Aulia Risma Diduga Mau Keluar dari PPDS Anestesi Undip, Muncul Isu Tak Sanggup Penalti Rp500 Juta
Adapun dugaan ketidaksangupan Aulia Risma Lestari tersirat dari isi buku harian yang ia tulis sebelum ditemukan meninggal diduga sengaja akhiri hidup.
Penulis: Dedy Qurniawan CC | Editor: fitriadi
Sebagai informasi, Aulia Risma disebut mendapatkan beasiswa dari instansi.
Sehingga ia tidak bisa asal mundur.
Hal ini terungkap dari viralnya tangkapan layar percapakan antar dokter di WhatsApp.
Adapun jika ingin mundur dari PPDS Anestesi Undip, maka Aulia Risma dikabarkan harus membayar uang penalti sebesar Rp 500 juta.
Orang tua korban pun disebut tidak menyanggupi nominal tersebut.
"Yang bersangkutan mahasiswa beasiswa dari Tegal, sudah terindikasi tidak kuat di anestesi sejak tahun pertama, tapi tidak bisa dikeluarkan secara sepihak karena dia kiriman instansi," tulis sang dokter dalam tangkapan layar yang viral di X.
"Sudah dipanggil orang tuanya beberapa kali sama KPS dan diminta mengundurkan diri, tapi gak mau. Karena kalau mundur harus bayar penalty sebesar Rp500 juta, keluarga tidak sanggup," lanjutnya.
Sebelumnya dr Aulia Risma Lestari, dokter PPDS Anestesi Undip asal Tegal yang meninggal diduga akibat bully dokter senior.
dr Aulia Risma Lestari meninggal dunia pada Rabu, Senin (12/8/2024).
Beredar kabar bahwa dr Aulia Risma meninggal dunia karena bunuh diri dengan cara menyuntikan obat anestesi di lengannya.
Namun kabar dr Aulia Risma meninggal dunia karena bunuh diri dibantah oleh pihak kepolisian.
Kasus kematian Aulia Risma Lestari saat ini ditangani Polsek Gajah Mungkur.
Kapolsek Gajahmungkur Kompol Agus Hartono mengatakan pihaknya menerima kabar tewasnya dokter PPDS tersebut pada pukul 23.00 Senin (12/8/2024).
Menurutnya, memang ada narasi yang beredar jika kematian dokter muda itu karena bunuh diri.
Namun ia menepis jika kematian dokter muda itu karena bunuh diri.
"Kematiannya bukan karena bunuh diri," tuturnya kepada tribunjateng.com, Rabu (14/8/2024).
Agus menerangkan Aulia merupakan dokter ASN di Tegal.
Wanita kelahiran 1994 itu mendapat biaya Dinas S2 anastesi.
"Dia (Aulia) sudah satu tahun ngekos tepatnya di samping kantor kelurahan," tuturnya.
Menurutnya, penyebab kematian dr Aulia Risma diduga karena merasa berat mengikuti pelajaran maupun menghadapi seniornya.
Hal itu pun berdasarkan cerita dari ibunya maupun isi buku hariannya.
"Nah dia sempat nggak kuat begitu istilahnya otaknya sudah ambyar urusan pelajarannya berat, urusan sama seniornya berat," jelasnya.
Menurut dia, dokter asal Tegal itu diduga menenangkan diri menggunakan obat anestesi.
Obat itu disuntikan sedikit ke lengannya.
"Kemarin dicek masih ada sisa campuran obat. Informasi dokter obat itu seharusnya lewat infus. Tapi ini disuntikan sedikit di lengannya agar bisa tidur."
" Jadi bukan bunuh diri, tidak ada indikasi bunuh diri," ujarnya.
Meninggalnya Aulia diketahui pertama kali oleh pemilik kos dan temannya.
Saat itu pacar Aulia menelpon sekitar pukul 07.00-08.00 WIB namun tidak mendapat respons.
Hingga akhirnya kekasih Aulia meminta teman sekosnya untuk menengok ke kamarnya.
Hingga akhirnya teman kos Aulia ke Lempongsari dan meminta pemilik kos mengecek kamarnya.
Kamar itu terkunci hingga akhirnya dibuka menggunakan kunci serep.
Namun upaya tersebut tidak berhasil, hingga kemudian dipanggil tukang kunci untuk membuka pintu kamar dr Aulia.
Saat dibuka, dr Aulia ditemukan sudah meninggal, dalam posisi miring seperti orang tidur.
Proses evakuasi baru bisa dilakukan pukul 03.00 WIB menunggu ibu Aulia datang ke kos itu.
Ibunya menyadari anaknya sudah meminta resign karena tak kuat.
Aulia telah bercerita dengan ibunya.
Hingga akhirnya ibunya menyadari meminta membawa Aulia ke Kariadi namun tidak diotopsi.
Jenazah Aulia dibawa ke Tegal.
Kondisi jasad Aulia muka dan pahanya biru-biru, seperti orang tidur.
Kata Menkes Budi Gunadi
Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan, jika terbukti benar adanya perilaku bullying di balik kasus ini, maka pelaku akan diberi sanksi tegas.
"Kalau ini benar- benar terjadi (perundungan) kita akan pastikan orang yang memperlakukan seperti ini akan diberikan sanksi tegas," kata Budi pada keterangannya, Kamis (15/8/2024).
Budi juga menegaskan bahwa Kementerian Kesehatan bisa mencabut Surat Izin Praktik (SIP) dan Surat Tanda Registrasi (STR) jika terbukti ada oknum yang melakukan tindak perundungan.
Saat ini Kementerian Kesehatan sudah mengirimkan audit dan bekerja sama dengan kepolisian setempat untuk melakukan pemeriksaan.
Budi menambahkan jika pihaknya sudah menemukan buku catatan harian korban.
"Kita sudah menemukan buku catatan hariannya. Jadi kita bisa melihat perkembangan moral kejiwaan beliau seperti apa. Cukup detail ditulis di buku hariannya. Nanti kita akan conform apakah hal ini benar-benar terjadi," lanjut Budi.
Menkes juga meminta agar kegiatan PPDS Anastesi Undip di RSUP Kariadi dievaluasi.
Terakhir, Budi menegaskan bahwa tidak boleh ada praktik bullying dengan alasan menciptakan tenaga yang tangguh dan tidak cengeng.
"Tidak ada lagi perilaku-perilaku bullying seperti ini dengan alasan menciptakan tenaga yang tangguh, menciptakan tenaga yang tidak cengeng. Kita bisa menciptakan tenaga yang tangguh tidak cengeng tanpa menyebabkan mereka mati,” pungkasnya.
Beban Kerja Mahasiswi PPDS Undip
Mengutip Tribun Bengkulu lagi, baru-baru ini juga beredar beban kerja mahasiswi PPDS Undip yang dinilai terlalu berat.
"Di samping urusan bullying, saya cukup sering dapat masukan bahwa beban kerja PPDS anestesi terlalu berat, sebagai berikut:
1. Jam kerja " normal " tanpa giliran jaga adalah: 18 jam/hari. Masuk jam 6 pagi, pulang jam 12 malam. Kalau bisa pulang jam 11 malam artinya pulang cepat. Tidak jarang harus pulang jam 2 atau 3 pagi. Hari berikutnya sudah harus standby lagi jam 6 pagi di RS. Ini berlangsung terus menerus selama masa studi-5 tahun.
2. Jika dapat giliran jaga, maka jaga minimal 24 jam dan dapat prolonged hingga 5-6 hari tidak bisa pulang dari RS. Dikarenakan sering kali PPDS harus melanjutkan operasi yg terus sambung menyambung melebihi giliran jaganya.
3. Jumlah operasi di RS Kariadi sangat tinggi, bisa 120 pasien/hari. Sedangkan, semua beban kerja bius pasien dilakukan oleh PPDS. DPJP sbg penanggung jawab hanya menerima laporan.
4. Lamanya jam kerja yg terus menerus ini tidak pernah dianggap tidak wajar selam ini.
5. Jumlah operasi di RS Kariadi sangat tinggi, bisa 120 pasien/hari. Sedangkan, semua beban kerja bius pasien dilakukan oleh PPDS. DPJP sbg penanggung jawab hanya menerima laporan.
6. Lamanya jam kerja yg terus menerus ini tidak pernah dianggap tidak wajar, selama ini bahkan dianggap sebagai" keunggulan "NDIP dibandingkan univ lainnya, di mana residen dianggap bisa dapat kesempatan praktik lebih luas.
"Mohon izin memberi masukan & memohon arahan Bapak agar bisa dilakukan:
a. audit menyeluruh, utk mencegah terjadinya korban PPDS lainnya;
b. menambah jumlah dokter anestesi dan memastikan mereka benar2 turun tangan menangani pasien, agar beban kerja bius pasien tidak hanya ditanggung PPDS dan menjaga keselamatan pasien juga," tulis akun @MurtadhaOne1, dikutip TribunBengkulu.com, Kamis (15/8/24).
Undip Klarifikasi Soal Sengaja Akhiri Hidup
Universitas Diponegoro (Undip) Semarang akhirnya buka suara soal mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi yang meninggal karena disebut sengaja akhiri hidup karena bully dokter senior.
Dalam klarifikasinya, Undip menyebut mahasiswi PPDS Anestesi dr Aulia Risma Lestari tidak dibully.
dr ASN asal Tegal itu disebut ada masalah kesehatan.
Klarifikasi ini disampaikan Undip Semarang setlah adanya surat Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan tentang Penghentian Sementara Program Studi Anastesi di perguruan tinggi tersebut.
Manajer Layanan Terpadu dan Humas Undip Semarang Utami Setyowati di Semarang, menyebut pihaknya sudah menyampaikan klarifikasi atas surat Dirjen Yankes Nomor TK.02.02/D/44137/2024 tersebut.
Undip membantah kematian AR, yang diduga bunuh diri, dipicu oleh masalah perundungan.
"Berdasarkan hasil investigasi internal kami, hal tersebut tidak benar," kata Utami dilansir Antara, Kamis (15/8/2024),
Menurut dia, dr AR merupakan mahasiswi yang berdedikasi terhadap pekerjaannya.
Namun, lanjut dia, almarhumah disebut memiliki permasalahan kesehatan yang memengaruhi proses belajar yang sedang ditempuhnya.
Meski demikian, kata dia, Undip tidak bisa menjelaskan lebih detil mengenai masalah kesehatan yang dialami korban.
Ia menuturkan, almarhumah sempat mempertimbangkan untuk mengundurkan diri akibat kondisi tersebut.
"Namun mengurungkan niatnya karena secara administratif terikat pada ketentuan penerima beasiswa," katanya.
Sebelumnya, seorang mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis Fakultas Kedokteran Undip Semarang meninggal dunia diduga sengaha akhiri hidup di tempat indekosnya di Jalan Lempongsari, Kota Semarang, Jawa Tengah.
Kematian korban berinisial AR yang ditemukan pada Senin (12/8) lalu tersebut diduga berkaitan dengan perundungan di tempatnya menempuh pendidikan
Ditjen Yankes Kementerian Kesehatan kemudian menerbitkan surat Nomor TK.02.02/D/44137/2024 tentang Penghentian Sementara Program Studi Anastesi Undip Semarang di RS Kariadi Semarang.
Dalam surat tersebut dijelaskan alasan penghentian sementara akibat dugaan perundungan yang memicu bunuh diri salah seorang mahasiswi program studi tersebut berinisial AR.
Penghentian sementara itu berkaitan dengan investigasi yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan atas peristiwa tersebut.
Walau membantah soal isu bully, Undip siap berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk penanganan lebih lanjut.
Hingga kini belum diperoleh penjelasan Undip mengenai beban berkuliah sebagai dokter mahasiswa di PPDS Undip yang disebut berat seperti beredar di media sosial tersebut.
Sosok dr Aulia Risma Lestari
dr Aulia Risma Lestari merupakan dokter yang ikut Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang.
dr Aulia Risma Lestari berasal dari Tegal dan merupakan dokter ASN di sana.
Ia merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Islam Sultan Agung tahun 2014.
Saat kejadian, dr Aulia tengah ikut PPDS Anestesi Undip Semarang semester akhir.
Wanita kelahiran 1994 itu mendapat biaya dinas S2 anestesi di Undip.
Informasi yang diperoleh, tewasnya Aulia diketahui pertama kali oleh pemilik kos dan temannya.
Salah satu rekan yang pernah mengenal dr Aulia Rima Lestari semasa hidup mengatakan almarhumah sosok cerdas.
Adapun disebutkan Indeks prestasi kumulatif (IPK) terakhir mencapai 3.9 dengan status cumlaude.
"Mba risma selama kuliah cerdas sekali orgnya, ipk nya selalu cumlaude dan mmg terkenal cerdas di angkatan."
"Terakhir ipknya 3,8 atau 3,9 waktu itu. Kasian sekali," tulis akun X @mecobalamiiin.
Sejumlah rekan lainnya pernah juga mengenal korban menyebut sempet bekerja sama dalam kegiatan kemenkes.
Seperti cuitan yang dimuat oleh akun X @dr_koko28 setelah mendengar kabar duka soal Dr Aulia Risma Lestari.
"Innalillahi wa inna ilaihi raajiiuun. Dengar kabar ada dokter PPDS yang meninggal."
"Ternyata tahun lalu, beliau sempat mengisi survei Kemenkes soal depresi."
"Sebuah kehilangan berharga. Apapun penyebab kematian beliau, harusnya itu jadi kasus yang pertama dan terakhir."
"Bagaimana kita memandang dan memperlakukan dokter junior dan PPDS ini jelas perlu bentuk pendekatan baru yang lebih memanusiakan mereka. Resiprokal," tulisnya.
DISCLAIMER:
Berita atau artikel ini tidak bertujuan menginspirasi tindakan bunuh diri.
Pembaca yang merasa memerlukan layanan konsultasi masalah kejiwaan, terlebih pernah terbersit keinginan melakukan percobaan bunuh diri, jangan ragu bercerita, konsultasi atau memeriksakan diri ke psikiater di rumah sakit yang memiliki fasilitas layanan kesehatan jiwa.
Berbagai saluran telah tersedia bagi pembaca untuk menghindari tindakan bunuh diri.
Warga Semarang dan Jawa Tengah bisa menghubungi RSJ Amino Gondohutomo Semarang telp (024) 6722565 atau RSJ Prof Dr Soerojo Magelang telp (0293) 363601.
(Tribun Bengkulu/ Bangkapos.com/ Tribun Medan/ Tribunnews/ Pos Belitung)
Segini Biaya Kuliah UGM, Undip dan UNS Bagi yang Lolos SNBT 2025, Termurah Gratis - Rp500 Ribu |
![]() |
---|
Dokter Residen Anestesi Unpad Priguna Anugerah Tak Akui Rudapaksa 2 Korban Lain |
![]() |
---|
Atalia Praratya Muncul Tanggapi Kasus Dokter PPDS Priguna Anugerah, Tidak Bahas soal Lisa Mariana |
![]() |
---|
Priguna Anugerah Pratama Dokter Residen Anestesi Unpad Ngaku Punya Kelainan Suka Pada Orang Pingsan |
![]() |
---|
Sosok Priguna Dokter PPDS Unpad Rudapaksa Anak Pasien RSHS, Profesi Ayahnya Terungkap |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.