Profil Biodata Aguan 9 Naga, Bos PIK yang Proyeknya Dikaji Ulang, Orang Terkaya Nomor Berapa Dia?

Aguan (Sugianto Kusuma) adalah bos PIK sekaligus Agung Sedayu dan dijuluki 9 Naga yang baru-baru ini proyeknya dikaji ulang pemerintah.

|
Penulis: Dedy Qurniawan CC | Editor: Dedy Qurniawan
Kompas.com
Profil Biodata Aguan 9 Naga, Bos PIK yang Proyeknya Dikaji Ulang, Orang Terkaya Nomor Berapa Dia? - Bos Agung Sedayu Group atau ASG Sugianto Kusuma alias Aguan usai groundbreaking pembangunan 250 unit rumah gratis di Desa Sukawali, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Jumat (1/11/2024). 

Aguan memprakarsai pembangunan rumah susun, saat itu pertama kali di Cengkareng sebanyak 1100 unit.

Masyarakat gratis menempati rumah tanpa dipungut biaya, mereka hanya diminta untuk membayar uang kebersihan sebesar Rp 90.000, setelah itu warga hanya tinggal merawat dan memelihara saja, dan tentunya tidak boleh dijual.

Selesai pembangunan di Cengkareng, Tzu Chi kembali melakukan pembangunan tahap dua di perkampungan nelayan Angke pada tahun 2006 sebanyak 600 rumah. dengan menelan biaya yang tidak sedikit sekitar Rp 80 miliar.

Tidak hanya itu, bantuan lain seperti kesehatan, operasi katarak, pemberian beras 50 ribu ton untuk 2,4 juta kepala keluarga seluruh Indonesia pada tahun 2004.

Mereka pun membangun sekolah-sekolah dengan biaya murah, rumah sakit dengan biaya murah yang berada di bawah naungan Budha Tzu Chi.

Pascabencana tsunami Aceh banyak warga yang kehilangan tempat tinggal, Tzu Chi pun bergegas untuk mendirikan rumah di wilayah tersebut diantaranya, di Meulaboh, Aceh Besar, dan Banda Aceh.

Di Palembang, Aguan melalui Yayasan Budha Tzu Chi, pada September 2015, menggelontorkan bantuan untuk memperbaiki 100 rumah warga yang kumuh di tanah kelahirannya kawasan 13/14 Ilir.

Tiap rumah dapat alokasi Rp 40 juta.

Bantuan itu disampaikan pengusaha Palembang Hermanto Wijaya saat melakukan audiensi dengan Walikota Palembang Harnojoyo di rumah dinas Walikota Jalan Tasik.

Pada kesempatan tersebut turut hadir Rektor Universitas Bina Darma Prof Buchori Rachman.

Biodata

  • Nama Lengkap: Sugianto Kusuma
  • Nama Panggilan: Aguan
  • Tempat Tanggal Lahir: Palembang Sumatera Selatan, 10 Januari 1951
  • Usia: 73 tahun
  • Istri: Li Ping
  • Pekerjaan: Pendiri Agung Sedayu Group
  • Karier: Wakil Komisaris PT Bank Artha Graha, Tbk,  Wakil Presiden Perseroan PT Jakarta International Hotels & Development Tbk, Pendiri Agung Sedayu Group

Aguan Terjun di IKN

Presiden Joko Widodo (kanan) didampingi Ketua Pelaksana Perayaan Imlek Nasional 2023 Franky Oesman Widjaja (kedua kiri), Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Sugianto Kusuma (kedua kanan), dan Menteri BUMN Erick Thohir (kiri) menghadiri Perayaan Imlek Nasional 2023 di Lapangan Banteng, Jakarta, Minggu (29/1/2023). Perayaan Imlek Nasional 2023 mengusung tema ''Bersyukur, Bangkit, dan Maju Bersama''.
Presiden Joko Widodo (kanan) didampingi Ketua Pelaksana Perayaan Imlek Nasional 2023 Franky Oesman Widjaja (kedua kiri), Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Sugianto Kusuma (kedua kanan), dan Menteri BUMN Erick Thohir (kiri) menghadiri Perayaan Imlek Nasional 2023 di Lapangan Banteng, Jakarta, Minggu (29/1/2023). Perayaan Imlek Nasional 2023 mengusung tema ''Bersyukur, Bangkit, dan Maju Bersama''. ((Antara Foto/Hafidz Mubarak A))

Seperti diketahui, pemerintah terus tancap gas membangun di Ibu Kota Nusantara (IKN) yang berada di Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara di Provinsi Kalimantan Timur.

Tak hanya menggaet investor internasional, pemerintah juga menggaet sejumlah investor lokal ternama di Indonesia.

Ada nama Aguan di sana bersama pengusaha pemilik konglemarasi bisnis lainnya seperti Ciputra hingga Sinarmas.

Mereka disebut ikut berinvestasi di IKN.

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, mengungkapkan sejumlah nama-nama besar investor sudah masuk ke IKN.

Diantaranya ada Franky Widjaja selaku putra dari konglomerat pendiri Grup Sinar Mas, Eka Tjipta Widjaja.

"Yang sudah masuk itu Pak Aguan, Pak Anthony Salim, kemudian Pak Franky Widjaja. Mereka sudah punya konsorsium," ujar Bahlil, usai acara Rapat Kerja Nasional Hipmi di ICE BSD, Tangerang, Kamis (31/8/2023) kala itu.

Adapun Franky Widjaja memiliki nama lengkap Franky Oesman Widjaja, kelahiran Makassar, 1958 silam.

Ia adalah putra dari pendiri Grup Sinar Mas, Eka Tjipta Widjaja, yang meninggal pada Januari 2019 di usia 95 tahun.

Pada 2022, Forbes mencatat total kekayaan keluarga Widjaja mencapai US$10,8 miliar atau sekitar Rp157,2 triliun dan sempat menduduki peringkat ketiga orang terkaya di Indonesia.

Sebelum menerima berbagai posisi tertinggi di Grup Sinar Mas, Franky merupakan lulusan Universitas Aoyama Gakuin, Jepang dan lulus dengan gelar Sarjana Perdagangan pada 1979.

Franky menjabat sebagai Chief Executive Officer di Golden Agri-resources Ltd. sejak tahun 1996. Dia menjabat sebagai Kepala Divisi Produk Agri-Bisnis dan Makanan Konsumen Grup Sinar Mas.

Dia juga sempat menjabat sebagai Wakil Presiden anak perusahaan GAR di Indonesia, PT Sinar Mas Agro Resources & Technology Tbk.

Franky kemudian didapuk menjadi Chief Executive Officer Sinarmas Land Ltd. pada 2000 hingga Desember 2006.

Franky memiliki beragam pengalaman manajerian dan operasional di berbagai industri, seperti kertas, properti, bahan kimia, jasa keuangan dan agribisnis, pada periode 1982 hingga 2003.

Sejak 1982, beliau telah terlibat dalam berbagai bisnis termasuk pulp dan kertas, properti, kimia, jasa keuangan dan pertanian. Dia menduduki dewan direksi di beberapa perusahaan Sinar Mas.

Melalui pengalamannya di Grup Sinar Mas, Franky juga ditunjuk menjabat sebagai Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) Bidang Agrobisnis, Pangan, dan Peternakan, Ketua Dewan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (DMSI), dan Penasihat Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI).

Dia juga merupakan anggota Dewan Pengurus Gabungan Pengusaha Makanan & Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) serta anggota Dewan Kehormatan Asosiasi Emiten Indonesia (AEI).

Aguan dan Tomy Winata Bangun SCBD

Profil Aguan Bos PIK dan Agung Sedayu (kiri) Kawan Tomy Winata 9 Naga, Bareng Anak Eka Tjipta Terjun di IKN
Profil Aguan Bos PIK dan Agung Sedayu (kiri) Kawan Tomy Winata 9 Naga, Bareng Anak Eka Tjipta Terjun di IKN (Kolase Tribun Jambi)

Sepak terjang Aguan sebagai pengusaha juga menjejak di SCBD.

Tomy Winata diketahui membangun SCBD bersama Aguan sang bos PIK dan Sedayu dan juga kerap dijuluki 9 Naga membangun SCBD lewat perusahaan PT Danayasa Arthama.

Perusahaan ini didirikan Tomy Winata dan Aguan, bagian dari Artha Graha Network.

Bisnis ini bergerak dalam bidang pengembangan real estate dan properti, gedung perkantoran, pusat perbelanjaan dan fasilitas terkait.

Ada juga penyewaan gedung, pusat perbelanjaan, kantor, menyediakan infrastruktur, pengembangan dan pengelolaan di kawasan pusat bisnis.

Bagaimana sejarah hadirnya kawasan bisnis terkemuka di Indonesia ini?

Dikutip dari website resmi SCBD, semuaanya dimulai dengan penyusunan masterplan pada 1987-1992.

"Titik awal perjalanan bisnis perusahaan sebagai penyedia jasa dan investasi real estate di bawah nama PT Danayasa Arthatama," tertulis di website dikutip dari Tribun Jambi.

Masterplan selesai, perusahaan itu melanjutkannya dengan pembangunan infrastruktur.

Pemprov DKI Jakarta masa itu disebut memberi kepercayaan kepada perusahaan mentransformasikan lahan 45 hektare jadi kawasan niaga terpadu dan modern.

Awalnya tempat itu dinilai kawasan kumuh yang terletak di setigita emas Jakarta.

Gedung perkantoran pertama di SCBD selesai dibangun dan mulai dioperasikan pada tahun 1995.

Tiga tahun selanjutnya, pembangunan gedung Bursa Efek Indonesia dan Apartemen Kusuma Chandra selesai dibangun.

Pada tahun 2002, SCBD melakukan Initial Public Offering dengan melepas 100 Juta lembar saham di BEI.

"Perusahaan melakukan penawaran umum perdana atas 100 juta saham di Bursa Efek Indonesia sebagai langkah pengembangan usaha," tertulis di situs SCBD.

Tambahan dana segar membuat bisnis ini semakin cepat juga berkembang. Apartemen SCBD Suites dan Capital Residence dibangun tahun 2006.

Selanjutnya pada tahun 2007-2011 dilakukan pembangunan gedung One Pacific Place, yang berisi bisnis retail, hotel dan apartemen eksklusif, dan Equity Tower.

Tak hanya itu, pembangunan terus dilakukan, yakni Pacific Century Place, yang merupakan gedung perkantoran Grade-A dengan green mark dan sertifikasi LEED Platinum untuk desain ramah lingkungan yang inovatif.

Pada tahun 2007 hingga saat ini, sedang pembangunan Alila and District 8.

Alila SCBD merupakan hotel bintang lima berkonsep hijau perkotaan baru.

Hotel ini menawarkan tempat peristirahatan modern yang ditujukan bagi kaum urban dan eksekutif modern.

Tommy Winata hingga kini masih ikut mengurus SCBD.

Pada struktur organisasi, ia menjadi komisaris.

Sementara komisaris utama adalah Aguan, yang memiliki nama lengkap Sugianto Kusuma.

Tiga orang komisaris lainnya adalah Ku Siew Kuan, Santoso Gunara, dan Hartono Tjahjadi.

Direktur Utama SCBD saat ini adalah Arpin Wiradisastra, dan Ariefin Surjawirawan menjabat Sekretaris Perusahaan.

Kekayaan

Walau dikenal sebagai taipan atau pengusaha, nama Aguan diketahui hampir tak pernah masuk dalam jajaran orang terkaya di Indonesia yang kerap dirilis media seperti Forbes.

Selain itu, tak pernah ada deklarasi resmi mengenai beberapa kekayaan Aguan.

Namun, pada 2018, Globe Asia mengestimasikan total jumlah kekayaan Aguan adalah US$ 970 juga atau sekitar Rp 15,8 triliun jika dihitung menggunakan kurs dolar AS saat ini.

Versi lainnya, berbagai sumber menyebut kekayaan Aguan mencapai Rp 42,73 triliun lewat kepemilikan 55,57 persen saham PANI secara tidak langsung oleh PT Agung Sedayu.

Selain menjabat sebagai Direktur Utama PANI, dirinya juga diketahui merupakan Wakil Komisaris Utama PT Bank Artha Graha International milik Tomy Winata.

(bangkapos.com/ Tribun Jambi/ Tribunnews/ kompas.com)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved