Siapa Annar Salahuddin yang Terseret Kasus Uang Palsu UIN Makassar, Bukan Sosok Sembarangan

Annar Salahuddin Sampetoding diduga sebagai sosok ASS yang terlibat dalam sindikat pencetakan dan peredaran uang palsu di Makassar.

Penulis: Fitri Wahyuni | Editor: Dedy Qurniawan
Kolase Tribun Timur
Siapa Annar Salahuddin yang Terseret Kasus Uang Palsu UIN Makassar, Bukan Sosok Sembarangan 

BANGKAPOS.COM -- Kasus uang palsu di UIN Alauddin Makassar yang melibatkan Andi Ibrahim kini menyeret sosok Annar Salahuddin Sampetoding.

Annar Salahuddin Sampetoding diduga sebagai sosok ASS yang terlibat dalam sindikat pencetakan dan peredaran uang palsu di Makassar.

Dalam kasus ini, Annar diduga sebagai pemodal yang memberikan uang untuk pembelian mesin cetak uang di perpustakaan UIN Alauddin Makassar.

Uang itu diberikan kepada tersangka MS sebagai pelaku sentral lainnya, selain AI alias Andi Ibrahim.

Annar Salahuddin Sampetoding disebut-sebut bukan sosok sembarangan.

Lantas siapa Annar Salahuddin Sampetoding?

Annar Salahuddin Sampetoding dikenal sebagai pengusaha di Sulsel.

Annar Salahuddin Sampetoding merupakan pengusaha dari keluarga atau fam pengusaha empat generasi dari Toraja.

Fam adalah sebutan untuk nama keluarga atau marga dalam masyarakat Indonesia Timur,.

Kata "fam" berasal dari bahasa Belanda, yaitu familienaam yang berarti "nama keluarga"

Sampetoding adalah satu di antara family dari Toraja yang merupakan fam pengusaha empat generasi.  

Usaha keluarga ini dimulai dari Jacob Sampetoding. 

Ia adalah pemilik PT Perto yakni perusahaan tambang nikel yang sekarang menjadi PT Aneka Tambang Tbk.

Aneka Tambang atau biasa disingkat menjadi Antam, adalah bagian dari MIND ID yang terutama bergerak di bidang pertambangan nikel, bauksit, dan emas.

Untuk mendukung kegiatan bisnisnya, hingga akhir tahun 2021, perusahaan ini juga memiliki 15 butik emas yang terletak di 11 kota di Indonesia.

Usaha ini pun dilanjutkan oleh Siner Reysen Sampetoding adalah salah satu pengusaha konsesi hutan pertama di Indonesia. 

Sedangkan, Annar Salahuddin Sampetoding adalah komisaris dari Sulwood Group dan Siner Group, yang bergerak di bidang izin usaha pemanfaatan hasil hutan, properti dan perdagangan umum.

Siner Group memfokuskan sebagian besar operasinya pada industri berbasis sumber daya alam.

Siner Group dalam mengadopsi pendekatan yang terfokus pada sebagian besar kegiatannya, mengadopsi prinsip diversifikasi terkait dalam pengembangan bisnis.

Siner Group membangun kompetensi inti dalam industri sumber daya alam.

Siner Group unggul dalam tiga sektor bisnis utama, yaitu Perkebunan Hutan, Kelapa Sawit, dan Komoditas. Selain itu, kami memiliki minat dalam sektor bisnis umum seperti Agensi Properti, Tur & Perjalanan, Penukaran Uang, Keuangan, Sumber Daya, dan Media Digital.

Saat ini, usaha ini dilanjutkan oleh Muhammad Aaron Annar Sampetoding.

Muhammad Aaron Annar Sampetoding pernah menjadi Ketua Umum Badan Pengurus Cabang Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Jakarta Pusat (2013-2017).

Ia sekarang adalah Wakil Ketua Umum Badan Pengurus Daerah Hipmi Provinsi DKI Jakarta.

Ia juga banyak terlibat dalam organisasi usaha lainnya seperti APHI (Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia) dan juga KADIN (Kamar Dagang dan Industri Indonesia). 

Muhammad Aaron Annar Sampetoding adalah pendiri dari Yayasan Jakpus (Jakarta Pengusaha Sosial), yayasan sosialpreneur yang menawarkan gagasan dan solusi kewirausahaan dalam menyelesaikan masalah sosial seperti pengelolaan sampah, sanitasi masyarakat, gizi, edukasi kewirausahaan masyarakat yang kurang mampu dan peningkatan kemampuan usaha mikro kecil dan menengah.

Yayasan Jakpus mempunyai posko bank Sampah di daerah Petamburan Jakarta Pusat, dimana posko ini menjadi pusat pengumpulan barang bekas dan edukasi pemilahan sampah agar dapat menjadi produk bernilai jual ekonomi. (Tribun-Timur.com)

Adapun Annar Salahuddin Sampetoding dikenal sebagai pengusaha di Sulsel.

Dia menjabat Presiden Direktur Siner Group dan Presiden Komisaris Sulwood Group

Pernah Somasi Mertua Menpora

Sosok Annar Salahuddin Sampetoding pernah menjadi perhatian saat somasi kepada pemilik Maktour, Fuad Hasan Masyhur.

Fuad merupakan mertua dari Menpora, Dito Ariotedjo.

Somasi ini diajukan melalui Law Firm Yoel Bello & Associates pada Minggu, 23 Juli 2023.

Somasi tersebjut berkaitan utang sebesar Rp 105,5 miliar yang harus dibayarkan oleh Fuad Hasan Masyhur kepada Annar Salahuddin Sampetoding.

Jumlah itu sesuai dengan Perikatan Perjanjian Jual Beli Tanah Nomor 38 yang dibuat pada tanggal 28 Maret 2016 oleh Notaris Abdul Rajab Rahman.

Dalam surat somasi yang diajukan, Annar Salahuddin Sampetoding, ia menuntut agar Fuad Hasan Masyhur segera melunasi utangnya.

"Kami ingin menegaskan kepada Fuad Hasan Masyhur bahwa berdasarkan Perjanjian Jual tahun 2016 mengenai pembayaran utang tahap keempat pada tanggal 28 September 2017, hingga saat ini pembayaran belum dilakukan beserta denda sejumlah Rp 105.540.000.000," demikian isi salinan pernyataan dari Law Firm Yoel Bello & Associates.

Selain utang sebesar Rp 105,5 miliar, ternyata juga terdapat denda tambahan sebesar Rp 88,1 miliar yang harus diselesaikan.

Merespon hal itu, Fuad Hasan Masyhur sekaligus politisi Partai Golkar melayangkan somasi balik kepada Annar Salahuddin Sampetoding.

"Sejak tahun 2016 kemarin Saudara Annar S Sampetoding ini menawarkan dengan cara merayu selama bertahun-tahun kepada klien kami untuk melakukan pembelian terkait dengan beberapa SHM yang ada di Kota Makassar, total SHM-nya itu ada SHM Nomor 15, SHM Nomor 20526, SHM Nomor 1071, SHM Nomor 1099, dan SHM 1310. Berarti ada 5 SHM yang ditawarkan," kata pengacara Fuad Hasan Masyhur, Rigel Abner Rumlawang dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (7/8/2023).

Peran ASS di Kasus Uang Palsu UIN Alauddin

Peran pengusaha berinisial ASS dalam kasus uang palsu sangat vital. 

Kapolda Sulsel, Irjen Pol Yudhiawan Wibisono didampingi Kapolres Gowa, AKBP Reonald Simanjuntak menjelaskan peran ASS ini di Mapolres Gowa, Jl Syamsuddin Tunru, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Kamis (19/12/2024). 

Ternyata, ASS yang membiayai pembelian bahan baku produksi.

Nama ASS mencuat dalam kasus peredaran uang palsu yang diproduksi dari dalam kampus Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Samata, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

Menurut Yudhiawan, sebelum mesin pencetak uang palsu di Kampus UIN ditemukan, polisi lebih dahulu mendatangi rumah di Jl Sunu 3, Kota Makassar.

Rumah tersebut adalah milik ASS.

"Kalau kita lihat dari TKP buat cetak uang palsu, jadi di rumah saudara ASS Jl Sunu, Kota Makassar. Kemudian juga ada di Jl Yasin Limpo (UINAM), Gowa," kata Irjen Pol Yudhiawan.

Lebih lanjut dijelaskan Yudhi, mulanya produksi uang palsu tersebut berlangsung di rumah ASS, di Jl Sunu 3, Kota Makassar.

Namun, karena jumlah uang yang akan dicetak membutuhkan mesin dengan kapasitas lebih besar, akhirnya dipindahkan ke UIN.

"Awal pertama ditemukan di Jl Sunu Makassar, karena sudah mulai membutuhkan jumlah yang lebih besar maka mereka membutuhkan alat yang lebih besar. Jadi, tadinya menggunakan alat kecil," sebutnya.

Alat yang ditemukan dalam Perpustakaan UIN Alauddin, kata Yudhi dibeli seharga Rp 600 juta.

Mesin cetak uang palsu yang diperkirakan berbobot dua ton itu, didatangkan langsung dari China lewat Surabaya.

"Alat besar itu senilai Rp600 juta di beli di Surabaya namun dipesan dari Cina. Alat itu dimasukkan salah satu tersangka inisial AI ke dalam salah satu kampus di Gowa," bebernya.

Lebih lanjut Yudhi memaparkan, dalam kasus itu, ada tiga sosok yang mempunyai peran sentral. Salah satunya, ASS.

"Jadi mereka dibelakang 17 orang ini, perannya berbeda, tapi peran sentranya ada dari saudara AI kemudian juga saudara S, ada juga saudara ASS, ada juga yang DPO," jelas Yudhi.

Ia pun berjanji akan segera menangkap tiga DPO yang belum terciduk tersebut.

"DPO ini akan kita tangkap juga dan akan tuntas nanti kita periksa," tegasnya.

(Bangkapos.com/Tribun-Timur.com/Kompas.com)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved