Berapa Utang PT Sritex Hingga Boncos dan Diputus Pailit, Kini Buruhnya Bakal Bekerja Lagi

PT Sritex menanggung utang sebesar 1,597 miliar dollar AS atau dirupiahkan setara Rp 25 triliun, yang lebih besar dibanding aset perusahaan.

Editor: fitriadi
Kolase Dok. Sritex // TribunSolo.com/Anang Ma'ruf
PT SRITEX PAILIT -- (kiri) PT Sritex atau PT Sri Rejeki Isman Tbk dinyatakan pailit dan ditutup permanen pada 1 Maret 2025. Sebanyak 10.669 orang karyawan terkena PHK. (kanan) Foto Dirut PT Sritex Iwan Kurniawan Lukminto saat ditemui awak media di Sukoharjo, Jawa Tengah pada 20 Desember 2024. 

PT Sritex menanggung utang sebesar 1,597 miliar dollar AS atau dirupiahkan setara Rp 25 triliun, yang lebih besar dibanding aset perusahaan.

Akibatnya perusahaan tekstil terbesar Indonesia itu dinyatakan pailit hingga akhirnya terpaksa mem-PHK 10.665 karyawan dan tutup permanen terhitung 1 Maret 2025.

Kini pabrik PT Sritex bakal disewa investor lain untuk membuka usaha yang sama dengan nama perusahaan yang berbeda.

BANGKAPOS.COM - PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex di Sukoharjo, Jawa Tengah terpaksa tutup permanen mulai 1 Maret 2025.

Perusahaan tekstil itu pun terpaksa  melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 10.669 orang karyawannya.

Keputusan ini diambil setelah salah satu kreditur melayangkan gugatan dan kemudian dikabulkan hingga Sritex dinyatakan pailit.

Perusahaan tekstil terbesar di Indonesia itu, tidak mampu melunasi utang yang  jumlahnya melebihi harga aset perusahaan.

Ditambah lagi pendapatan perusahaan anjlok. Beberapa tahun terakhir Sritex sering menanggung kerugian.

Pendapatan yang payah selama beberapa tahun terakhir membuat perusahaan kesulitan membayar utang yang jumlahnya sangat besar.

Dikutip dari Kompas.com, perusahaan harus menanggung utang sebesar 1,597 miliar dollar AS atau dirupiahkan setara Rp 25 triliun (kurs Rp 15.600).

Jumlah utang tersebut lebih besar dari aset yang dimiliki Sritex, yakni hanya 617,33 juta dollar AS atau sekitar Rp 9,65 triliun.

Dengan kata lain, jumlah aset Sritex tak ada setengah dari jumlah utang perusahaan.

Kondisi ini semakin diperparah dengan kinerja penjualannya yang merosot.

Merujuk pada Laporan Keuangan Konsolidasi Interim 30 Juni 2024 yang dirilis di situs resmi perseroan, operasional Sritex pun boncos alias merugi, karena beban lebih besar dibandingkan dengan total penjualannya.

Dalam laporan keuangan terbarunya, perusahaan hanya bisa mencatatkan penjualan sebesar 131,73 juta dollar AS pada semester I 2024, turun dibandingkan periode yang sama pada 2023 yakni 166,9 juta dollar AS.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved