Bangka Pos Hari Ini
Kisah Sosok di Balik Kerajinan Akar Bahar Bangka yang Mendunia, Puluhan Tahun Jaga Warisan Keluarga
Ia bukan hanya seorang perajin biasa, tetapi penerus warisan keluarga yang telah bertahan selama puluhan tahun. Sebagai generasi ketiga, ia menjaga...
Sebagai generasi ketiga dalam keluarganya yang menggeluti seni kerajinan akar bahar, Ariasa dengan bangga melestarikan tradisi sekaligus memperkenalkannya ke dunia. Oleh: Andini Dwi Hasanah MENTOK
DARI tangan terampil Ariasa Putra, seorang perajin akar bahar asal Kota Mentok, Kabupaten Bangka Barat,Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, kekayaan alam Pulau Bangka disulap menjadi karya seni bernilai tinggi.
Tidak hanya dikenal di lingkup lokal, kerajinan akar bahar hasil kreasinya telah berhasil menembus pasar internasional, termasuk Malaysia dan Singapura.
Ia bukan hanya seorang perajin biasa, tetapi penerus warisan keluarga yang telah bertahan selama puluhan tahun. Sebagai generasi ketiga, ia menjaga tradisi yang diwariskan oleh ayah dan pamannya, yang kini telah tiada.
Bagi Ariasa, akar bahar bukan sekadar biota laut, tetapi juga warisan budaya yang memiliki nilai spiritual, kesehatan, dan ekonomi. Sebagai generasi ketiga dalam keluarganya yang menggeluti seni kerajinan ini, Ariasa dengan bangga melestarikan tradisi sekaligus memperkenalkannya ke dunia.
Akar bahar, yang sebenarnya merupakan jenis hewan laut sejenis mollusca, tumbuh di kedalaman 10 hingga 30 meter di antara karang-karang dasar laut.
Keberadaannya cukup langka, menjadikannya bahan baku eksklusif untuk berbagai produk kerajinan.
Selain keindahan teksturnya yang hitam berkilau, akar bahar dipercaya memiliki manfaat kesehatan, seperti melancarkan peredaran darah dan membantu mengatasi asam urat.
Proses mendapatkan akar bahar tidaklah mudah. Para nelayan harus menyelam ke dasar laut dengan keterampilan dan keberanian tinggi.
Kadang, akar bahar ditemukan secara tidak sengaja tersangkut di jaring nelayan, kemudian dijual kepada perajin seperti Ariasa.
“Bahan baku ini unik karena hidup di antara karang dan mengonsumsi plankton. Meski namanya akar bahar, ini sebenarnya hewan laut yang harus diolah dengan hati-hati untuk mempertahankan keindahan aslinya,” ujar Ariasa.
Kerajinan akar bahar bukanlah sekadar pekerjaan bagi keluarga Ariasa.
Sejak tahun 1986, galeri yang diberi nama Arif Akar Bahar Bangka yang dirintis ayah dan pamannya telah mengolah bahan baku eksklusif ini menjadi karya seni. Ariasa meneruskan tradisi ini dengan menjaga setiap proses produksi tetap menggunakan teknik tradisional yang diwariskan turuntemurun.
“Ini bukan hanya tentang menghasilkan produk, tapi juga menjaga filosofi dan cerita di baliknya. Setiap potongan akar bahar punya makna, simbol hubungan manusia dengan laut dan alam,” jelasnya.
Di bengkel kerajinan miliknya, Ariasa memanfaatkan akar bahar untuk menciptakan berbagai produk, mulai dari gelang, cincin, tasbih, hingga tongkat komando. Salah satu karyanya yang paling ikonik adalah tongkat komando, yang kerap menjadi pilihan para pejabat, termasuk anggota kepolisian. Harga tongkat ini bahkan bisa mencapai Rp35 juta per unit.
7 Tahun Kabur ke Jakarta Utara Mat Din Buronan Kasus Penyerobotan Tanah Diringkus Kejaksaan |
![]() |
---|
Tiga PNS Satpol PP Bangka Selatan Diberhentikan Sementara Terkait Korupsi Anggaran Belanja |
![]() |
---|
Usai Isi DRH, 2.888 Pegawai Non-ASN Pemprov Babel Diangkat jadi PPPK Paruh Waktu Tanpa Tes |
![]() |
---|
Setiap Hari Polres Bangka Terbitkan 600 SKCK untuk Kebutuhan PPPK Paruh Waktu |
![]() |
---|
Nanggala dan Halilintar, Dua Satgas Timah yang Mengawasi Pertimahan di Babel |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.