Arti I’mal Lidunyaka Ka-annaka Ta’isyu Abadan, Bekerjalah untuk Duniamu Seakan Kau Hidup Selamanya

Artinya: “Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya. Dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok pagi.”

Penulis: Fitri Wahyuni | Editor: M Zulkodri
Bangkapos.com / IST
Arti I’mal Lidunyaka Ka-annaka Ta’isyu Abadan, Bekerjalah untuk Duniamu Seakan Kau Hidup Selamanya 

BANGKAPOS.COM -- Diriwayatkan dari Ibnu Umar radiallahu ‘anhu, terdapat hadits nabi tentang dunia dan akhirat.

Hadits tersebut berbunyi i’mal lidunyaka ka-annaka ta’isyu abadan, wa’mal li-akhiratika ka-annaka tamuutu ghadan.

Dalam bahasa Arab ditulis:

اعْمَلْ لِدُنْيَاكَ كَأنَّك تَعِيشُ أبَدًا، وَاعْمَلْ لِآخِرَتِكَ كَأَنَّكَ تَمُوْتُ غَدًا

Artinya: “Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya. Dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok pagi.” (HR. Hasan)

Dikutip dari laman nu.online, penggalan pertama dari hadits di atas yakni:

اعْمَلْ لِدُنْيَاكَ كَأنَّك تَعِيشُ أبَدًا

Ada sebagian orang yang memahaminya sebagai perintah supaya dalam bekerja untuk mencari dunia kita hendaknya melakukannya sebaik dan sekeras mungkin.

Hal tersebut dilakukan agar kita mendapatkan hasil sebanyak-banyaknya sehingga mencukupi seluruh kebutuhan karena akan hidup selamanya.

Pemaknaan seperti itu sesungguhnya tidak tepat meskipun dengan dalih sebagai perimbangan terhadap penggalan kedua dari hadits tersebut yang berbunyi:

وَاعْمَلْ لِآخِرَتِكَ كَأَنَّكَ تَمُوْتُ غَدًا.

Di antara kaum Muslimin tidak ada perbedaan pendapat tentang makna penggalan kedua ini.

Mereka sepakat bahwa bekerja untuk kepentingan akhirat harus dilakukan sesegera mungkin dan sebaik-baiknya.

Karena kita dianjurkan berpikir seolah-olah besok kita akan mati.

Pemaknaan penggalan pertama dari kalimat di atas adalah sebagaimana dijelaskan Muhammad Mutawalli asy-Sy’rawi dalam Tafsir asy-Sya’rawi (Akhbarul Yaum, 1991, jilid 3 hal. 1752)

Bahwa jika engkau tidak bisa meraih sesuatu dari dunia ini pada hari ini, maka berpikirlah sesungguhnya engkau akan hidup lama dan akan dapat meraihnya esok hari.

Sedangkan terhadap apa yang terkait dengan akhirat, engkau hendaknya bersegera meraihnya.

Jadi berdasarkan penjelasan dari Imam asy-Sy’rawi di atas, pemaknaan yang benar adalah bahwa kita bekerja untuk mendapatkan hal-hal duniawi cukup seperlunya saja.

Hal ini karena kita dianjurkan untuk berpikir bahwa kita akan hidup selamanya sehingga hari esok masih ada dan masih banyak waktu untuk melakukannya.

Dan saat beribadah, diharapkan penuh konsentrasi berharap kepada Allah, seolah-olah besok hari kita akan mati.

Makna lainnya.

Maksud dari hadits tersebut adalah bahwa kita harus bekerja keras dan giat dalam mengejar kesuksesan dan kesejahteraan di dunia, namun tetap tidak lupa akan kehidupan akhirat kita.

Artinya, kita harus berusaha untuk memperoleh rezeki yang halal dan berusaha untuk mencapai tujuan hidup kita di dunia ini sebaik-baiknya, namun tidak boleh melupakan akhirat dan kehidupan setelah mati.

Dengan memahami hadits ini, kita diharapkan tidak hanya fokus pada urusan dunia semata, tetapi juga senantiasa mempersiapkan diri untuk kehidupan di akhirat,

seperti memperbanyak amal baik, beribadah, dan berbuat kebaikan bagi sesama.

Namun, perlu diingat bahwa hadits tersebut tidak boleh diartikan untuk mengejar keuntungan dunia dengan cara yang tidak halal atau merugikan orang lain.

Karena selain akan mendapatkan ganjaran di akhirat, kita juga harus bertanggung jawab atas tindakan kita di dunia ini.

Dalil Menurut Al Quran dan Hadits Lainnya

Allah mengingatkan umatnya dalam Surah Al-Qashah ayat 77.

Dalam ayat tersebut, kita diperintahkan Allah untuk tidak melupakan kehidupan akhirat.

وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ

Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al-Qashash: 77).

Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma pernah menyatakan, aga kita memanfaatkan waktu di dunia sebaik-baiknya, baik untuk keperluan dunia maupun keperluan akhirat.

إذا أصبحت فلا تنتظر المساء ، وإذا أمسيت فلا تنتظر الصباح ، وخذ من صحتك لمرضك ، ومن حياتك لموتك

“Jika engkau berada di pagi hari, jangan tunggu sampai petang hari. Jika engkau berada di petang hari, jangan tunggu sampai pagi. Manfaatkanlah waktu sehatmu sebelum datang sakitmu. Manfaatkanlah waktu hidupmu sebelum datang matimu.” (HR. Bukhari)

(Bangkapos.com/TribunSumsel.com)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved