Kesehatan

Kasus Flu Singapura Kini Meningkat di Indonesia, Pahami Penyebab, Gejala, dan Cara Pencegahannya

Penyakit ini biasanya bersifat ringan, tetapi dalam beberapa kasus dapat menyebabkan komplikasi serius.

Penulis: Andini Dwi Hasanah | Editor: Hendra
TribunJakarta.com/Pebby Adhe Liana
DR. Dr. Erlina Burhan, Msc, SP.P(K) 

BANGKAPOS.COM, BANGKA- Flu Singapura, juga dikenal sebagai penyakit Hand, Foot, and Mouth (HFMD) adalah penyakit menular yang umumnya terjadi pada anak-anak usia 5-10 tahun.

Namun, penyakit ini lebih rentan menyerang anak di bawah usia 5 tahun.

Flu Singapura adalah penyakit virus yang disebabkan oleh beberapa jenis virus Coxsackie, terutama virus Coxsackie A16.

Penyakit ini biasanya bersifat ringan, tetapi dalam beberapa kasus dapat menyebabkan komplikasi serius.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) melaporkan hingga Minggu ke-11 2024, terdapat 5.461 orang terjangkit flu Singapura di Indonesia.

"Ada peningkatan kasus flu Singapura di Indonesia akhir-akhir ini," ujar Ketua Satgas Covid PB IDI dan Anggota Bidang Kajian Penanggulangan Penyakit Menular PB IDI Prof DR Dr Erlina Burhan, SpP(K) dalam kegiatan via zoom PB IDI, Rabu (27/3/2024).

Ia menyebut kasus kenaikan tak hanya terjadi di tanah air melainkan pernah pula terjadi di negara seperti China dan Malaysia.

Di China tahun 2021 pernah merebak kasus flu Singapura, dimana saat itu juga terjadi puncak kasus Covid-19.

"Kala itu kasus flu Singapura di China mencapai 2,5 juta kasus di tahun 2021," ujarnya.

Dalam paparannya, Prof DR Dr Erlina menyebut, penyebab Flu Singapura pada Anak. Virus ini menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh yang terinfeksi, seperti air liur, air ludah, tinja, dan cairan lepuh yang muncul pada kulit. Penularan virus ini sangat umum di antara anak-anak yang bermain bersama di tempat bermain, sekolah, atau penitipan anak.

Menurutnya, usia sebagai faktor risiko di mana anak-anak sebagai sumber penularan virus flu Singapura yakni Coxackie virus A16.

Kata Prof DR Dr Erlina, penyakit ini umumnya menyerang anak-anak berusia 10 tahun, tetapi juga dapat menginfeksi dewasa. Gejalanya biasanya dimulai dengan demam, sakit tenggorokan, dan batuk.

Ciri khas dari penyakit ini adalah adanya lenting pada tangan dan kaki yang dapat pecah menjadi luka dan koreng. Lenting yang pecah di mulut dapat menyebabkan sariawan.

"Semakin buruk sosioekonomi, balita dan anak-anak dapat terinfeksi lebih awal," tuturnya.

Ia menyebut bahwa anak yang terinfeksi tanpa gejala mengeluarkan virus melalui feses selama beberapa minggu, berperan sebagai sumber virus dalam jangka waktu lama.

Halaman
12
Sumber: bangkapos.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved