Berita Viral

Viral Kisah Rahmat, Kuli Pengangkut Gula Dihina Tak Akan Bisa Jadi Polisi, Kini Lulus Bintara Polri

Bekerja keras menjadi kuli pengangkut gula, diejek tak akan bisa jadi polisi, Rahmat dinyatakan lolos seleksi bintara Polri TA 2024 Polda Sulsel.

Dok. Polda Sulsel
Viral Kisah Rahmat, Kuli Pengangkut Gula Dihina Tak Akan Bisa Jadi Polisi, Kini Lulus Bintara Polri - Bekerja keras menjadi kuli pengangkut gula, diejek tak akan bisa jadi polisi, Rahmat dinyatakan lolos pendidikan bintara Polri TA 2024 Polda Sulsel. 

Selama pendaftaran, Rahmat disebut hampir tidak pernah meminta biaya kepada kedua orang tuanya.

Rahmat bekerja mandiri mengangkat hasil panen gula warga desa menuju pengepul.

"Tidak pernah dia kasian minta uang sama saya karena dia tahu saya tidak ada pendapatanku. Jadi, dia itu kalau mau pergi saya bilang ada uang, bilang (iya) cukup ji ma," ungka Nurmiah.

Nurmiah hanya bisa mengucap rasa syukur melihat sang buah hati bisa meraih mimpinya walaupun dengan proses yang sangat luar biasa.

"Saya syukuri sekali (lulus) karena saya itu di sini kampung tidak ada sekali apa-apa (tidak mampu). Harapan saya dia bisa tetap berbakti kepada orangtua, kepada negara, kepada semua masyarakat. Saya mendoakan supaya anak saya ini bisa menjalankan tugasnya dengan baik," ujar dia.

Diejek tak bisa lolos polisi

Keluarga Rahmat disebut pernah mendapatkan ejekan dari beberapa orang karena dinilai tidak mampu dari segi ekonomi untuk mendaftar sebagai anggota Polri.

"Saat itu banyak yang ragu-ragu, karena seperti diketahui mendaftar Polisi tidak gampang dan tidak mudah. Ketika mendaftar ini, banyak kasihan warga yang mengejek-ejek. Dianggap keluarga yang tidak mampu, bahkan dia penerima bantuan Program Keluarga Harapan (PKH)," kata kerabat Rahmat, Ridwan, saat ditemui terpisah.

Bahkan, pemuda 19 tahun itu sempat dilarang mendaftar oleh teman-teman sekolahnya.

Akan tetapi, dorongan keluarga dan orang tua membuat Rahmat tetap kekeh untuk mendaftar.

"Banyak yang hina, katanya janganmi (tidak usah) mendaftar, dimanaki (dari mana) mau ambil uang, karena mendaftar itu pakai uang. Tapi, saya tetap dorong kasihan agar ini anak tetap mendaftar," ucap Ridwan.

Ridwan yang juga Kepala Desa Tapong tempat Rahmat besar itu mengatakan diterimanya Rahmat menjadi anggota Polri menjadi sebuah kebanggan tersendiri.

Bagaimana tidak, desa terpencil dan baru merasakan listrik pada 2018 silam itu Rahmat lah putra pertama yang bisa menjadi anggota Polri.

"Alhamdulillah, dia (Rahmat) orang pertama di Desa Tapong yang diberikan kesempatan mengikuti pendidikan Polisi. Kami juga bisa mengatakan bahwa apa yang dikatakan orang di luar sana tidak benar. Keluarga tidak mampu, terbukti mendaftar polisi, tidak ada dibayar apapun tapi bisa lolos," pungkasnya.

(Tribun Jatim/Tribun Timur/Bangkapos.com/Vigestha Repit)

Sumber: bangkapos
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved