Bangka Pos Hari Ini

Ditolak SMP Meski Jarak 100 Meter, SPMB Jalur Domisili Tak Sejalan Permendikdasmen No. 3 Tahun 2025

Dedy dan keluarganya tinggal di sebuah rumah yang hanya berjarak kurang lebih 100 meter dari SMP tersebut, jika ditarik garis lurus menggunakan...

Bangka Pos
Bangka Pos Hari Ini, Senin (21/07/2025). 

Alasanya nilai Alasanya nilai Pascapengumuman penerimaan yang menyatakan anaknya tidak lolos dalam SPMB tahun 2025 jalur domisili, Dedy sempat datang langsung ke sekolah dan bertanya. Dia mendapati alasan anaknya tidak dapat diterima di SMP tersebu karena daya tampung yang sudah penuh.

Nilai akademik anak Dedy menjadi alasan lainnya.

“Saya mendapatkan respon baik dari sekolah, katanya memang nilai anak saya yang kecil, kalah dengan anak lainnya,” jelas Dedy.

Meski kecewa, Dedy menerima keputusan penolakan dengan lapang dada. 

“Saya tidak meminta bantuan kepada siapapun atau lapor sana sini apalagi sengaja menitipkan anak saya dengan orang dalam. Dengan keadaan saya begini, saya cuma bisa berusaha sebaik mungkin,” ujar pria yang kerja serabutan dengan upah Rp100 ribu per hari itu.
 
Pun kemudian Dedy mengaku ditawari bantuan dari Dinas Pendidikan setempat. Tawarannya adalah mengajukan kuota tambahan ke pusat dengan harapan anak Dedy bisa masuk ke sekolah yang dituju.

Namun Dedy tidak setuju dengan tawaran tersebut. 

“Perasaan saya ya takut, Pak. Takut anak saya gak keterima di sekolah lain, karena waktu itu pendaftaran sudah ditutup. Makanya saya langsung datang ke sekolah tujuan biar bisa daftar,” ujarnya mengenang kekalutan saat itu.

“Saya khawatir untuk menunggu persetujuan dari pusat, takutnya tidak disetujui sekolah juga tidak bisa berjanji bahwa anak saya akan diterima. Jadi saya langsung mendaftar di sekolah negeri lain walaupun dengan jarak agak jauh dan alhamdulillah diterima di sekolah tersebut,” ucapnya.

Kini, Dedy harus berkendara selama kurang lebih tujuh menit untuk menempuh jarak 3,4 kilometer ke SMP lain. Setiap pagi, Dedy dan istrinya yang berjualan kue bergantian mengantar anak mereka ke sekolah menggunakan sepeda motor tua yang mereka miliki.

“Walaupun nanti kuota penambahan disetujui, saya tidak lagi berpikir untuk kembali masuk,” katanya mantap.

Di kesehariannya, Dedy dan istrinya berbagi tugas.

Setiap hari, sang istri mulai mengolah bahan kue sejak pukul 03.00. Di sela persiapan itu, Dedy turut membantu dan menyiapkan kelengkapan anakanaknya ke sekolah. Anak tertua Dedy kini duduk di bangku SMK. Sedangkan anak keduanya baru masuk SMP, dan bungsu duduk di bangku SD.

“Mulai jam 03.00 WIB membuat kue kemudian jam 06.00 mengantarkan ke sekolah saya juga membantu mengantarkan dan Anak saya juga bantu, dia bawa kue-kue itu ke sekolah dan nawarin ke teman-temannya, saya kerja tidak menentu jadi kadang sebagai buruh tidak ada kerjaan” tutur Dedy.

“Saya mengantarkan ketiga anak saya dua laki laki SMK dan baru masuk SMP satu perempuan yang SD seharusnya kalo diterima saya cuma mengantarkan dua anak saja kalau diterima di sekolah tersebut,” tutupnya.

Protes dan diterima

Halaman
123
Sumber: bangkapos
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved