Tribunners

Membumikan IAIN Teladani Syaikh Abdurrahman Siddik

Kehadiran IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik ini kemudian menjadi simbol ilmu pengetahuan, religiositas, cendekiawan muslim, dan civitas academica islami

Editor: suhendri
Istimewa/Dok. Subri Hasan
Dr. Subri Hasan, M.S.I. - Direktur Pusat Studi Konsultasi dan Kajian Pendidikan Islam IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung 

Oleh : Dr. Subri Hasan, M.S.I. - Direktur Pusat Studi Konsultasi dan Kajian Pendidikan Islam IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung

TRADISI haul merupakan kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh sejumlah kelompok masyarakat untuk menghormati tahun telah meninggalnya seseorang yang dipandang memiliki kelebihan (red: karomah). Lalu dapat dipahami pula, haul sebagai peringatan tahunan atas wafatnya seseorang atau tokoh-tokoh penting seperti ulama, kiai atau wali yang dilakukan pada hari, tanggal, dan tahun yang sama dengan hari kematiannya. Dengan demikian, haul dapat memberi ruang bagi masyarakat untuk merayakan warisan spiritual sambil terus mengaitkan ajaran-ajaran agama dengan realitas kehidupan.

Biasanya tradisi ini secara umum sangat kental dengan amaliahnya kaum kaum nahdliyin (NU). Muncul pertanyaan, mengapa haul dilaksanakan atau untuk apa di selenggarakan? Dalam perspektif historis, bahwa awal haul merupakan ritual keagamaan yang telah berkembang menjadi sebuah perayaan sosial yang kaya akan makna. Lebih spesifik dalam perspektif keagamaan, haul dilaksanakan dengan rangkaian mengunjungi makam, bertahlilan, berzikir, selawatan, membaca manakib, sedekah, ceramah agama, lalu ditutup dengan doa. Secara mendasar tradisi haul berisikan kumpulan amalan-amalan sholihat, kebaikan, kebajikan dengan meneladani sifat-sifat luhur yang dihaulkan.

Memang tradisi haul berkaitan erat dengan kematian, Komaruddin Hidayat menyebut bahwa bagi mereka yang hati, pikiran, dan perilakunya selalu merasa terikat dan memperoleh bimbingan Tuhan, kematian sama sekali tidak menakutkan karena dengan berakhirnya episode kehidupan duniawi berarti seseorang setapak menjadi lebih dekat pada Tuhan yang selalu dicintai dan dirindukan. (Komaruddin, Psikologi Kematian: 2005: 119)

Bertalian erat kemudian dengan pelaksanaan haul Syaikh Abdurrahman Siddik yang diselenggarakan di Kampung Hidayat, Desa Teluk Dalam, Kecamatan Kuala Indragiri, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Haul  dilaksanakan pada 5 Syakban setiap tahunnya. Tahun ini haul Syaikh jatuh pada 4 Februari 2025, merupakan haul ke-88.

Melacak akar sejarahnya, Syaikh Abdurrahman Siddik lahir di Kampung Dalam Pagar, Martapura, Kalimantan Selatan, tahun 1284 H/1857 M. (Syaifi’i Abdullah, Riwayat Hidup: 1982: 19). Wafat pada 4 Syakban 1358 H/10 Maret 1939 M dalam usia 82 tahun memiliki hubungan sangat erat dengan masyarakat Bangka yang pernah tinggal di pulau ini berkisar tahun 1898-1910 atau selama 12 tahun.

Sering dengan kiprahnya di Bumi Serumpun Sebalai, banyak warisan yang ditinggalkan Syaikh Abdurrahman Siddik untuk masyarakat Bangka Belitung. Terutama warisan ilmu pengetahuan, karya dan suri teladan dalam kehidupan. Sejumlah karya atau kitabnya masih dipelajari oleh sejumlah besar masyarakat Bangka dalam majelis-majelis pengajian, lembaga keagamaan, dan kelompok-kelompok masyarakat di kampung atas dasar dedikasi terkait dengan komitmen dan kesungguhannya dalam menjalankan amanah keagamaan, serta pengabdiannya terkait pengorbanan dan pelayanan tanpa pamrih untuk kepentingan masyarakat, agama, dan bangsa. Nilai-nilai sosial, moral dan spiritualnya yang luhur terakumulasi dalam collective memory mayoritas masyarakat Pulau Bangka.

Wujud takzim atau kemuliaan serta kebanggaan masyarakat Bangka Belitung, nama Syaikh Abdurrahman Siddik kemudian diabadikan menjadi nama salah satu perguruan tinggi Islam negeri di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung, bertempat di Desa Petaling, Kecamatan Mendo Barat, Kabupaten Bangka. Hal ini mengindikasikan bahwa seorang ulama sudah dipastikan memiliki ilmu pengetahuan yang luas, lebih dari itu karena keluhuran budi, akhlak, perilaku, serta tutur lisan yang amat bijaksana. 

Kehadiran IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik ini kemudian menjadi simbol ilmu pengetahuan, religiositas (pengetahuan keagamaan, pengalaman keagamaan, pengamalan keagamaan), cendekiawan muslim, dan civitas academica islami. Kampus IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik yang kemudian berselimutkan dengan insan-insan akademik yang memiliki karakter islami, berbudi luhur, berpengetahuan luas, dan menjadi teladan bagi semua. Tentu terdepan dalam meneladani sifat, sikap, dan karya nyata Syaikh Abdurrahman Siddik. 

Meskipun sosok Syaikh Abdurrahman Siddik telah meninggalkan kita 88 tahun silam, namun warisan-warisan yang ditinggalkan cukup kuat untuk menjadi bukti dan indikator bagi segenap civitas academica IAIN Bangka Belitung untuk menentukan arah, kebijakan, dan meluruskan tujuan yang “mungkin” telah bergeser dari khitah (garis besar, rencana, atau prinsip dasar yang dijadikan pedoman dalam mencapai tujuan) awalnya. Sudah 21 tahun (berdiri tahun 2004) perguruan tinggi Islam negeri ini tegak di bumi Bangka Belitung menamakan dirinya dengan IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik. Dalam perspektif usia, bahwa usia 21 tahun itu adalah fase transisi dari remaja menuju kedewasaan penuh atau usia legal yang sepenuhnya menjadi orang dewasa. Tentu perlu melakukan introspeksi sekaligus melakukan refleksi diri (kontemplasi) melalui kegiatan peringatan haulnya.

Lalu pertanyaan-pertanyaan apa saja yang perlu diintrospeksi dan refleksi? Berbicara terkait kontemplasi ini terhadap IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung, maka ada beberapa aspek pertanyaan yang perlu dijawab oleh dosen, pegawai, mahasiswa, dan lain-lainnya. Berikut beberapa hal yang dapat menjadi bahan introspeksi dan refleksi.

Akademik dan kualitas pendidikan
Berhubungan dengan kurikulum dan relevansinya, apakah kurikulum sudah sesuai dengan kebutuhan zaman, terutama dalam menghadapi tantangan global. Lalu bagaimana integrasi ilmu agama dan ilmu umum dalam pembelajaran. Terkait dengan kualitas dosen dan pengajaran, apakah metode pengajaran sudah efektif dan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. Lalu bagaimana tingkat kepuasan mahasiswa terhadap kualitas dosennya. Membahas prestasi akademik dan riset, sudah sejauh mana kontribusi IAIN dalam menghasilkan penelitian yang bermanfaat. Lalu bagaimana dukungan terhadap dosen dan mahasiswa dalam publikasi ilmiah.

  • Mahasiswa dan pengembangan karier
    Berhubungan dengan kualitas mahasiswa, apakah mahasiswa memiliki daya saing yang baik di dunia kerja dan masyarakat. Lalu sejauh mana mahasiswa menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan akademik dan sosial. Terkait kegiatan kemahasiswaan, apakah organisasi mahasiswa cukup aktif dan memberikan manfaat bagi anggotanya. Lalu bagaimana pengembangan soft skills dan leadership mahasiswa.
  • Kontribusi sosial dan keislaman
    Berhubungan dengan peran dan pengembangan masyarakat, sejauh mana IAIN berkontribusi dalam dakwah, sosial, dan pemberdayaan masyarakat di Bangka Belitung. Lalu apakah ada program yang secara langsung membantu masyarakat sekitar seperti pengabdian masyarakat atau pelatihan keterampilan. Terkait dengan relevansi dengan nilai Islam, apakah kampus telah menjadi contoh dalam penerapan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Lalu bagaimana peran IAIN dalam menjawab tantangan modern seperti moderasi beragama dan toleransi.
  • Infrastruktur dan fasilitas
    Berhubungan dengan kenyamanan dan kelengkapan fasilitas, apakah kampus sudah memiliki fasilitas yang memadai untuk mendukung pembelajaran. Lalu bagaimana pengelolaan sarana dan prasarana seperti fakultas, perpustakaan, sarana ibadah, laboratorium, dan asrama. Bahkan terkait dengan pemanfaatan teknologi, sejauh mana pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran dan administrasi. Lalu apakah sistem digitalisasi kampus sudah optimal dalam mendukung kemudahan akses akademik.

Berkaitan lebih dalam dan konkret refleksi ini dengan haul Syaikh Abdurrahman Siddik terkait dengan pemahaman dan internalisasi nilai-nilai Syaikh Abdurrahman Siddik. Menyisakan pertanyaan seperti sejauh mana civitas academica memahami dan mengamalkan ajaran serta keteladanan beliau dalam kehidupan akademik dan sosial. Lalu apakah ada upaya konkret untuk mengintegrasikan pemikiran dan perjuangan beliau dalam kurikulum, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Lalu apakah budaya akademik yang dikembangkan telah mencerminkan nilai-nilai keteladanan Syaikh Abdurrahman Siddik.

Apa yang menjadi introspeksi dan refleksi tersebut, maka IAIN dapat melakukan evaluasi berkala sembari terus berkembang dan memberikan kebermanfaatan lebih besar bagi mahasiswa, akademisi, dan masyarakat Bangka Belitung umumnya.

Apa yang telah dilakukan

Tentu telah banyak upaya dan ikhtiar yang telah ditoreh oleh semua civitas academica IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung sejak berdirinya hingga sekarang. Apa yang telah dilakukan oleh para salafus sholih (pendahulunya) menjadi warisan untuk generasi saat ini yang sedang berjuang membangun dan membumikan IAIN. “Menjadi cinta dan kecintaan kepada yang dicinta” inilah ungkapan yang tepat bagi segenap civitas academica IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik saat ini. Mari kita jaga nama besarnya, kita jaga kampus hijau kita, kita bantu dan support setiap ikhtiar para pimpinan untuk membesarkan dan membumikan IAIN tercinta ini. Sebagaimana ungkapan Rabiatul Adawiyah kepada yang dicintainya. 

“Kucintai Kau dengan dua cinta
 Cinta untuk diriku dan cinta sebab Kau patut dicinta
 Cinta untuk diriku ialah karena aku karam
 Di dalam ingatan kepada-MU semata, membuang yang lain
 Cinta sebab Kau patut dicinta, karena Kau singkap
 Penghalang sehingga aku dapat memandang-Mu
 Segala pujian tidak perlu lagi bagiku
 Sebab semua pujian untuk-Mu semata."

Jikalau Komaruddin Hidayat menyebut dalam bukunya Psikologi Beragama: Menjadikan Hidup Lebih Ramah dan Santun, (2010: 178) tentang Membangun Masjid Al-Aqsa Dalam Hati, maka mari kita bangun IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik berawal dan bertolak dari hati. (*)
 


 

 

Sumber: bangkapos
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved