Berita

3 Kasus Persetubuhan terhadap Anak Terjadi di Bangka Selatan Dalam Sepekan

Pastikan setiap anak yang keluar rumah sepengetahuan orangtua. Begitu pula maksud dan tujuan serta berapa lama dia akan keluar. Terpenting kenali...

(Bangkapos.com/Cepi Marlianto)
Kasi Humas Polres Bangka Selatan, Ipda G. J Budi. 

BANGKAPOS.COM, BANGKA -- Dalam sepekan, tiga kasus persetubuhan anak di bawah umur terjadi di Kabupaten Bangka Selatan ( Basel ), Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ( Babel ). 

Terkait hal itu, aparat kepolisian mengingatkan kepada setiap orangtua agar mengawasi anak-anaknya. Khususnya bagi anak-anak di Kabupaten Bangka Selatan, yang kini tengah beranjak usia remaja ataupun telah menginjak usia remaja, agar mereka tidak terlibat pergaulan bebas sehingga melakukan pelanggaran hukum.

Kapolres Bangka Selatan, AKBP Trihanto Nugroho melalui Plt Kasi Humas, Ipda G. J Budi mengatakan, belakangan ini banyak terjadi kasus persetubuhan di Basel.

Bahkan, dalam sepekan terakhir sudah terdapat tiga kasus persetubuhan yang ditangani Satreskrim Polres Bangka Selatan.

Mayoritas mereka yang menjadi pelaku dan korban didominasi anak remaja dan bahkan masih tergolong di bawah umur.

“Banyaknya kasus persetubuhan yang ditangani Polres Bangka Selatan, kami meminta kepada orangtua untuk selalu meningkatkan pengawasan terhadap anak-anaknya,” kata Ipda G. J Budi di Toboali, Sabtu (8/6/2024).

Menurut Budi, perlunya setiap orangtua memantau kegiatan anak-anaknya dalam menggunakan gawai. Terlebih, jika anak-anak mereka sudah mulai menggunakan internet untuk berinteraksi di media sosial. Dunia internet sangat berbahaya bagi anak apabila tidak terpantau oleh orangtua. Sebab, banyak oknum yang menyasar anak menjadi korban kejahatan di dunia maya.

Kesalahan pola asuh dan minimnya pengawasan orangtua terhadap anak menjadi pemicu kasus hubungan asusila yang melibatkan pelajar ataupun anak di bawah umur. Kurangnya perhatian orangtua terhadap lingkungan pergaulan dan aktivitas anak di luar rumah, sering kali membuat anak-anak lupa diri hingga terjerumus ke persoalan pidana. Sehingga harus dapat dipastikan ketika anak keluar rumah harus tetap mendapatkan perhatian dan pengawasan orangtua.

“Pastikan setiap anak yang keluar rumah sepengetahuan orangtua. Begitu pula maksud dan tujuan serta berapa lama dia akan keluar. Terpenting kenali dengan siapa dia bergaul atau berteman,” jelas Budi.

Di sisi lain ditambahkan dia, pentingnya edukasi kepada anak terkait pendidikan seksual. Salah satunya adalah memberikan pemahaman yang benar mengenai organ tubuh, termasuk alat vital. Orangtua maupun guru juga wajib mengajarkan mengenai perbedaan sentuhan aman dan membahayakan. Guru maupun orangtua wajib mengajarkan anak tidak takut melapor jika mendapat perlakuan seksual yang tidak wajar.

Begitu pula dalam meningkatkan literasi mengenai penggunaan gadget. Hal itu akan mempermudah pengawasan kepada anak. Selain itu dengan tetap melakukan komunikasi secara rutin guna mengetahui perkembangan anaknya.

“Kami meminta bagi para guru untuk memberikan edukasi terkait hubungan seksual,” ucapnya.

Meski begitu kata Budi, penanganan kasus asusila anak memerlukan kehati-hatian agar tidak menimbulkan trauma. Di mana tiap pemeriksaan korban selalu didampingi oleh orangtua dan juga staf Dinas Sosial sebagai bagian perlindungan anak dan perempuan. Penanganan kasus asusila akan rumit apabila korban dan pelaku masih berstatus pelajar. Banyak hal yang harus menjadi pertimbangan penyidik dalam mengambil keputusan. Baik persoalan psikologi ataupun masa depan. Masa depan anak pelaku kejahatan tetap diperhatikan.

“Sehingga aparat kepolisian meminta peran serta orangtua agar anaknya tidak terlibat kejahatan,” pungkas Budi.

Berikut rangkuman kasus persetubuhan melibatkan anak di bawah umur di Bangka Selatan:

Halaman
123
Sumber: bangkapos.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved