Breaking News

Berapa Harta Kekayaan Sugeng Teguh Santoso, Ketua IPW yang Laporkan Ganjar Pranowo ke KPK

Berdasarkan laporan saat itu, Sugeng memiliki harta kekayaan sebesar Rp 82 miliar, yang didominasi oleh harta berupa tanah...

Penulis: Fitri Wahyuni | Editor: Teddy Malaka
KOMPAS.com/VINCENTIUS MARIO
Ketua IPW, Sugeng Teguh Santoso 

35. Tanah dan Bangunan Seluas 1591 m2/- m2 di KAB / KOTA Bogor,
HASIL SENDIRI Rp. 238.650.000

36. Tanah dan Bangunan Seluas 2858 m2/- m2 di KAB / KOTA Bogor,
HASIL SENDIRI Rp. 428.700.000

37. Tanah dan Bangunan Seluas 2202 m2/- m2 di KAB / KOTA Bogor,
HASIL SENDIRI Rp. 330.300.000

38. Tanah dan Bangunan Seluas 415 m2/- m2 di KAB / KOTA Bogor,
HASIL SENDIRI Rp. 62.250.000

39. Tanah dan Bangunan Seluas 1000 m2/- m2 di KAB / KOTA Bogor,
HASIL SENDIRI Rp. 350.000.000

40. Tanah dan Bangunan Seluas 1300 m2/- m2 di KAB / KOTA Bogor,
HASIL SENDIRI Rp. 195.000.000

41. Tanah dan Bangunan Seluas 356 m2/143.875 m2 di KAB / KOTA
Bandung, HASIL SENDIRI Rp. 4.000.000.000

42. Tanah dan Bangunan Seluas 508 m2/- m2 di KAB / KOTA Bogor,
HASIL SENDIRI Rp. 76.200.000

43. Tanah dan Bangunan Seluas 440 m2/- m2 di KAB / KOTA Bogor,
HASIL SENDIRI Rp. 66.000.000

44. Tanah dan Bangunan Seluas 840 m2/- m2 di KAB / KOTA Sleman,
HASIL SENDIRI Rp. 840.000.000

B. ALAT TRANSPORTASI DAN MESIN Rp. 643.000.000

1. MOBIL, Toyota Fortuner Tahun 2016, HASIL SENDIRI Rp. 375.000.000
2. MOBIL, Nissan Serena Tahun 2013, HASIL SENDIRI Rp. 250.000.000
3. MOTOR, Yamaha Vixion Tahun 2014, HASIL SENDIRI Rp. 18.000.000

C. HARTA BERGERAK LAINNYA Rp. 19.500.000

D. SURAT BERHARGA Rp. ----

E. KAS DAN SETARA KAS Rp. 61.077.591

F. HARTA LAINNYA Rp. ----

Sub Total Rp. 82.054.477.591

III. HUTANG Rp. 42.000.000

IV. TOTAL HARTA KEKAYAAN (II-III) Rp. 82.012.477.591

*Total harta kekayaan Sugeng Teguh Santoso bisa berubah sewaktu-waktu

Biodata Sugeng Teguh Santoso

Sugeng Teguh Santoso atau biasa dipanggil Mas Sugeng lahir di Semarang, Jawa Tengah, 13 April 1966.

Ayah Sugeng sedianya merupakan pegawai di sebuah perusahaan di Semarang, yang aktif sebagai aktivis buruh di perusahaan itu sedangkan ibunya seorang Guru.

Akan tetapi, dirinya sempat berpisah dengan ayahnya ketika usianya masih belum lima tahun.

Sang Ayah “menghilang” dari Semarang ketika terjadi pergolakan politik tahun 1965.

Beberapa tahun setelah pergolakan politik mereda, Sugeng baru bertemu lagi ayahnya setelah ibunya memboyong keluarga hijrah ke Jakarta.

Ayahnya yang dulu pegawai menengah di sebuah perusahaan didapati sudah menjadi tukang becak di kawasan di Mangga Dua Selatan, Sawah Besar, Jakarta Pusat.

Di kawasan yang dikenal keras tersebut Sugeng menjalani masa kecilnya.

Walaupun terbiasa tawuran ketika masih anak-anak, Sugeng sukses melalui pendidikan tingkat Sekolah Dasar Negeri Pademangan Timur 04 di Jakarta (1979).

Kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 42 di Jakarta (1982), SMA Negeri 15 di Jakarta (1985) serta menempuh pendidikan tinggi di Fakultas Hukum Universitas Indonesia di Depok (1991).

Di Jakarta, ayahnya bekerja keras menjadi pengayuh becak, kemudian berangsur bangkit menjadi juragan becak dan memiliki bengkel sendiri.

Sugeng kecil sering bermain di bengkel milik ayahnya itu.

Tetapi, tak secuil pun pernah terlintas di benaknya menjadi juragan bengkel apalagi menjadi tukang becak.

Yang pernah terlintas di benaknya ketika masih hendak masuk ke bangku pendidikan tingkat SMA adalah menjadi ahli komputer yang ketika itu masih merupakan hal baru di Indonesia.

Pada tahun 1985 Sugeng bersama masyarakat Mangga Dua Selatan, Sawah Besar, Jakarta Pusat menjadi korban penggusuran Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Setelah digusur, lahan bekas rumahnya lantas disulap jadi kawasan bisnis elite di tengah ibukota.

Kegetiran menyaksikan rumahnya tergusur membuat Sugeng yang kelak membuatnya berhasil dalam membulatkan tekad sebagai advokat ternama, tetapi pro rakyat, khususnya menjadi pembela warga yang tergusur.

Karena itu, ketika lulus SMA Sugeng memutuskan memilih sekolah hukum di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI).

Sugeng Teguh Santoso resmi dilantik menjadi ketua Indonesia Police Watch (IPW) pada 18 Agustus 2021.

Dia menggantikan posisi Neta Saputra Pane yang meninggal dunia pada Juni 2021.

Sugeng juga tercatat sebagai salah seorang pengacara papan atas di Indonesia, dengan kantor pengacara atas namanya sendiri yakni, Sugeng Teguh Santoso dan Rekan.

(Bangkapos.com/Surya.co.id/Kompas.com)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved