Bangka Pos Hari Ini

Modal Triliunan Tapi Masih Tekor, Pengusaha Udang Vaname Sebut Biaya Produksi Tak Sebanding Hasil

Usaha budidaya udang Vaname terkesan menggiurkan. Apalagi melihat data penjualan dari Bangka Belitung ke luar daerah yang mencapai triliunan rupiah.

Editor: M Ismunadi
Bangka Pos
Bangka Pos Hari Ini, Selasa (19/8/2025) 

Diberitakan sebelumnya, berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, penjualan udang Vaname menempati posisi teratas jika diurutkan berdasarkan nilai rupiahnya. Tercatat di kuartal II tahun 2025 ini, sebanyak 5.361.949 kilogram (Kg) udang Vaname terjual ke luar daerah. Angka penjualannya mencapai Rp9.154.535.260.361 atau sekitar Rp9,1 triliun.

Sayangnya, jumlah penjualan itu tidak secara maksimal terserap menjadi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Babel. Pasalnya, setelah dijual ke luar daerah, udang Vaname dari Babel justru diekspor ke mancanegara. Negara di Eropa dan Amerika menjadi tujuan ekspor hasil budidaya Indonesia tersebut.

Kepala Bidang Pengembangan Usaha Perikanan Budidaya dan Pengolahan Hasil Perikanan DKP Babel, Arief Febrianto mengatakan hasil panen udang vaname dari tambak-tambak lokal di Babel tidak bisa langsung diekspor ke pasar internasional. 

Para pelaku usaha terpaksa mengirim hasil panen ke Jakarta atau Lampung terlebih dahulu untuk diolah sesuai standar global, baru kemudian diekspor. Menurutnya, praktik ini membuat daerah kehilangan potensi PAD nonpajak yang semestinya bisa diperoleh jika ekspor dilakukan langsung dari Babel.

“Manfaat langsung bagi Babel menjadi berkurang. Kita hanya menikmati dampak tidak langsung seperti perputaran ekonomi lokal di tingkat tambak, tapi bukan penerimaan ekspor resmi. Potensi tersebut akan terus mengalir keluar daerah. Kurang maksimal bagi PAD Babel,” kata Arief saat dihubungi Bangka Pos pada Rabu (13/8).

Arief menambahkan saat ini ada beberapa komoditas perikanan yang bisa langsung diekspor dari Babel. Di antaranya adalah udang kipas, ikan tenggiri, kerapu, dan beberapa jenis ikan lainnya.

“Tapi udang vaname berbeda. Unit pengolahan ikan kita di Babel masih berada di tahap menengah, sementara pasar udang ini lebih banyak ke Eropa dan Amerika yang menuntut standar pengolahan yang lebih tinggi. Karena itu, udang vaname dikirim segar dulu ke daerah lain untuk diproses sesuai standar, lalu baru diekspor,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala UPT Badan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BPPMHKP) DKP Babel, Dedy, menambahkan bahwa produksi udang vaname di Babel rata-rata mencapai 15.000–22.000 ton per tahun. Dengan harga rata-rata Rp48 ribu per kilogram, nilai penjualan bisa mencapai sekitar Rp1,056 triliun.

Meski produksinya besar, tren pertumbuhan budidaya udang vaname di Babel tidak menunjukkan kenaikan signifikan dalam tahun terakhir. Bahkan, sejumlah petambak mengeluhkan harga jual yang fluktuatif dan cenderung menekan margin keuntungan.

“Banyak pelaku tambak yang bilang harga kurang bersahabat, sehingga mereka tidak bersemangat meningkatkan produksi. Ini juga menjadi tantangan, karena ketika harga rendah, produksi cenderung turun,” kata Dedy.

Punya potensi

Badan Mutu Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Bangka Belitung menilai Babel punya potensi besar untuk menjadi daerah pengekspor udang Vaname. Bukan hanya dari sisi produksi udang Vaname, tapi juga kesiapan BMKKP sebagai garda terdepan dalam menjamin kualitas udang Vaname dalam kegiatan ekspor.

Kepala BMKKP Babel, Dedy Arief Hendriyanto mengatakan produksi udang Vaname di Babel rata-rata mencapai 15.000–22.000 ton per tahun. Jumlah ini setara dengan 1 persen dari total target produksi udang nasional yang berada di kisaran 2 juta ton per tahun.

Meski kontribusi produksi cukup besar, Babel belum bisa melakukan ekspor langsung udang Vaname ke luar negeri, termasuk ke Amerika Serikat yang merupakan pasar terbesar udang. Pengiriman harus melalui Jakarta atau Lampung terlebih dahulu, sehingga harga yang diterima tetap mengacu pada harga domestik, bukan harga ekspor.

“Sekarang Babel untuk udang Vanamie kita kirim ke Jakarta atau Lampung dulu baru di ekspor, harga yang berlaku tetap harga domestik. Misalnya udang ukuran 60 di Jawa harganya Rp68.000 per kilogram, ketika jual dari Babel jauh lebih rendah karena biaya logistik,” kata Dedy saat ditemui Bangka Pos di kantornya, Senin (12/8).

Sumber: bangkapos
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved