Pesawat Air India Jatuh
Sosok Pilot Sabharwal dan Kopilot Kunder yang Membawa Penumpang Air India, Punya Ribuan Jam Terbang
Insiden tragis yang menimpa pesawat Air India 171 pada 12 Juni 2025 lalu menyisakan duka mendalam terutama bagi keluarga pilot.
BANGKAPOS.COM - Insiden tragis yang menimpa pesawat Air India 171 pada 12 Juni 2025 lalu menyisakan duka mendalam terutama bagi keluarga pilot.
Kecelakaan itu terjadi tak lama setelah pesawat lepas landas dari Bandara Ahmedabad, India, menuju London.
Investigasi penyelidikan awal mengungkap, sakelar bahan bakar mesin pesawat sempat dimatikan, memicu kebingungan di kokpit dan mengalihkan perhatian kedua pilot yang menerbangkan Boeing 787 tersebut.
Pesawat Air India jatuh di dekat bandara, menewaskan 260 orang, termasuk sejumlah korban di darat. Berikut profil pilot Air India yang bertugas di penerbangan tersebut, berdasarkan laporan investigasi awal dan pemberitaan media yang dikutip dari Reuters, Sabtu (12/7/2025).
Kapten Sumeet Sabharwal
Kapten Sumeet Sabharwal berusia 56 tahun dan memegang lisensi pilot transportasi maskapai yang berlaku hingga 14 Mei 2026.
Baca juga: TERUNGKAP Percakapan Terakhir 2 Pilot Air India 171 Sebelum Jatuh, "Kenapa Kamu Matikan?"
Ia dikenal sebagai pilot berpengalaman dengan izin terbang sebagai pilot komando di sejumlah pesawat, termasuk Boeing 787, Boeing 777, serta Airbus A310.
Dalam catatan jam terbangnya, Sabharwal telah mengantongi total 15.638 jam, dengan 8.596 jam di antaranya menggunakan Boeing 787.
Menurut laporan Times of India, sebelum terbang, Sabharwal sempat menelepon keluarganya dari bandara dan meyakinkan mereka bahwa ia akan menghubungi kembali setelah mendarat di London.
Seorang rekan pilot yang pernah berinteraksi dengannya menggambarkan Sabharwal kepada Reuters sebagai sosok "pria sejati."
Punya Ribuan Jam Terbang
Pesawat Air India dengan nomor penerbangan AI 171 jatuh lima menit setelah lepas landas, Kamis (12/6/2025) pukul 13.39 waktu setempat.
Sebelum kecelakaan, pesawat berangkat dari Bandara Internasional Sardar Vallabhbhai Patel, Ahmedabad, dan dijadwalkan tiba di Bandara Gatwick, London, Inggris, pukul 18.25 waktu setempat.
Namun, insiden tak terduga terjadi ketika pesawat Air India yang sudah mengudara tiba-tiba menurun dan menghantam permukiman Meghani Nagar yang berada di dekat bandara.
Menurut situs pelacakan penerbangan Flightradar24, sinyal pesawat dilaporkan hilang kurang dari satu menit setelah lepas landas.
Baca juga: Misteri Jatuhnya Air India 171 di Ahmedabad Terungkap, Saklar Bahan Bakar Tiba-tiba Bergeser ke OFF
Data terakhir menunjukkan pesawat berada di ketinggian 625 kaki, atau sekitar 190 meter sebelum jatuh.
Asap hitam langsung membumbung dari lokasi kecelakaan setelah pesawat Air India jatuh dan menghantam permukiman.
Berdasarkan laporan media India, Economic Times pada Kamis (12/6/2025), pesawat Air India yang jatuh di Ahmedabad diterbangkan oleh Kapten Sumeet Subharwal.
Kapten Sumeet didampingi oleh pilot Clive Kundar selaku first officer atau perwira pertama.
Kedua orang yang menerbangkan Air India termasuk pilot berpengalaman karena memiliki ribuan jam terbang.
Sumeet telah memiliki 8.200 jam terbang, sedangkan Clive mengantongi 1.100 jam terbang.
Saat kecelakaan terjadi, mereka membawa 242 orang yang terdiri dari 169 warga negara India, 53 warga negara Inggris, 7 warga negara Portugis, 1 warga negara Kanada, 2 pilot, dan 10 awak kabin.
Sempat Keluarkan Panggilan Mayday
Pakar penerbangan Julian Bray mengatakan, pilot Air India sempat mengeluarkan panggilan mayday sebelum kecelakaan.
Panggilan tersebut menandakan bahwa awak menyadari masalah setelah pesawat lepas landas.
Panggilan mayday adalah sinyal marabahaya yang diakui secara internasional dan digunakan dalam komunikasi radio.
Sinyal ini menunjukkan adanya bahaya yang mengancam dan perlunya bantuan segera.
Menurut Bray, jatuhnya Air India merupakan peristiwa tidak biasa karena Boeing 787 Dreamliner memiliki rekam jejak yang cukup bagus.
"Seharusnya tidak ada masalah saat lepas landas, terutama dengan Dreamliner. Rekam jejaknya cukup bagus," ujarnya dikutip dari Sky News, Kamis (12/6/2025).
Pernyataan Bray sesuai dengan laporan berbagai media India yang menyebutkan, pilot sempat mengeluarkan panggilan mayday sebelum pesawat jatuh.
Setelah sinyal darurat tersebut keluar, pesawat tidak memberikan respons apapun sampai ditemukan terbakar dan hangus di permukiman.
Operasional penerbangan di Bandara Ahmedabad langsung dihentikan untuk sementara waktu hingga pemberitahuan lebih lanjut usai pesawat Air India jatuh.
"Pesawat itu jatuh tepat setelah lepas landas dari Landasan Pacu 23 di luar batas bandara," tulis One India dalam pemberitaannya, Kamis (12/6/2025).
"Asap hitam pekat terlihat keluar dari lokasi kecelakaan. Pesawat Boeing itu, yang terlihat kehilangan ketinggian dengan cepat, jatuh di daerah Meghani Nagar, dekat bandara," tambah media tersebut.
Kopilot Clive Kunder
Kopilot Clive Kunder berusia 32 tahun. Ia mengantongi lisensi pilot komersial yang diterbitkan pada 2020 dan berlaku hingga 26 September 2025.
Kunder memiliki izin untuk menerbangkan Cessna 172 dan Piper PA-34 Seneca sebagai pilot komando, serta berperan sebagai kopilot di Airbus A320 dan Boeing 787.
Total jam terbang Kunder tercatat sebanyak 3.403 jam, dengan 1.128 jam di antaranya sebagai kopilot Boeing 787. Sejak duduk di bangku sekolah, Kunder diketahui sudah memiliki ketertarikan besar pada dunia penerbangan.
Menurut keterangan keluarga yang dikutip media India, ia mulai aktif sebagai pilot pada 2012 dan bergabung dengan Air India pada 2017.
Salah Tekan Sakelar Kontrol Bahan Bakar?
Teka-teki penyebab jatuhnya Air India Penerbangan 171 yang menewaskan 260 orang di Ahmedabad, India, Juni 2025 terus diselidiki setelah hasil investigasi awal dirilis.
Dari hasil rilis investigasi awal, Sabtu (12/7/2025) dilaporkan, kedua sakelar kontrol bahan bakar Boeing 787 Dreamliner berusia 12 tahun itu tiba-tiba berpindah ke posisi cut-off hanya beberapa detik setelah lepas landas.
Posisi ini biasanya hanya diaktifkan setelah pesawat mendarat, bukan saat mengudara.
Akibatnya, kedua mesin pesawat kehilangan suplai bahan bakar. Salah satu mesin sempat menyala kembali, sementara mesin lainnya belum sempat memberikan daya dorong yang memadai saat pesawat jatuh.
Rekaman suara kokpit menjadi fokus investigasi. Dalam rekaman, terdengar salah satu pilot bertanya, "Mengapa kamu melakukan cut-off?", yang dijawab, "Aku tidak melakukannya."
Namun, identitas pembicara belum diketahui. Saat itu, kopilot menerbangkan pesawat, sementara kapten bertugas memantau.
Pesawat sempat mencapai ketinggian 190 meter, sebelum hilang dari radar hanya 50 detik kemudian, menurut data Flightradar24.
Para penyelidik menyoroti desain sakelar bahan bakar yang dilengkapi kunci pengaman sejak era 1950-an.
Braket pelindung mencegahnya berpindah secara tidak sengaja.
"Hampir mustahil menarik kedua sakelar hanya dengan satu tangan. Pengoperasian tidak sengaja menjadi sangat kecil kemungkinannya," ujar seorang penyidik kecelakaan asal Kanada kepada BBC.
Shawn Pruchnicki, mantan penyidik kecelakaan pesawat sekaligus pakar penerbangan dari Ohio State University, juga mempertanyakan bagaimana sakelar itu bisa berpindah.
"Jika salah satu pilot yang mematikannya, baik sengaja maupun tidak, mengapa dia menariknya ke posisi mati? Tak ada tanda-tanda kebingungan atau kesalahan prosedur," katanya.
Peter Goelz, mantan Direktur Pelaksana NTSB AS, menyebut temuan ini "sangat meresahkan."
Menurutnya, satu komentar seperti "mengapa kamu mematikan sakelar" saja tak cukup. "Siapa yang mematikan, dan mengapa? Itulah yang harus dicari dari rekaman suara," ujarnya.
Suara di Kokpit Jadi Kunci
Penyelidik menegaskan, identifikasi suara di kokpit memegang kunci misteri ini.
Biasanya, orang-orang yang mengenal para pilot akan diminta membantu mengenali suara mereka.
"Yang dibutuhkan sekarang adalah transkrip lengkap, identifikasi suara yang jelas, serta tinjauan menyeluruh dari semua komunikasi sejak pesawat didorong mundur dari gerbang hingga jatuh," jelas Goelz.
Para pakar juga menyerukan penggunaan perekam video kokpit, yang bisa menunjukkan tangan siapa yang memindahkan sakelar, seperti telah direkomendasikan NTSB.
Menurut laporan, sebelum terbang, seluruh kru telah lulus uji napas dan dinyatakan bugar. Mereka juga telah cukup beristirahat di Ahmedabad.
Namun, penyelidik menemukan catatan penting dari Badan Penerbangan Federal AS (FAA) yang pada 2018 pernah menerbitkan buletin soal sakelar bahan bakar Boeing 737 dengan fitur pengunci yang dinonaktifkan.
Meski tidak diwajibkan, isu ini menarik perhatian karena desain serupa dipakai di Boeing 787-8, termasuk pesawat yang jatuh.
Pruchnicki mempertanyakan apakah ini mungkin berperan. "Apa artinya jika pengunci dinonaktifkan? Bisakah sakelar mati sendiri? Kalau ya, ini masalah serius," ujarnya.
Sebaliknya, Goelz menganggap isu ini mungkin hanya pengalihan perhatian.
"Saya belum mendengar keluhan serupa dari pilot," katanya. (Bangkapos.com, Kompas.com)
Dua Asosiasi Marah Jatuhnya Air India Karena Salah Pilot, Kecam Laporan Awal Penyelidikan |
![]() |
---|
Kesehatan Mental Pilot Air India Kapten Sabharwal Disorot, Pernah Cek Medis September 2024 |
![]() |
---|
Fakta Keanehan Jatuhnya Air India 171 di Ahmedabad, Salah Tekan Sakelar Kontrol Bahan Bakar? |
![]() |
---|
TERUNGKAP Percakapan Terakhir 2 Pilot Air India 171 Sebelum Jatuh, "Kenapa Kamu Matikan?" |
![]() |
---|
Misteri Jatuhnya Air India 171 di Ahmedabad Terungkap, Saklar Bahan Bakar Tiba-tiba Bergeser ke OFF |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.