Awas DBD di Bangka Selatan Meningkat, Januari hingga Awal Februari 2024 Sudah 47 Kasus, 1 Meninggal

Pada musim pancaroba dari kemarau ke musim hujan ini masyarakat harus waspada menjaga kesehatan karena saat ini kasus Demam Berdarah Dengue.

Penulis: Nurhayati CC | Editor: Iwan Satriawan
Bangkapos.com/Cepi Marlianto
Bupati Bangka Selatan, Riza Herdavid saat menaburkan bubuk abate di bak penampungan air di Kelurahan Tanjung Ketapang, Kecamatan Toboali, Senin (5/2/2024). Fogging dan penyebaran bubuk abate dilakukan mengingat tingginya kasus DBD di Kecamatan Toboali. 

BANGKAPOS.COM, BANGKA -- Pada musim pancaroba dari kemarau ke musim hujan ini masyarakat harus waspada menjaga kesehatan karena saat ini kasus Demam Berdarah Dengue atau DBD di Kabupaten Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung meningkat signifikan pada awal tahun 2024 ini.

Bahkan kenaikan kasus DBD mencapai 100 persen jika dibandingkan dengan sepanjang tahun 2023 lalu. Tentunya kasus DBD ini menjadi atensi khusus bagi Pemkab Bangka Selatan

Di mana sejak awal Januari hingga awal Februari 2024 kasus DBD di Bangka Selatan telah tembus 47 kasus. 

Dari jumlah itu satu kasus di antaranya menyebabkan satu orang meninggal dunia.

Jumlah itu membuat sebaran penderita DBD di daerah itu meningkat tajam selama satu bulan terakhir, bahkan mencapai 100 persen. 

Jika dibandingkan dengan sepanjang tahun 2023 kasus DBD hanya tembus sebanyak 50-an kasus.

“Eskalasi yang lumayan besar. Sepanjang tahun 2023 hanya 50-an kasus. Untuk Januari sampai Februari 2024 ini kasus DBD tembus 47 kasus,” ungkap Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DKPPKB) Kabupaten Bangka Selatan, dr Agus Pranawa kepada Bangkapos.com, Senin (5/2/2024).

Diakuinya, musim hujan menjadi faktor meningkatnya penyakit DBD.

Pasalnya, pada musim inilah banyak genangan air tempat berkembang biak nyamuk aedes aegypti pembawa virus dengue, sehingga permasalahan penyakit DBD pada awal tahun ini menjadi atensi pemerintah.

“Sepanjang bulan Januari 2024 ini saja sudah terdata 26 kasus DBD. Satu kasus di antaranya menyebabkan meninggal dunia,” ungkap Agus.

Menurutnya, dari delapan kecamatan yang ada, Kecamatan Toboali menjadi penyumbang kasus DBD terbanyak. Dari 26 kasus DBD semuanya berasal dari kecamatan itu, dengan penyebaran kasus di lima wilayah. 

Yakni Kelurahan Teladan, Kelurahan Toboali, Kelurahan Tanjung Ketapang, Desa Jeriji dan Desa Gadung. 

Setiap tahunnya kasus DBD yang ada di wilayah kerja puskesmas Toboali memang menjadi penyumbang kasus tertinggi.

Sementara 47 kasus DBD dari Januari hingga Februari 2024 ini yang terdata dari delapan kecamatan yang ada, paling banyak tersebar di Kecamatan Toboali dengan 44 kasus. 

Dengan penyebaran kasus di lima wilayah yakni Kelurahan Teladan, Kelurahan Toboali, Kelurahan Tanjung Ketapang, Desa Jeriji dan Desa Gadung. Setiap tahunnya kasus DBD yang ada di wilayah kerja puskesmas Toboali memang menjadi penyumbang kasus tertinggi.

Sedangkan untuk tiga kasus lainnya tersebar di Kecamatan Airgegas sebanyak satu kasus dan tiga kasus di Kecamatan Tukak Sadai. 

Mirisnya dari kasus tersebut menyebabkan satu orang meninggal dunia dari Kecamatan Toboali.

Lakukan Fogging

Sejumlah petugas dari Puskesmas Toboali dan Dinas Kesehatan saat melakukan fogging di Kelurahan Toboali, Kamis (25/1/2024). Fogging dilakukan setelah kasus DBD di Kecamatan Toboali meningkat tajam. Peningkatan mencapai 26 kasus dan satu orang meninggal dunia.
Sejumlah petugas dari Puskesmas Toboali dan Dinas Kesehatan saat melakukan fogging di Kelurahan Toboali, Kamis (25/1/2024). Fogging dilakukan setelah kasus DBD di Kecamatan Toboali meningkat tajam. Peningkatan mencapai 26 kasus dan satu orang meninggal dunia. ((Bangkapos.com/Cepi Marlianto))

Pengasapan atau Fogging kembali dilakukan di sejumlah wilayah dengan kasus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Kamis (25/1/2024). 

Pengasapan dilakukan setelah muncul laporan atau permintaan dari Puskesmas setempat setelah ada warga yang positif menderita DBD. 

Pengasapan bertujuan untuk untuk membunuh nyamuk dewasa, sehingga dapat memotong siklus penyebaran DBD.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Kabupaten Bangka Selatan, Slamet Wahidin mengatakan, pihaknya kembali melakukan pengasapan di Kelurahan Toboali, Kecamatan Toboali. 

Langkah itu diambil setelah peningkatan kasus DBD di Kecamatan Toboali melonjak tajam. 

Menurut Slamet tak hanya pengasapan di dalam rumah warga, fogging juga dilakukan di pekarangan dan kebun warga. 

Sejumlah saluran air yang diduga menjadi sarang nyamuk juga tak luput dari pengasapan. 

Meski penderita DBD hanya terkonsentrasi di wilayah petugas tidak hanya melakukan fogging di tempat tersebut. 

Pengasapan dilakukan hampir di semua wilayah Kelurahan Toboali.

Pasalnya, penyebaran DBD diyakini berkaitan erat dengan faktor kebersihan lingkungan. 

Tak hanya itu, petugas juga melakukan pemantauan jentik nyamuk di tempat penampungan air maupun selokan. Dengan harapan setelah dilakukan fogging mereka lebih tenang dalam beraktivitas, terutama bagi anak-anak yang kerap bermain di luar rumah.

“Jika dilihat tren peningkatan kasus mulai start di awal Desember 2023, masuk puncak di bulan Januari 2024. Mungkin nanti tren penurunan terjadi di bulan Februari 2024,” jelas Slamet. 

Di samping itu lanjut dia, peran serta masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk atau PSN sangat diperlukan.

Sebab, hal ini PSN masih menjadi langkah efektif untuk mencegah penularan DBD dibandingkan dengan pengasapan. Begitu pula penanganan DBD ini harus dilakukan mulai hulu sampai hilir.

Diperlukan kerjasama dan sinergi seluruh pihak baik masyarakat, pemerintah, sampai dengan fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan.

Oleh karenanya pentingnya mengoptimalkan PSN, karena sesungguhnya yang terbaik tidak dengan fogging. Fogging hanya untuk membunuh nyamuk dewasa, sedangkan jentik nyamuk tidak akan mati. Maka pencegahan perkembangbiakan nyamuk melalui PSN lebih utama.

Masyarakat perlu memiliki kesadaran tinggi tentang pentingnya PSN.

“Kami kembali mengimbau ke masyarakat tolong periksa jentik di rumah masing-masing dan lingkungannya. Pastikan tidak ada jentik di rumah masyarakat itu yang penting,” sebutnya.

Berkaca dari tingginya kasus DBD kata Slamet Wahidin, pihaknya meminta masyarakat yang mengalami demam untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.

Hal itu sebagai langkah antisipasi tingginya kasus kematian akibat DBD. Nantinya mereka akan dilakukan pemeriksaan rapid test DBD, pelayanan diberikan semuanya dipastikan gratis.

“Selanjutnya akan kita lakukan fogging di Desa Jeriji. Karena beberapa desa di Kecamatan Toboali sangat tinggi dibandingkan kecamatan lain,” pungkas Slamet Wahidin. 

Fogging Tak Efektif

Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung gencar melakukan fogging atau pengasapan untuk mencegah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). Seperti diketahui saat ini penyakit DBD di wilayah itu semakin meluas. Meski demikian, sebenarnya fogging tak terlalu efektif mencegah demam berdarah.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DKPPKB) Kabupaten Bangka Selatan, dr Agus Pranawa tak menampik bahwa fogging kurang efektif dalam pemberantasan DBD. Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) menjadi upaya penting. Terlebih sebelum ada cara pencegahan lain yang efektif untuk mengatasi penularan DBD.

“Fogging sebenarnya tidak efektif untuk mencegah DBD. Lebih efektif itu PSN,” kata Agus kepada Bangkapos.com, Rabu (31/1/2024).

Dia menilai, fogging hanya membunuh nyamuk dewasa, namun tidak dengan jentik nyamuk yang ada di tempat yang menampung air. Berdasarkan hasil fogging yang dilakukan di sejumlah kelurahan di Kecamatan Toboali masih banyak jentik nyamuk yang tidak mati. Maka dari itu, PSN lebih digencarkan karena dinilai lebih efektif untuk memberantas nyamuk.

Paradigma preventif lebih diprioritaskan saat ini. Berbagai pihak perlu diajak bekerja sama untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. 

Ini mencakup tokoh agama dan tokoh masyarakat lain yang secara sosial sangat dihormati dan didengarkan oleh masyarakat. 

Perilaku 3M plus juga perlu digencarkan untuk diterapkan oleh masyarakat.

“Selain menguras, menutup, mengubur tempat penampungan air serta mendaur ulang barang bekas, perlu menaburkan larvasida. Juga menggunakan obat nyamuk, losion anti nyamuk, serta menggunakan kelambu saat tidur,” jelas Agus. 

Di sisi lain lanjut dia, fogging telah dilakukan setiap kali muncul kasus DBD. 

Fogging telah dilakukan sesuai aturan, yaitu dalam jarak beberapa meter dari rumah ditemukannya kasus.

Selain itu, pihaknya juga turut melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) penyebaran kasus DBD. Jangan sampai kasus tersebut menyebar ke kalangan masyarakat lainnya.

Selain fogging, petugas juga menabur bubuk abate untuk membunuh jentik nyamuk. 

Petugas menyasar tempat-tempat penampungan air. Terdapat langkah Plus yakni menaburkan bubuk larvasida pada wadah-wadah yang sulit dibersihkan, misalnya tabung penampung air) Ada pula cara alami untuk memberantas jentik nyamuk yakni dengan memelihara ikan pemangsa jentik misalnya ikan cupang.

“Memang untuk fogging tidak dilakukan satu desa atau kelurahan. Akan tetapi ada jangkauannya sekitar 100-200 meter dari lokasi rumah yang terjangkit DBD,” sebutnya.

Meskipun begitu kata Agus, gerakan 3M plus perlu digiatkan ke masyarakat. Gerakan ini dapat dimulai dari rumah yakni, menguras tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air, menutup rapat tempat penampungan air dan memanfaatkan kembali barang bekas yang berpotensi jadi tempat berkembang biak nyamuk.

Orang tak boleh melupakan tempat penampungan air di belakang kulkas atau tempat penampungan air di bawah keran dispenser. Bahkan pot bunga dan ‘ketiak’ tanaman. Bagian-bagian ini kerap luput dari perhatian. Sembari mengingatkan untuk tidak membiasakan diri menggantung pakaian.

“Apalagi di musim hujan, menggantung baju yang dirasa masih layak pakai bakal berpotensi jadi sarang nyamuk. Tanpa sadar rumah bisa jadi sarang nyamuk karena kebiasaan sepele ini,” ungkap Agus. 

Penyelidikan epidemiologi

Tentunya permasalahan ini menjadi perhatian khusus dalam penanganan DBD, terlebih pada puncak musim penghujan yang diprediksi terjadi pada Februari 2024 ini.

“Musim hujan menjadi faktor meningkatnya penyakit DBD. Sebab, pada musim inilah banyak genangan air tempat berkembang biak nyamuk aedes aegypti pembawa virus dengue,” jelas Agus Pranawa.

Lebih jauh ungkapnya, sejauh ini pihaknya telah melakukan penyelidikan epidemiologi penyebaran kasus di beberapa kelurahan dan desa yang ada.

Selain itu, juga menggencarkan pelaksanaan fogging atau pengasapan di daerah yang tinggi kasus DBD. 

Walaupun fogging hanya membunuh nyamuk dewasa, namun tidak dengan jentik nyamuk yang ada di tempat yang menampung air.

Maka dari itu Dinas Kesehatan juga turut mengoptimalkan paradigma preventif lebih diprioritaskan saat ini. 

Berbagai pihak perlu diajak bekerja sama untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.

Ini mencakup tokoh agama dan tokoh masyarakat lain yang secara sosial sangat dihormati dan didengarkan oleh masyarakat.

Perilaku 3M plus juga perlu digencarkan untuk diterapkan oleh masyarakat.

“Terdiri dari menguras bak mandi, menutup tempat penampungan udara dan mengubur atau memanfaatkan barang-barang bekas. Plus-nya, bisa dengan menggunakan kelambu, losion anti nyamuk, memakai baju lengan panjang,” saran Agus. 

Meskipun begitu menurutnya, program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dilakukan dengan 3M plus dinilai sangat efektif dalam pencegahan DBD. 

Masyarakat diminta melakukan pemantauan jentik secara berkala.

Bisa juga melaksanakan kegiatan penyuluhan PSN dengan 3M plus minimal seminggu sekali. Dalam penyuluhan pencegahan DBD, DKPPKB melibatkan kader baik di posyandu, puskesmas, hingga juru pemantau jentik untuk mengedukasi warga pentingnya PSN.

“Tempat yang ada genangan air itu menjadi tempat berkembang biak nyamuk DBD. Mulai di bawah dispenser, di belakang kulkas, bak mandi. Jadi akan terpantau, karena nyamuk demam berdarah ini unik, sukanya di tempat yang air yang bersih. Kita juga turut membagikan bubuk abate,” ungkap Agus. 

Penanggulangan DBD harus dilakukan secara menyeluruh, mulai dari lingkungan, manusia, hingga vektor nyamuk. Intervensi pada nyamuk pun perlu dilakukan di seluruh siklus hidup nyamuk, mulai dari telur, larva, hingga nyamuk dewasa.

“Untuk saat ini data kasus DBD yang masuk baru dari Puskesmas Toboali. Sementara laporan dari puskesmas lainnya belum masuk,” jelas Agus. 

Di sisi lain lanjut dia, DBD sangat efektif dicegah dengan program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dilakukan dengan 3M plus. 

Terdiri dari menguras bak mandi, menutup tempat penampungan udara dan mengubur atau memanfaatkan barang-barang bekas. Plus-nya, bisa dengan menggunakan kelambu, losion anti nyamuk, memakai baju lengan panjang, dan makan makanan bergizi.

Masyarakat juga harus melakukan pemantauan jentik secara berkala. Bisa juga melaksanakan kegiatan penyuluhan PSN dengan 3M plus minimal seminggu sekali.

Dalam penyuluhan pencegahan DBD, DKPPKB melibatkan kader baik di posyandu, puskesmas, hingga juru pemantau jentik untuk mengedukasi warga pentingnya PSN.

“Tempat yang ada genangan air itu menjadi tempat berkembang biak nyamuk DBD. Mulai di bawah dispenser, di belakang kulkas, bak mandi. Jadi akan terpantau, karena nyamuk demam berdarah ini unik, sukanya di tempat yang air yang bersih,” sebutnya.

Meskipun begitu kata Agus, selama beberapa bulan ke depan kasus DBD diperkirakan akan terus meningkat. 

Seiring dengan masuknya beberapa kasus DBD dari beberapa puskesmas lainnya.

Oleh karena itu, pihaknya meminta masyarakat untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat atau PHBS guna mengantisipasi kasus DBD.

“Jika ada gejala DBD maupun gejala penyakit lainnya, diminta untuk tidak mengkonsumsi obat tanpa resep dokter. Justru segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat,” saran Agus.

Dokter Ungkap Gejala dan Upaya Pencegahan

Ilustrasi pasien demam berdarah dengue (DBD) dan Nyamuk Aedes aegypti.
Ilustrasi pasien demam berdarah dengue (DBD) dan Nyamuk Aedes aegypti. (Kolase KOMPAS/RADITYA HELABUMI dan Freepik)

Demam berdarah dengue (DBD) disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus dengue.

Praktisi Kesehatan atau Dokter Umum, dr Riza Jayanti mengingatkan agar masyarakat tetap mewaspadai penyakit DBD pada musim hujan.

"Sebagai hiperendemis dengue, tren peningkatan kasus demam berdarah dengue di Indonesia termasuk cukup tinggi, terutama memasuki musim pancaroba atau peralihan musim yang biasanya dimulai pada bulan Oktober dan memuncak saat curahhujan meningkat hingga bulan Desember," ujar dr Riza, Jumat (1/12/2023).

Menurut dokter yang praktik di Apotek K24 di Pangkalpinang ini bahwa musim penghujan memang dapat menjadi waktu yang rawan peningkatan kasus DBD.

"Karena musim penghujan menciptakan lingkungan yang lebih ideal bagi nyamuk Aedes aegypti, yang merupakan vektor penyakit DBD, untuk berkembang biak.

Air hujan yang menumpuk di genangan, potongan-potongan plastik, dan wadah lain yang dapat menampung air menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk tersebut," katanya.

Selain itu, musim hujan juga membuat orang cenderung lebih sering berada di dalam rumah,meningkatkan risiko gigitan nyamuk di dalam ruangan.

Dia menjelaskan masa inkubasi demam berdarah biasanya akan muncul sekitar 4–7 hari setelah tergigit nyamuk Aedes Aegypti.

Ada beberapa gejala atau tanda tersebut meliputi:

1. Demam tinggi

Ciri-ciri demam berdarah yang paling umum terjadi adalah perubahan suhu secara tiba-tiba yang bisa mencapai 40°C. Demam dapat berlangsung hingga 2–7 hari, tetapi suhu tubuh biasanya akan turun pada hari ke-4 atau ke-5, lalu akan naik kembali di hari berikutnya.

"Selama demam mereda, bukan berarti penyakit demam berdarah sudah sepenuhnya sembuh, justru proses peradangan masih terus terjadi di dalam tubuh," katanya.

2. Ruam pada kulit

Selain demam tinggi, ruam merah di kulit juga dapat muncul di bagian wajah, leher, hingga dada. Umumnya, ruam tersebut timbul setelah demam dan berlangsung selama 1–5 hari.

Ruam pada kulit penderita demam berdarah akan berwarna kemerahan dan berbentuk bintik- bintik yang saling berdekatan, sehingga kulit normal di sekitarnya seolah-olah tampak seperti bercak putih.

3. Sakit kepala

Ciri-ciri demam berdarah lainnya yang muncul adalah sakit kepala, terutama di sekitar dahi hingga bagian belakang mata. Sakit kepala biasanya terasa sangat berat hingga membuat penderitanya sulit beraktivitas.

4. Nyeri otot

Selain sakit kepala, penderita demam berdarah juga sering kali merasakan nyeri pada otot, tulang, dan sendi sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman. Keluhan nyeri ini biasanya akan muncul bersamaan dengan demam tinggi.

5. Mual dan muntah

Ciri demam berdarah lainnya adalah mual atau muntah. Keluhan ini sering kali membuat penderitanya tidak kuasa untuk makan dan minum, sehingga rentan mengalami kekurangan nutrisi, bahkan berisiko mengalami komplikasi berupa dehidrasi.

Pada kasus yang lebih berat, demam berdarah juga dapat memicu perdarahan, seperti mimisan yang tak kunjung berhenti, gusi berdarah tanpa sebab, dan muntah atau buang air besar berdarah.

"Agar tidak timbul komplikasi demam berdarah, ciri-ciri demam berdarah tidak dapat disepelekan. Jika Anda mengalami demam selama 3 hari dan tidak membaik meski sudah diobati, segeralah periksakan diri ke dokter agar dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut," katanya.

Untuk mempercepat proses pemulihan ada beberapa cara di bawah ini:

• Memenuhi kebutuhan cairan tubuh dengan mengonsumsi air putih untuk mencegah dehidrasi

• Mencukupi kebutuhan nutrisi dengan makanan yang sehat dan bergizi

• Memperbanyak istirahat dan tidur yang cukup

• Menggunakan obat nyamuk losion untuk mengurangi risiko penularan lebih lanjut

• Mengonsumsi paracetamol untuk meredakan demam

Namun, hindari penggunaan aspirin pada anak-anak, karena dapat memperparah keadaan atau memicu Sindrom Reye. Sebagai gantinya, Anda bisa memberikan anak makanan bergizi seimbang untuk memperkuat sistem imunnya saat menderita DBD.

Meski dapat ditangani secara mandiri di rumah, dokter menganjurkan penderita demam berdarah untuk cek darah secara rutin setidaknya 1 kali sehari selama 7 hari. Hal ini bertujuan untuk memantau kondisi di dalam tubuh.

"Apabila Anda mengalami ciri-ciri demam berdarah seperti di atas, lalu tidak membaik dalam 3 hari, segeralah periksakan diri Anda ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat dan mencegah komplikasi," saran Riza. 

Upaya-upaya untuk mengendalikan vector Aedes aegypti Salah satu caranya adalah dengan melakukan PSN 3M Plus.

1. Menguras, merupakan kegiatan membersihkan/menguras tempat yang sering menjadi penampungan air seperti bak mandi, kendi, toren air, drum dan tempat penampungan air lainnya. Dinding bak maupun penampungan air juga harus digosok untuk membersihkan danmembuang telur nyamuk yang menempel erat pada dinding tersebut. Saat musim hujan maupun pancaroba, kegiatan ini harus dilakukan setiap hari untuk memutus siklus hidup nyamuk yang dapat bertahan di tempat kering selama 6 bulan.

2. Menutup, merupakan kegiatan menutup rapat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi maupun drum. Menutup juga dapat diartikan sebagai kegiatan mengubur barang bekas di dalam tanah agar tidak membuat lingkungan semakin kotor dan dapat berpotensi menjadi sarang nyamuk.

3. Memanfaatkan kembali limbah barang bekas yang bernilai ekonomis (daur ulang), kitajuga disarankan untuk memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang-barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk demam berdarah.

Yang dimaksudkan Plus-nya adalah bentuk upaya pencegahan tambahan seperti berikut:

 • Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk

• Menggunakan obat anti nyamuk

• Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi

• Gotong Royong membersihkan lingkungan

• Periksa tempat-tempat penampungan air

• Meletakkan pakaian bekas pakai dalam wadah tertutup

• Memberikan larvasida pada penampungan air yang susah dikuras

• Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar

• Menanam tanaman pengusir nyamuk

• Menggunakan kelambu

(Bangkapos.com/Cepi Marlianto/Cici Nasya Nita/Nurhayati) 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber: bangkapos.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved