Satuan Bravo 90, Pasukan Khusus TNI AU yang Mahir Bertempur di Udara, Darat dan Laut

Editor: fitriadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUNNEWS.COM

Pendidikan intelijen kembali dilaksanakan ketika mereka sudah benar-benar terjun sebagai personel operasional. Hanya pelaksanaannya sepenuhnya dilaksanakan di BIN selama tiga bulan.

Baca: Kisah Heroik Bapak TNI AU Marsekal Suryadi Suryadarma Tenggelamkan Kapal Perang Belanda

Dua bulan berikutnya kembali ke materi kemampuan bertempur menggunakan beragam senjata dan beragam teknik.

Pendidikan spesialisasi antiteror dan lawan bajak udara (Atbara) yang mereka istilahkan sebagai kamp konsentrasi Atbara, yang semula dilaksanakan di Margahayu, Bandung, kini dilakukan di Rumpin.

Tahapan pendidikannya hampir sama dengan standar pasukan khususdunia: dimulai dari building assault, aircraft assault, train assault, ship assault dan bus assault.

Aplikasi dari kelima teori dasar ini berupa perang hutan dan perang kota.

Pada tahapan lain tak ketinggalan materi longe range patrol. Teknik yang pernah dilaksanakan pasukan Ranger AS ketika bertempur di Vietnam.

Tapi Ranger menyebutnya dengan istilah Long Ranger Reconnaissance Patrol (LRRP). Dengan kata lain, lewat materi ini personel juga diharapkan mampu menggelar operasi pengintaian (recce).

Khusus untuk gemblengan fifik, baik bagi tamtama, bintara maupun perwira standarnya sama.

Baca: Dokter Neraka Pasukan Marinir TNI AL Mengobati Korban Terluka di Tengah Hujan Peluru

Sat Bravo Paskhas 90 (Istimewa)

Ada 12 item squad test yang mesti dijalani baik untuk menguji kekuatan badan atas maupun bawah.

Misalnya lari 3.200 m per 12 menit (standar 2.800 m per 12 menit), lari untuk kekuatan kaki lima kilometer 24 menit, dan renang sejauh dua kilometer tanpa perlengkapan khusus sambil menarik beban selama dua jam.

Puncak dari segala kegiatan adalah apa yang disebut hell week. Banyak cerita seram seputar sesi terakhir ini, baik di satuan khusus seperti Gultor Kopassus, Denjaka maupun Kopaska.

Namun apapun bentuk latihan keras itu, seleksi bak neraka di tahap penghabisan ini sebenarnya ditujukan untuk melihat apakah setelah “kekejam” itu, personel bersangkutan  masih bersedia bergabung dengan Sat Bravo 90.

Pasalnya, kemampuan manusia ada batasnya itulah problem pasukan khusus.

Tak heran life time penugasan di unit khusus relatif singkat. Walau tidak eksplisit, Bravo mencoba membuat standar usia maksimal 35 tahun untuk kombatan.

Dalam menyusun organisasi, Bravo mengikuti standar organisasi pasukan khusus modern dan pakem yang sudah dibentuk pendahulunya, seperti Denjaka dan Sat-81.

Baca: Karier KSAD Jenderal Andika Perkasa Menantu Hendropriyono Moncer Sejak Jokowi Jadi Presiden

Halaman
123

Berita Terkini