Tribunners

Guru Tidak Boleh Baper

Meskipun guru tidak boleh baper, penting untuk mengingat bahwa mereka juga perlu menjaga keseimbangan antara emosi dan profesionalisme.

Editor: suhendri
ISTIMEWA
Redi Juniyadi, S.Sos. - Kepala SMP Muhammadiyah Toboali 

Oleh: Redi Juniyadi, S.Sos. - Kepala SMP Muhammadiyah Toboali

MENJADI guru tidak boleh baper (bawa perasaan), kenapa? Ini merupakan topik yang menarik dan penting untuk dibahas. Dalam konteks pendidikan, peran guru sangat vital dalam membentuk karakter dan pengetahuan peserta didik. Namun, ada kalanya guru menghadapi situasi yang menguji emosi mereka, baik dari peserta didik, orang tua, maupun lingkungan kerja. Berikut adalah beberapa poin yang bisa dipertimbangkan dalam tulisan ini:

Pertama, profesionalisme. Guru seharusnya dapat menjaga sikap profesional dalam menghadapi berbagai situasi. Ketika seorang guru baper, hal ini dapat memengaruhi keputusan dan interaksi mereka dengan peserta didik. Sebagai pendidik, penting untuk memisahkan perasaan pribadi dari tugas profesional agar proses belajar mengajar tetap berjalan dengan baik.

Kedua, contoh bagi peserta didik. Guru adalah panutan atau teladan bagi peserta didik. Jika guru menunjukkan reaksi yang terlalu emosional, peserta didik bisa meniru perilaku tersebut. Sebaliknya, jika guru mampu mengelola emosi dengan baik, peserta didik akan belajar pentingnya mengontrol diri dan cara menghadapi masalah dengan lebih rasional.

Ketiga, membangun lingkungan belajar yang positif. Ketika guru tidak baper, mereka dapat menciptakan suasana kelas yang lebih kondusif. Peserta didik merasa lebih nyaman untuk berinteraksi, bertanya, dan berdiskusi tanpa takut akan reaksi emosional dari guru. Ini juga membantu dalam mengurangi ketegangan di dalam kelas.

Keempat, menghadapi tantangan. Dalam dunia pendidikan, tantangan tidak bisa dihindari. Guru akan menghadapi berbagai macam peserta didik dengan latar belakang dan sifat yang berbeda. Kemampuan untuk tidak baper membantu guru untuk tetap fokus dalam mencari solusi dan mendukung perkembangan peserta didik tanpa terbawa emosi.

Kelima, kesehatan mental guru. Meskipun guru tidak boleh baper, penting juga untuk diingat bahwa mereka adalah manusia yang memiliki perasaan. Oleh karena itu, dukungan psikologis dan ruang untuk berbagi pengalaman merupakan hal yang penting. Dengan cara ini, guru dapat mengekspresikan emosi mereka di tempat yang tepat dan tetap menjaga profesionalisme di kelas.

Meskipun guru tidak boleh baper, penting untuk mengingat bahwa mereka juga perlu menjaga keseimbangan antara emosi dan profesionalisme. Mengelola emosi bukan berarti menekan perasaan, tetapi lebih kepada bagaimana cara mengekspresikannya dengan bijak dan tetap fokus pada tujuan pendidikan.

Menjadi seorang guru memang tidak mudah, terutama ketika berhadapan dengan berbagai karakter peserta didik dan situasi yang bisa memicu emosi. Berikut adalah beberapa tip yang dapat membantu guru agar tidak mudah baper: 

Pertama, bersikap cuek. Salah satu cara paling efektif untuk menghindari perasaan baper adalah dengan belajar untuk bersikap cuek. Ini berarti tidak terlalu memikirkan pendapat orang lain dan tidak membiarkan komentar negatif memengaruhi perasaan. Dengan memiliki pemikiran bahwa tidak semua orang akan berpikir sama, guru dapat lebih fokus pada tugasnya. 

Kedua, fokus pada tujuan. Ingatlah bahwa tujuan utama seorang guru adalah mendidik dan membimbing peserta didik. Dengan memusatkan perhatian pada tujuan ini, guru dapat mengurangi dampak dari situasi yang mungkin membuat mereka merasa tersinggung atau emosional.

Ketiga, kelola emosi. Penting bagi guru untuk mengenali dan mengelola emosi mereka. Ini bisa dilakukan dengan cara berpikir rasional dan tidak terbawa perasaan saat menghadapi situasi sulit. Misalnya, jika ada siswa yang berperilaku kurang sopan, cobalah untuk tidak langsung bereaksi emosional, tetapi pikirkan solusi yang tepat. 

Keempat, beraktivitas positif. Menghabiskan waktu dengan melakukan aktivitas yang menyenangkan dan positif dapat membantu mengalihkan perhatian dari hal-hal yang bisa membuat baper. Ini juga dapat meningkatkan suasana hati dan semangat kerja.

Kelima, diskusi terbuka. Jika ada situasi yang membuat guru merasa baper, penting untuk berdiskusi secara terbuka dengan pihak terkait, seperti peserta didik atau rekan kerja. Dengan cara ini, masalah dapat diselesaikan secara langsung dan mengurangi kesalahpahaman.

Keenam, membangun rasa percaya diri. Meningkatkan rasa percaya diri juga dapat membantu guru untuk tidak mudah tersinggung. Ketika guru merasa yakin dengan kemampuan dan keputusan mereka, mereka akan lebih mampu menghadapi kritik atau komentar negatif. 

Halaman
123
Sumber: bangkapos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved