Profil Pratu Aprianto Rede Radja Tersangka Kasus Prada Lucky, Bukan Prajurit TNI Biasa, Atlet Tinju

Menilik latar belakangnya, Pratu Aprianto Rede Radja bukan prajurit TNI biasa, ia adalah seorang atlet tinju ...

Penulis: Fitri Wahyuni | Editor: M Zulkodri
Kolase Facebook Aprianto
KEMATIAN PRADA LUCKY -- Pratu Aprianto Rede Radja, prajurit TNI tersangka dalam kasus kematian Prada Lucky Chepril Saputra Namo. Pratu Aprianto Rede Radja bukan prajurit TNI biasa, ia seorang atlet tinju 

BANGKAPOS.COM -- Pratu Aprianto Rede Radja merupakan tersangka kasus kematian Prada Lucky Chepril Saputra Namo (23).

Ia bersama 20 anggota TNI lainnya menjadi tersangka penganiayaan terhadap Prada Lucky dan saat ini telah ditahan di Sub Datasemen Polisi Militer (Subdenpom) Ende.

Pratu Aprianto Rede Radja diduga melakukan penganiayaan terhadap Prada Lucky dengan tangan kosong.

Baca juga: Profil Letda Inf Thariq Singajuru Terduga Pelaku Penganiayaan Prada Lucky, Lulusan Akademi Militer

Menilik latar belakangnya, Pratu Aprianto Rede Radja bukan prajurit TNI biasa, ia adalah seorang atlet tinju Persatuan Tinju Amatir (Pertina).

Aprianto Rede Raja adalah alumni SMAKN 3 Maumere. Ia tinggal di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Awalnya Aprianto Rede Raja atau Yanto Radja bertugas di Batalyon Zeni Tempur 18/Yudha Karya Raksaka atau Yon Zipur 18/YKR.

Pada Juni 2025 ia, pindah tugas ke Batalyon Teritorial Pembangunan 834/Wakanga Mere.

"Terima kasih banyak untuk kompi Zipur B Mataram YKR atas kedinasan kami selama di sana kami mohon maaf sebesar besarnya bila kami ada kesalahan. Sampai jumpa di lain waktu," tulisnya di media sosial.

Dalam media sosialnya, Pratu Aprianto menuliskan sebagai atlet Persatuan Tinju Amatir (Pertina) Sikka dan Pertina Kota Mataram.

Aprianto Rede Raja juga pernah memposting foto ketika memakai medali Porprov (Pekan Olahraga Provinsi).

Sebelumnya, nama Pratu Aprianto Rede Radja masuk dalam daftar empat prajurit TNI yang lebih dulu ditetapkan sebagai tersangka.

Mereka adalah bersama Pratu Petris Nong Brian Semi, Pratu Ahmad Adha, Pratu Emiliano De Araojo, dan Pratu Aprianto Rede Radja.

Disebutkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Staf-1/Intel Yonif 834/WM (Wakanga Mere), empat prajurit TNI itu melakukan pemukulan terhadap Prada Lucky menggunakan tangan kosong di Rumah Jaga Kesantrian pukul 01.30 Wita, Rabu (30/7/2025).

"Empat orang tersangka dilakukan penahanan di Subdenpom IX/1-1 Ende, sebagai berikut: Pratu AA, Pratu EDA, Pratu PNBS, Pratu ARR," ungkap Wahyu, dilansir dari youtube KompasTV.

Penyebab Prada Lucky Dianiaya, Bukan Penyimpangan

Kematian Prada Lucky Chepril Saputra Namo, seorang anggota TNI yang bertugas di Batalyon Yonif TP/834/WM terungkap, bukan karena dugaan penyimpangan seksual seperti isu yang beredar sebelumnya.

Menurut pengakuan korban sebelum meninggal, ia disiksa oleh seniornya karena kelelahan saat memasak untuk anggota.

Prada Lucky Namo meninggal dunia pada Rabu (6/8/2025) di RSUD Aeramo setelah mengalami penyiksaan.

Pada laporan yang beredar, sempat disebutkan kalau Prada Lucky Namo disiksa karena diduga melakukan penyimpangan seksual dengan Prada Ricard Junimton Bulan.

Keduanya kemudian diperiksa lalu Prada Lucky kabur ke rumah ibu asuhnya.

Setelah itu ia dijemput kembali ke Batalyon dan dipukuli oleh seniornya menggunakan selang dan tangan kosong.

Namun menurut kakak Prada Lucky Namo, Novilda Lusiana Hetinina Namo, adiknya itu sudah dipukuli sebelum kabur.

"Informasi yang saya dapat, setiap pergantian piket itu Lucky dianiaya. Dari hari Senin sampai dia masuk rumah sakit," kata Lusi dikutip dari Kompas TV, Senin (11/8/2025).

Bahkan sebulan sebelum kejadian, Prada Lucky juga sempat curhat pada Lusi kalau ia dipukul oleh seniornya.

"Dia cerita saya satu kalimat, dia curhat sekitar bulan lalu. Melalui telepon," kata Luci.

Kepada sang kakak, Prada Lucky Namo mengaku kalau ia sedang sakit.

"Dia bilang 'Lusi saya ada sakit'. Saya bilang 'Su minum obat?'. Dia bilang 'Belum Lusi, saya masih kerja'," tutur Lusi.

Kemudian melalui telepon itu, Prada Lucky Namo curhat soal pemukulan yang ia alami.

"Jadi dia cerita, 'Lusi tadi saya kena pukul senior'," ungkap sang kakak.

Kepada Lusi, Prada Lucky Namo mengatakan kalau ia dipukul karena kelelahan saat memasak untuk para anggota TNI.

"'Senior pikir saya capek kerja'," kata Lusi menirukan ucapan adiknya.

Menurut Lusi, di Batalyon adiknya itu bertugas di bagian dapur dan biasa bangun pukul 03.00 Wita untuk menyiapkan makanan.

"Dia bilang bangun jam 03.00 Wita. Pasti drop juga, saya bilang 'ke rumah sakit dulu atau ke kesehatan di Batalyon'. Dia bilang 'Iya Lusi nanti saya pergi'," tuturnya.

Prada Lucky Namo, kata Lusi, biasanya tidak pernah banyak bicara soal keluhannya selama menjadi anggota TNI. 

"Dia anaknya tidak banyak omong, kebanyakan dia simpan keluh kesah sendiri. Tapi waktu itu mungkin dia tidak tahan jadi curhat saya," kata Lusi.

Bahkan Prada Lucky Namo sempat marah pada Lusi karena memberitahukan curhatannya itu pada sang ibu.

"Dia sempat marah saya karena kasih tau mamah. Katanya nanti mamah banyak pikiran. Habis itu dia tidak cerita saya lagi," pungkasnya.

Lusi juga membantah kalau adiknya ada penyimpangan.

"Yang saya kenal, saya punya adik dari kecil sampai sekarang, dia punya pergaulan itu normal. Pergaulannya luas, malah lebih dari saya," jelas Lusi.

(Bangkapos.com/Tribunnews.com/Tribun-Medan.com)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved