya dimiliki Mulialand (70 persen), Siti Hediati (22,5 persen), dan Peter Gontha 7,5 persen.
Saat menjabat jadi Komisaris PT Garuda Indonesia, Peter F. Gontha, meminta gajinya tidak dibayarkan.
Permohon pemberhentian Pembayaran Honorarium ini diunggah Peter F. Gontha dalam akun instagramnya.
"Karena perusahaan adalah perusahaan publik dan bersejarah milik kita bersama, saya merasa hal ini perlu saya sampaikan secara terbuka," tulis Peter lewat akun instagramnya, Rabu (2/6).
Tak lupa, Peter juga menggunggah surat permohonannya yang ditujukan kepada Dewan Komisaris PT Garuda Indonesia Tbk.
Dalam surat tersebut, Peter membeberkan beberapa alasan penyebab keuangan perseroan semakin kritis.
Penyebabnya, mulai tidak adanya biaya penghematan biaya operasional antara lain GHA, tidak adanya informasi mengenai cara dan narasi negosiasi dengan lessor, tidak adanya evaluasi atau perubahan penerbangan atau route yang merugi, cash flow manajemen yang tidak dapat dimengerti.
Selain itu, Peter juga membuka informasi bahwa selama ini keputusan yang diambil Kementerian BUMN secara sepihak tanpa koordinasi dan tanpa melibatkan Dewan Komisaris.
Tak hanya itu saja, aktivitas Komisaris yang oleh karenanya hanya 5-6 jam per minggu.
"Maka kami mohon, demi ‘sedikit meringankan’ beban perusahaan, untuk segera, mulai bulan Mei 2021, yang memang pembayarannya ditangguhkan, memberhentikan pembayaran honorarium bulanan kami sampai rapat pemegang saham mendatang," tulis Peter.
Peter berharap, aksi yang dilakukannnya mungkin bisa sebagai contoh bagi yang lain agar sadar akan kritisnya keadaan perusahaan.
Peter F Gontha diketahui resmi tak lagi menjabat Komisaris Garuda Indonesia sejak Agustus 2021. (Wartakota/ Bangkapos.com/ Dedy Qurniawan)
Sosok Dearly Djoshua Pacar Ari Lasso, Senyum saat Dibentak dan Disebut Tak Ngerti Musik, Bos Kuliner |
![]() |
---|
Sebulan Menghilang, Ahmad Sahroni Janji Muncul ke Publik Jadi Sosok yang Berbeda |
![]() |
---|
Rekam Jejak Mochammad Afifuddin Ketua KPU yang Awalnya Mau Rahasiakan Ijazah Capres Cawapres |
![]() |
---|
Biodata dan Profil Rusdi Masse Politisi NasDem Asal Sidrap Sulsel Pengganti Ahmad Sahroni |
![]() |
---|
Nasib Pilu Ahmad Sahroni Dihujat, Barang Berharga Dijarah Hingga Karirnya di DPR Terancam Tamat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.